Kefamenanu,
Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) melakukan festival budaya khas suku atoni meto (dawan) berupa festival takanab, fashion show daerah, dan pameran hasil produksi kreatif  tenun dalam program fasilitas bidang kebudayaan (FBK) tahun 2021 dengan mengangkat tema ketahanan budaya tenun suku atoni meto dalam semangat nasionalisme warga perbatasan RI-RDTL.
Turut hadir pada kesempatan tersebut Wakil Bupati TTU Drs. Eusabius Binsasi, pejabat Direktorat Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Dan Teknologi Rina Febriany, Direktur Yayasan Amnaut Bife Kuan (YABIKU), peserta lomba dan masyarakat.
Wakil Bupati TTU Drs. Eusabius  Binsasi mengatakan, kegiatan yang diselenggarakan oleh YABIKU tersebut harus diakui menjadi bagian penting dalam kehidupan daerah karena kegiatan bertujuan melestarikan budaya, budaya sebagai identitas, dan pendidikan budaya terhadap kaum muda.
"Dipundak generasi muda nilai-nilai budaya kita pertaruhkan kemudian dilestarikan, apalagi tutur adat seperti takanab tidak dapat ditulis tetapi hanya dalam bentuk lisan yang diturunkan kepada setiap generasi," ujarnya saat ditemui di Gedung Alisya usai membuka kegiatan tersebut pada Jumat (19/11/2021).
Dirinya menjelaskan, fashion show bermotif daerah menunjukan keperibadian masyarakat TTU dengan mengembangkan tradisi tenun dan meningkatkan nilai jual dengan design pasalnya setiap desa di Kabupate TTU memiliki motif tersendiri.
"Orang TTU kaya akan motif kain adat. Ketika mereka menggunkan motif tertentu kita sudah langsung tahu dari mana orang itu berasal tetapi punya nilai jual bagi masyarkat," jelasnya
Ketua Pantia Festival sekaligus Direktur YABIKU Maria Filiana Tahu, S.Sos., M.Hum mengungkapkan, pihaknya diberi kepercayaan untuk menyelenggarakan kegiatan FBK 2021 dengan berbagai kegiatan yang dilakukan berupa pendampingan, motivasi bagi penenun potensial, melalui pencerahan terkait kewirausahaan, menghasilkan tenun yang berkualitas dan diminati pasar.
"Hingga saat ini terdapat 110 orang penenun dari target program 100 orang penenun. Rata-rata orang muda dan anak-anak baik itu perempuan maupun laki-laki, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus," ungkapnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, festival dan pameran tersebut bertujuan meningkatkan rasa cinta semua pihak terlebih anak-anak TTU kepada produk tenun dan sastra lisan suku atoni meto (takanab).
"Tujuan besar dari program ini adalah ketahanan budaya. Sebagai generasi muda, kaum muda merupakan jembatan tradisi, kebijaksanaan dan sejarah lintas generasi," paparnya.
Sementara itu, Pejabat Direktorat Kebudayaan Kemendikbud Ristek Rina Febriany mengungkapkan apresiasinya atas pameran hasil kerjasama Yabiku dalam program Fasilitasi Bidang Budaya guna menunjukan bahwa Kemendikbudristek punya kegiatan dibidang budaya sehingga harapan yayasan dan kelompok-kelompok penenun terlibat aktif.
"Kita sangat apresiasi bahwa kegiatan ini menjadi jembatan memperkenalkan budaya kepada dunia dengan mengkreasikan tenunan hingga memiliki nilai jual," tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H