Pendidikan memiliki peranan penting dalam hal suatu apapun, salah satunya menentukan perkembangan suatu bangsa. Salah satu penentu pada kualitas pendidikan yaitu pembelajaran. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengungkapkan bahwa kurikulum adalah rangkaian rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, pembelajaran serta bahan dan metode yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum yang digunakan saat ini yaitu kurikulum 2013, dalam kurikulum 2013 memiliki empat aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, perilaku dan sikap.
Kurikulum 2013 saat ini sangat mengedepankan sumber belajar, namun hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah pemilihan model yang digunakan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru di sekolah dasar menyebutkan bahwa biasanya guru masih mengajar dengan metode ceramah bervariasi dan penugasan. Namun, sebenarnya ada beberapa model pembelajaran lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA salah satunya melalui model berbasis kearifan lokal. Sebelum adanya pandemi covid-19 pembelajaran sudah melakukan dengan model berbasis kearifan lokal seperti ke tempat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, namun karena adanya pandemi pembelajaran dengan kearifan lokal hanya melalui foto atau video yang dibagikan.
Secara etimologi, kearifan lokal atau sering disebut  local wisdom terdiri dari dua kata, yaitu wisdom (kearifan) dan local (lokal). Istilah lain untuk kearifan lokal yaitu local wisdom (kebijakan setempat), local genious (kecerdasan setempat), dan local knowledge (pengetahuan setempat) (Setiani, et al., 2021).  Kearifan lokal adalah upaya manusia untuk melakukan tindakan terhadap hal, benda, atau peristiwa tertentu dalam ruang tertentu melalui penggunaan akal (kognisi) (Khotimah et al., 2019). Pendidikan berbasis kearifan lokal berfungsi sebagai solusi atas kesenjangan digital yang alami. Kebijaksanaan ini bisa abstrak dan konkret, tetapi fitur penting adalah datang dari pengalaman atau kebenaran dari kehidupan (Insyiroh et al., 2020).
Seiring berjalannya waktu dan teknologi berkembang, ilmu pengetahuan juga harus berkembang. Upaya pengembangan pengetahuan tidak hanya dilakukan oleh ilmuwan dan pakar yang ahli di bidangnya. Hal terpenting yang perlu diterapkan adalah menggali potensi ilmu pengetahuan sains dalam budaya yang berkembang di masyarakat sosial (Novitasari et al., 2017). Pada tingkat dasar, IPA atau sains merupakan salah satu mata pelajaran yang didalamnya meliputi biologi, kimia, dan fisika yang memegang peranan penting dalam dunia pendidikan, karena sains dapat memberikan kondisi kepada siswa untuk menghadapi berbagai tantangan di era global.
Model pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal di sekolah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitasnya. Dengan mengamati dan menerapkan model pembelajaran berbasis kearifan lokal dan melakukan eksperimen, siswa akan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat menghilangkan stigma negatif bahwa IPA itu membosankan karena hanya mengingat materi dan sebagai hafalan, tidak semua materi pembelajaran akan diperhatikan dan dihapal, meskipun memori tersebut tidak akan bertahan lama dalam ingatan siswa, oleh karena itu dengan menggunakan kearifan lokal stigma menjadi aktif yaitu pembelajaran menjadi harus menarik dan bermanfaat, karena objeknya sangat mengelilingi lingkungan siswa.
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman etnis dan budaya yang tersebar di berbagai daerah. Setiap suku bangsa memiliki potensi dan kearifan lokal yang berbeda. Secara keseluruhan, budaya masyarakat masih kental dengan unsur tradisional dalam kehidupannya. Unsur adat tersebut meliputi semua bidang kehidupan, seperti bahasa, tari, pengobatan, pertanian, termasuk makanan khas daerah masing-masing (Sriyati et al., 2021). Kekayaan budaya tersebut harus dilestarikan sebagai jalan menjadi bangsa yang berkarakter. Hal ini dikarenakan setiap kesenian dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat di sekitarnya dan menjadi media penyebaran atau pengenalan suatu daerah.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah memiliki tanggung jawab untuk menanamkan pendidikan karakter bagi generasi penerus bangsa. Melalui integrasi kearifan lokal ini diharapkan siswa memiliki pemahaman terhadap kearifan lokalnya sendiri, sehingga memiliki kecintaan terhadap budayanya sendiri, menumbuhkan nilai-nilai lokalisasi budaya nasional siswa, bahkan dapat ditingkatkan (Shufa, 2018).
Berikut ini berbagai manfaat dari pembelajaran berbasis kearifan lokal yang dapat dimiliki oleh siswa berdasarkan hasil penelitian :
- Pembelajaran berbasis kearifan lokal berguna untuk menggali budaya yang semakin hilang karena budaya luar serta dapat melahirkan generasi yang memiliki kemampuan dan bermartabat.
- Merefleksikan nilai-nilai budaya yang ada. Siswa akan secara langsung menemukan atau menganalisis semua potensi dan keunggulan kearifan lokal yang ada di sekitar.
- Berperan dalam membentuk karakter siswa, melalui pembelajaran ini guru dapat mengenalkan potensi dan budaya yang ada di daerah setempat untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap budaya.
- Mengembangkan rasa patriorisme dan bangga terhadap budaya setempat, sehingga siswa akan melestarikan dan menjaganya.
- Menumbuhkan minat dan motivasi belajar sehingga hasil belajar semakin meningkat.
- Mempermudah siswa dalam mempelajari materi pada pembelajaran IPA.
Penggunaan kearifan lokal pada pembelajaran sains sudah banyak yang dilakukan, seperti materi perubahan wujud yang dapat dipadukan dengan kearifan lokal pembuatan makanan khas daerah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri et al., (2018) bahwa kearifan lokal perlu diintegrasikan ke dalam pembelajaran IPA karena mengandung banyak konsep keilmuan. Salah satu konsep ilmiah yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar adalah pada materi usaha dan energi. Materi usaha dan energi dapat dipadukan dengan kearifan kopi lokal, karena konsep perdagangan dan energi lebih banyak dilakukan dalam kegiatan pengolahan kopi.
Implementasi ini perlu mengubah suatu model pembelajaran yang biasanya berpusat pada guru ke pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran juga dilakukan ke arah pembelajaran kolaboratif dan menekankan siswa untuk menggali pengetahuan sains sendiri serta dapat memecahkan masalah sains sendiri. Meskipun kegiatan belajar di sekolah ditiadakan, siswa masih dapat belajar secara aman di lingkungannya. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD harus lebih dioptimalkan dengan memberikan dasar pengetahuan dan ketrampilan IPA sehingga menjadi modal untuk belajar IPA dijenjang berikutnya serta membangkitkan minat siswa untuk terus belajar IPA.
Oleh : Isty Khazizah
Mahasiswa PGSD, Universitas Muhammadiyah Purworejo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H