Bagaimana Berpuasa Media Sosial di Saat Puasa Ramadan? Agak ambigu sebenarnya berbicara tentang media sosial. Apa batasan nya?
-Apakah sama sekali tidak membuka media sosial?
- Membuka tapi jadi silent reader?
- Membuka tapi hanya komen dan menanggapi yang penting saja?
- Masih sharing atau mengunggah sesuatu, lalu ditinggal kabur, kan lagi puasa?
Mungkin beragam tanggapan dan pendapat mengenai puasa medsos. Nggak Masalah!
Puasa medsos memang tidak wajib, dan tidak ada yang mewajibkan. Tapi dalam beberapa kasus, puasa medsos juga lebih baik dilakukan saat kita sedang berpuasa.
Terkadang di medsos memang berseliweran gambar atau akun tak senonoh. Tapi itu mungkin dulu, sekarang medsos seperti Facebook sudah lebih concern terhadap beberapa konten yang dianggap melanggar ketentuan dan dihapus.
Dulu, awal-awal memanfaatkan media sosial, saya pernah iseng memakai profil foto laki-laki, foto suami. Saya kaget saat menerima permintaan pertemanan dari akun yang foto profilnya tidak sopan, bahkan tidak senonoh. Dari telanjang dada sampai kegiatan seksual. Astaghfirullah...
Tapi itu dulu. Duluuuu... sekali. Sekarang medsos saya stel dengan tidak mengijinkan pornografi dan kekerasan di pengaturan. Jadi saat ada hal-hal yang berbau seperti itu langsung diblur, atau otomatis tidak tayang di beranda.
Medsos sekarang lebih banyak dimanfaatkan untuk berjualan atau mendapat cuan. Terkadang ada yang sehari membagikan banyak postingan dari pamer sampai postingan yang merupakan syarat meraih cuan, tapi tidak pernah menanggapi teman yang mampir ke beranda, apalagi merespon unggahan teman lain.
Bermacam unggahan di medsos, jadi kita harus bijak memilih dan memilah. Terkadang kita sendiri kena virus unggahan tidak senonoh, padahal kita sendiri tidak tahu apa-apa. Sebaiknya langsung blokir saja pengirimnya karena kita tidak kenal, dan bisa jadi si pemilik akun juga jadi korban pishing.
Berbicara mengenai puasa medsos, mungkin bukan masalah kalau kita tidak biasa bermain medsos, bahkan mungkin memang tidak pernah dibuka meski bukan karena puasa medsos.
Tapi di era sekarang, seperti dikutip dari detik.com, menurut Alfiah Nabilah Masturah, selaku dosen psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),Â
"Puasa sosial media bisa menjadi terapi psikologis yang sudah teruji dapat mengembalikan semangat serta kekuatan diri seseorang."
Bagi kaum milenial dan gen Z, kemajuan tekhnologi dan kehidupan medsos menjadi tantangan tersendiri.
Kondisi medsos yang seolah-olah nyata, padahal hanya dunia maya, di mana setiap orang sibuk mengunggah pencapaian dan kesuksesannya di media sosial.
 Tanpa sadar, membuat mereka membandingkan kehidupannya dengan orang lain dan tidak mensyukuri kehidupannya sendiri.Â
Padahal kehidupan di dunia Maya hanyalah kehidupan semu yang terkadang hanya terlihat dari satu sisi, dari ribuan sisi lain yang tidak diperlihatkan.
Sementara itu, dikutip liputan6.com dari Phone Arena, ada 40 % orang yang harus berjuang keras jika harus meninggalkan dunia media sosial.
Beberapa kiat untuk mulai melakukan puasa medsos, yaitu :
1. Bersosialisasi di dunia nyata dan dunia Maya dengan orang yang sama.
Saat kita bersosialisasi dengan orang sama di dunia nyata dan dunia maya, kita menjadi tahu, bahwa apa yang diunggah di dunia maya, baik pencapaian atau kondisi yang dipamerkan hanyalah satu sisi dari ribuan sisi lain yang tidak terungkap di dunia maya, tapi bisa diketahui di dunia nyata.
Dengan begitu, kira lebih tertarik untuk bersosialisasi di dunia nyata, dan tidak berat saat harus meninggalkan medsos atau dunia maya.
2. Berpikir dulu sebelum mengunggah sesuatu.
Saat kita berpikir dulu sebelum mengunggah sesuatu, menimbang bermanfaat atau tidak, apakah frekuensi kita mengunggah terlalu sering, maka kita akan menunda untuk mengunggah, bahkan mungkin tidak jadi, sehingga keterikatan kita pada media sosial bisa terlepas.
3. Lebih baik telepon daripada chatting
Dengan memilih menelepon, di samping berinteraksi langsung, kita juga tidak perlu menunggu jawaban dan menjadi penunggu medsos. Sehingga saat telepon selesai, pembicaraan kita juga selesai. Tidak seperti chatting yang membuat kita harus menunggu chat kita dibalas.
Manfaatkan libur akhir pekan sebagai hari bebas medsos dengan melakukan aktifitas produktif, seperti berkebun, memasak, bersepeda atau piknik.
Hal ini pelan-pelan akan mengurangi frekuensi bermedsos, bahkan puasa penuh dari media sosial.
5. Nikmati hidup kita sendiri, bukan hidup orang lain.
Dengan nikmat dan mensyukuri kehidupan kita sendiri, kita tidak tertarik untuk kepo atau ingin tahu kehidupan orang lain yang dipamerkan di medsos.
Apa yang terlihat bagus, hebat dan istimewa bagi orang lain, menjadi hal biasa bagi diri kita sendiri, sehingga tidak lagi tertarik untuk membuka media sosial.
Lebih baik membuka kanal berita dan tips-tips yang dibutuhkan untuk menambah pengetahuan dan upgrade keahlian.
6. Menyibukkan diri di bulan ramadan dengan kegiatan nyata, dan memperbanyak amal Sholeh, sehingga tanpa berpuasa pun sudah tidak sempat membuka medsos.
Bagaimana dengan diri kita, apakah saat ramadan juga berpuasa medsos?
Bagaimanapun media sosial adalah pisau bermata dua. Di satu sisi bisa memperluas relasi, membuka peluang menambah cuan, bahkan bisa mendapat info terkini dari sumber langsung, tapi juga memberi dampak yang kurang baik, bahkan merugikan.
#Ramadan bercerita 2024 hari 20
Referensi:
https://www.liputan6.com/tekno/read/3547440/5-cara-terbaik-untuk-memulai-puasa-media-sosial?page=6
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H