Berawal dari postingan Pak Giri Puji di  grup WAG RT 11, tentang sari melon yang diproduksi kelompok tani Berkah Tani Desa Krandegan, Kebonsari Madiun, saya sore ini menuju ke TKP. Mencari takjil puasa ramadan, sekaligus penasaran ingin mencicipi sari melon untuk berbuka nanti.
Awalnya saya hanya penasaran dengan selai melon dan sari melon yang ditawarkan dengan harga relatif murah.
Tempatnya sangat mudah ditemukan karena lapaknya di pinggir jalan selatan lapangan desa Krandegan. Apalagi tulisannya terlihat jelasÂ
"Ini dari melon asli, ya Pak?" Tanya saya pada salah satu anggota kelompok tani yang menunggui lapak. Pak Bagyo. Sari melon ini baru diproduksi saat memasuki bulan ramadan, saat panen raya.Â
"Iya,Bu. Itu diproduksi dari hasil panen melon  milik kami yang melimpah di bulan ramadan ini" jawab Pak Bagyo.
"Menyiasati produk yang melimpah ya,Pak? Kalau buah melonnya per buah berapa?"
"Saya kurang tahu,Bu. Coba tanya ibu-ibu yang duduk di depan gedung itu. Itu pabriknya, di situ Bu!"
"Lho, ini produksi nya di gedung ini?"
"Iya,Bu. Langsung ke situ saja!"
"Boleh,Pak?"Â
"Boleh, itu sama Bu Yuli!"
"Monggo,Bu. Ini produk kelompok tani, kami mencoba memasarkan di sini, jawab Bu Yuli.
"Ini ada peyek,juga! Cuma 3 ribu perbungkus" Lanjut Bu Yuli.
"Saya sebenarnya juga suka peyek,Bu. Tapi baru saja menggoreng satu toples besar. Saya beli selai dan sari melonnya, saja ya!"
"Ini membuatnya di situ, ya Bu?" Tanya saya pada Bu Yulia.
"Iya, ini pabriknya!" Jawab Bu Yuli ramah.
"Boleh lihat-lihat,Bu?"
"Boleh. Ayo saya antar!" Saya mengikuti Bu Yuli ke dalam gedung. Tempatnya bersih, sementara ada cup-cup kecil berisi sari melon yang baru dikemas manual menggunakan mesin pengemas teh gelas.Â
Bu Yulia telaten menjawab pertanyaan saya dan menunjukkan alat-alat produksi sari melon yang merupakan bantuan dari dinas pertanian pusat.
"Ini mulainya dari mana,Bu?" Tanya saya melihat alat-alat pembuat sari melon yang terlihat mewah dan tentunya tidak murah.
"Ini mesin penghancur melon setelah dikupas dan dicuci bersih!" Bu Yuli menjelaskan sambil menunjukkan alatnya.
"Kalau yang itu mesin apa,Bu?" Tanya saya menunjuk jenis mesin yang lain.
"Itu mesin untuk memisahkan buah melon dari air sarinya dan ampasnya," jawab Bu Yuli.
Alat ini mempunyai semacam kran untuk mengalirkan air dari melon yang sudah diproses.
Kemudian sari melon ditampung dan diendapkan dalam panci besar agar mengendap dan airnya jernih.
"Setelah diendapkan siap dikemas, Bu?"
"Belum. Diuap dulu, terus habis itu disaring lagi."
Bu Yuli menunjukkan alat penyaring pada saya.
Setelah  itu baru dikemas dalam cup kecil.
"Sebenarnya ada alat pengemas dalam botol, Bu. Tapi agak sulit, lebih mudah dalam cup kecil ini, dan lebih praktis. Kemasan sebesar ini bisa untuk suguhan lebaran, Bu. Bisa memesan kalau berminat," kata Bu Yuli.
Bu Yuli memberi saya 1 cup sari melon.Â
"Tidak usah,Bu. Saya tadi sudah membeli 1 paket," jawab saya. Satu paket sari melon berisi 8 cup cuma dihargai 10 ribu.
"Ini yang belum dilabeli, dari melon hijau!" Bu Yuli tetap memberi saya 1 cup sari melon hijau.
Sementara, dari melon yang saya beli ternyata dibuat dari melon kuning yang warnanya juga kekuningan.
Kalau diperbandingkan, terlihat jelas perbedaan warnanya.
"Insyaallah Bu. Coba nanti mungkin saya butuh, atau kalau ada teman yang berminat," jawab saya.
"Ini tahan berapa,bulan Bu?" Tanya saya lagiÂ
"Sekitar 2 Minggu. Kalau di kulkas bisa satu bulan. Sebab ini kami produksi tanpa bahan pengawet, dan melonnya juga organik,Bu. Tidak menggunakan pupuk kimia. Melonnya juga kami pilih yang kualitas super, jadi hasilnya juga bagus!" Jawab Bu Yuli.
"Ini pengelolaan limbah sampahnya  bagaimana, Bu?"
 Saya jadi ingat topil di Kompasiana kelola sampah x nara ahirullah.
"Ini hampir tidak ada sampah tersisa,Bu. Semua kami manfaatkan. Sarinya diolah menjadi sari melon, ampasnya diolah menjadi selai melon, kulit dan limbahnya kami proses menjadi eco enzyme dan juga dibuat kompos!"
"Luar biasa. Betul-betul produk ramah lingkungan nih,Bu!"
"Dan satu lagi, Bu. Kenapa kami bisa menjual produk kami dengan murah? Karena bahan bakunya dari hasil panen kami sendiri!"
" Sip. Mantap ,Bu!" Terima kasih sekali, saya sudah diperbolehkan masuk ke ruang produksi.
" Semoga usaha kelompok tani berkah tani semakin maju dan berkembang. Terima kasih juga dikasih sample sari melonnya. Saya mohon pamit. Semoga lain kali bisa mampir lagi."
"Sama-sama!"
"Assalamualaikum..!"
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H