Naomi Daviola Setyani (17) atau biasa dipanggil Vio, anak dari Dwi Ningsih merupakan salah satu siswi  SMKN 3 kota Semarang yang pernah dikabarkan hilang selama 3 hari digunung Slamet yang merupakan atap tertinggi Jawa Tengah. Cerita sebelum dan sesudah Naomi hilang saat bersama rombongannya bermula, Naomi naik dari Pos Bambangan pada hari Sabtu, 5 Oktober 2024 pukul 23.00 WIB. Naomi dan rombongannya sampai dipuncak pada tanggal 6 Oktober 2024 sekitar pukul 13.00 WIB.
Saat Naomi beserta rombongannya selesai berfoto bersama kemudian dilanjut turun kebawah karena dirasa kabut tebal mulai turun. Saat Naomi turun Naomi mengatakan bahwa rombongannya terpecah belah menjadi 3 kelompok, ketika Naomi turun ternyata hanya dirinya seorang dan juga tidak terlihat rombongannya yang lain.
Rombongan tersebut berjumlah 40 orang. Naomi juga mengatakan bahwa saat dirinya akan turun karena tertinggal oleh rombongannya, Naomi sempat melihat 2 orang dibelakangnya, tapi saat Naomi menunggu kedua orang tersebut, ternyata tidak terlihat lagi.
Naomi atau kerap disapa Vio dinyatakan hilang setelah ketua rombongan melaporkan bahwa Vio belum kembali ke Basecamp bersama rombongannya pada hari Senin, 7 Oktober 2024. Setelah ketua rombongan melaporkan, Tim SAR gabungan dari Basarnas Cilacap dan Unit Siaga SAR (USS) Banyumas, bergegas mencari keberadaan Vio yang dinyatakan hilang disekitar Pos 7 gunung Slamet, menurut laporan yang diterima oleh Kepala Basarnas Cilacap, M. Abdullah.
Pada tanggal 8 Oktober 2024 Vio ditemukan oleh Tim SAR dengan keadaan lemah setelah bertahan hidup dihutan selama 3 hari, dengan mengandalkan roti dan juga mendapatkan air dari sungai yang ditemui oleh Vio diarea sekitar gunung Slamet.
"Masih ada roti yang dia simpan untuk dihemat, dia makan setengah bungkus dihari pertama dan menghabiskan sisanya dihari terakhir" ungkap Sumarudin, anggota Tim SAR.
Vio juga bercerita bahwa selama dia tersesat, dia mengikuti petunjuk dari burung yang dilihat dihutan. "kalau burungnya naik, saya ikut naik. Kalau turun, saya ikut turun. Burung itu bahkan berhenti menunggu saya jika saya berdiam diri" ujar Vio.
"begitu melihat Petugas SAR berbagi orange, saya langsung berteriak minta tolong" sambung Vio.
Menurut Sumarudin, pendakian yang dilakukan rombongan Naomi cukup extrem karena persiapan dari segi perlengkapan kurang memadai.
"Diantara 2 malam itu selalu kehujanan, dia berlindung dibawah pohon dengan menggunakan jas hujan yang dibawanya" ujar Sumarudin.
Setelah kejadian yang dialami oleh Naomi atau kerap disapa Vio meskipun, dia tidak trauma akan tetapi orang tua nya tidak bisa mengizinkannya lagi untuk kegiatan pendakian.
Pentingnya kita mempersiapkan kebutuhan sebelum melakukan kegiatan pendakian, seperti persiapan mental, fisik, perlengkapan, juga pembekalan. Karena gunung bukan tempat untuk bersenang-senang, gunung bisa menjadi kawan bisa juga menjadi lawan. Kita tidak akan tahu bahaya apa yang akan terjadi didepan. Dan yang paling terpenting adalah izin orang tua, jika orang tua merestui, maka segala perlindungan akan bersama kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H