Bima berhasil membunuh ular itu dalam satu pertarungan seru.Â
Kemenangan Bima ini menggambarkan bahwa untuk mencapai kesejatian diri tidak cukup menghindari godaan dunia, tapi juga harus berhasil memerangi kejahatan di dalam diri, maupun waspada untuk menghadapi kejahatan dari luar.
Untuk memerangi hawa nafsu di dalam diri, manusia harus senantiasa ikhlas, bersikap baik dan benar meski disakiti, selalu bersyukur, rendah hati, bisa membedakan salah benar, baik buruk, berbahagia dalam kondisi apapun, berbuat baik pada sesama, menjaga kesehatan diri, tidak pernah berhenti belajar dan mempelajari ilmu, makan secukupnya, dan tidak berzina.
Kisah pertemuan Bima dengan Dewa Ruci dikisahkan di laman id.m.wikipedia.org/wiki/Dewa_Ruci
Setelah berhasil mengalahkan naga, Bima bertemu dengan Dewa Ruci, dewa kerdil yang wajahnya merupakan wajah Bima sendiri.
Dewa Ruci menyuruh Bima masuk ke telinga kirinya. Dengan kesaktiannya, Bima berhasil masuk ke telinga Dewa Ruci meski badannya jauh lebih besar dari Dewa Ruci, apalagi lubang telinga nya yang kecil.
Anehnya, di telinga Dewa Ruci, Bima menemukan dunia yang maha luas. Dewa Ruci mengatakan, air suci Prawitasari itu tidak ada, tetapi ada di dalam diri Bima sendiri. Ilmu kesejatian hanya bisa dicapai saat kita berhasil mengalahkan nafsu yang ada dalam diri sendiri.
Bima berhasil menemui Dewa Ruci dan menghadapi dunia yang maha luas dengan selamat, karena berhasil mengalahkan keinginannya sendiri, dan mematuhi perintah gurunya tanpa melawan sekalipun membahayakan jiwanya.Â
Justru itulah Bima berhasil menemukan kesejatian, mencapai kesempurnaan hidup, inti dari ilmu suci yang dilambangkan air suci Prawitasari.
Bagi orang yang senantiasa ingin menambah ilmu dan terus belajar, kisah Dewa Ruci ini memberikan makna yang mendalam dan memperkaya ilmu pengetahuan, menyucikan jiwa.