Mohon tunggu...
Bunda Istvan
Bunda Istvan Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ibu dari 1 anak yg hanya seorang ibu rumah tangga yg ingin memperbanyak sahabat dan teman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Pertemuan dalam Hujan"

30 April 2012   15:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:54 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya hari-hariku sebagai anak bodoh di sekolah ini akan sangat lama untuk berakhir. Ini bukan inginku, ini bukan mau ku, entah kenapa seberapa keraspun otakku mencoba menerima semua pelajaran , rumus dan kalimat yang harus di hafal itu semakin aku sulit untuk menerimanya. Aku hanya gadis aneh di sekolah dan bahan olok-olok didalam kelas. Kenapa kalian tidak pernah mengerti kalau aku juga manusia yang punya hati dan perasaan, rasanya sudah terkuras habis air mataku menangis setiap hari menjalanani 2tahun di sekolah SMA ini, dahulu saat aku smp aku memang bodoh tapi aku tak semurung dan se’aneh sekarang karena setidaknya aku masih terdukung dengan dorongan dan support dari bunda dan sahabat-sahabatku . tapi itu tak ku dapat sekarang, bunda sudah meninggal, kenapa? Secepat itu bunda menyusul ayah meninggalkanku? Dan saat aku masih butuh sahabat seperti dulu, kami harus dipisahkan oleh kejamnya perpisahan. Kini aku hanya bisa mensyukuri hidupku sebagai anak panti dan gadis aneh di sekolah, rasanya tak lagi ada semangat hidup dalam hari-hariku hanya penuh dengan kekosongan berwarna abu-abu. Aku hanya menyukai 1 hal di dunia ini ciptaan Tuhan yang paling indah dan menyenangkan bagiku, yaitu hujan.. aneh bukan? Aku seorang gadis remaja senang berlari dalam hujan dan gerimis layaknya seorang anak kecil, aku suka saat ribuan titik air itu jatuh dan mendarat disetiap jengkal tubuhku meresap terasa dinginnya hingga aliran air yang melalui wajahku saat aku menghadapkan wajahku kelangit. Hanya hujan yang mampu mengahapuskan rasa sedihku bahkan saat pemakaman mama, hujan lah yang menghiburku menghapus tangis yang terus dan terus keluar, ya hanya hujan bukan orang-orang yang datang dan ku sayangi lalu pergi berlalu meninggalkanku SENDIRIAN. *** Hari ini diawali dengan guyuran hujan deras di pagi hari, sungguh indah ingin rasanya aku bergabung dengan titik-titik air itu tapi aku harus sampai di sekolah dalam keadaan kering tentunya, aku pun dengan berat hati berjingkrak dalam hujan dengan payung dalam genggamanku, dan aku sendiri dalam hujan hingga seorang anak laki-laki dengan seragam sekolah sepertiku datang dan menghampiriku tersenyum dan berkata “indah ya melihat ribuan air itu jatuh membasahi bumi” , aku hanya diam dan melihat disekitar hanya ada aku dan dia sambil berfikir apakah dia bicara padaku?. Ia yang melihatku kebingungan hanya tertawa, dan itu semakin membuatku terlihat bodoh. “menurutmu kenapa Tuhan hujan memberi kita hujan?” ia bertanya sambil terus melukis senyum diwajahnya, “karena itu yang kita butuhkan.” Jawabku ‘BODOH !” ia membentakku dengan nada kasar, kenapa dia? dia pikir dia siapa? “Tuhan menciptakan hujan untuk mempertemukan aku dan kamu” tegasnya kembali tersenyum. Aku bingung aku pun berlari mencoba menyaingi cepatnya angin. Ia hanya diam tanpa menahanku dan terus terpaku di tempat itu. *** Pertemuan yang aneh ! kaki melangkah menyusuri koridor yang masih sepi itu, itu karna ini baru pukul 6 pagi, hanya aku disini yang suka datang pagi disini, aku tak mau kejadian dulu terulang lagi, saat aku datang diwaktu nomal dan aku dikerjai dengan dilempari telur saat masuk kelas, dan bodohnya aku hanya bisa diam dan menangis. ‘Astaga’ ! anak aneh itu? Aku melihat ia sudah duduk manis didalam kelasku. Sebenarnya siapa dia? Seperti hantu. Bukankah aku telah meninggalkan dia di jalan tadi, bagaimana ia ada disini bahkan lebih cepat dariku, aku tak dapat berpikir logis. “kita bertemu lagikan?” ucapnya dengan wajah sangat menyebalkan bagiku, aku hanya diam dan menaruh tasku dan duduk sambil mengeluarkan buku pelajaran, “kenapa diam?” sambungnya, aku hanya menoleh dengan penuh kebisuan, “NADIRA !” teriaknya memanggilku, aku terkejut, bagaimna dia tau namaku, aku benar-benar ketakutan sekarang sambil terus berfikir apakah dia setan? Dia tertawa memecah sepi. *** Ternyata namanya adam dan dia baru di sekolah ini, anak yang aneh. Kenapa dia terus berusaha mendekatiku. Setidaknya bel sudah berbunyi dan aku bergegas menunggu semua anak keluar dari kelas. Aku baru beranjak setelah melihat kelas kosong. aku tersenyum setelah sadar kalau hari ini tidak ada yang mengerjai ku, setidaknya aku bisa mengatakan itu sampai anak-anak nakal itu menjegatku, mereka diva,kesya,dan marsya. 3gadis yang merasa paling cantik di sekolah ini, “HEH berenti lo !” ucap diva sambil menjulurkan kakinya saat aku hampir tersandung, “apa salahku?” ucapku ketakutan, “eh BEGO’ lo tuh nggak boleh lewat didepan kita ! NGGAK PANTES TAU ! “ sambung marsaya. aku hanya diam dan mereka makin menjadi hingga diva menendangku hingga tersungkur ketanah yang kotor itu. Tiba-tiba adam datang dan meraih tanganku “KALO KALIAN GANGGU NADIRA LAGI ! KALIAN BERHADAPAN SAMA GUE ! NGERTI!” ucapnya dengan tegas kepada 3cewek centil itu. *** kenapa dia menolongku? Sebenarnya dia siapa? Apa mau dia?. Aku bingung ya Tuhan… akhirnya aku sampai di panti tempat ku bernaung. Tau kah aku begitu terkejut lagi saat melihat sosok yang sejak tadi membuatku bingung sedang beridiri diambang pintu panti dan ternyata dia menunggu ku. “ada apa? Kenapa sih kamu tuh ngikutin aku terus ? kamu setan ya?” ucapku polos mencoba meluapkan semu gumaman di hatiku yang sudah terpendam sejak pagi tadi. “aku hanya mau bantu kamu, aku kesini mau ngajak kamu belajar, sekarang kan sudah mau ujian akhir” jawabnya penuh senyum. Tau kah aku makin bingung, bagaimana ia bisa mengatakan itu, rasanya ujian akhir masih 1TAHUN lagi, dan itu aku garis bawahi sebagai waktu yang sangat panjang, tapi aku menurut dan membiarkan dia masuk kekehidupanku. *** tau kah kalian ! ini sudah hampir setahun sejak pertemuanku dengan adam. Kini semua membaik sejak kehadirannya, tak ada lagi yang memanggilku aneh, aku juara 1 dikelas, dan aku mempunyai banyak teman. Sampai sekarang aku menganggap adam adalah malaikat karena kedatangannya yang begitu aneh  mampu mengubah hidupku. “3hari lagi ujian akhir, aku nggak bohongkan kalua waktu 1tahun itu sangat singkat” ucap adam sambil melangkah mendahuluiku, “adam !” “kenapa?” “makasih ya?” “untuk apa?” ia bertanya bingung, “untuk kehadiranmu di hidupku, tapi apa kamu bisa janji kalau kamu nggak akan ninggalin aku?” tantangku padanya, ia hanya diam, “adam… jawab !” aku menghentikan langkahnya, “kamu tetaplah kamu dengan atau tanpa aku! Kamu berubah membaik bukan karena aku, tapi itu semua kamu lakukan sendiri, lebih baik sekarang kamu pulang dan belajar berharap besok saat ujian kamu akan membuatku tersenyum dengan kelulusanmu.” Ia menjawabnya dengan kalimat yang sangat panjang. dan ternyata hujan mulai  turun, ia berlari mencoba berteduh tapi aku justru senang dan tertawa menantang hujan, “NADIRA ! kamu kehujanan?” ucapnya padaku, aku hanya mencoba menyadarkan dia klau ini hujan. Hal yang ia katakan bahwa sebab aku dan dia bertemu. *** Hari ujian akhir dimulai, kemana adam? Semua nya aneh, kenapa adam tak hadir? “div, lo liat adam?” “adam siapa? “ diva terlihat heran, “adam yang selalu bareng gue, adam temen sekelas kita.” Tegas ku, “ih apaan sih lo nad, kita nggak punya temen sekelas yang namanya adam, udah ah gue masih deg-degan nih  buat ujian” diva berlalu begitu saja, adam ! semuanya aneh, diva adalah orang ke-5 yang menjawab sama. *** Ujian berhasilku lalui, kini aku dinyatakan lulus, dan adam tetap menghilang, lenyap begitu saja. bahagia walau tanpa adam, tapi… siapapun adam, terimakasih karena kamu telah membuat hidupku lebih baik, lebih indah dari hidupku yang suram dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun