Hari ini saya memutuskan belanja, karena stok persediaan bahan makanan sejak persiapan puasa mulai menipis.
Di pasar tradisional, pembeli biasa-biasa saja, tapi banyak lapak tutup. Sejak persiapan puasa, pasar ramai. Tapi ramadan hari pertama, pasar sepi karena tradisi megengan, di mana semua aktivitas berjualan berhenti.
Kini memasuki ramadan beberapa hari, pasar kembali ramai, apalagi di hari libur. Tapi ada juga lapak yang tetap tutup. Bahkan sejak persiapan puasa.
Setelah tanya sana sini, ternyata ada beberapa  lapak tutup karena penjualnya mudik sejak awal persiapan puasa. Biasanya mereka  adalah pedagang yang berasal dari luar kota, bahkan luar pulau.Â
Tapi ada juga yang sepagi ini dagangannya sudah ludes, habis terjual. Ini karena pergeseran waktu belanja yang maju dari biasanya sebelum persiapan puasa. Baik penjual yang sudah standby, maupun penjual yang sudah buka lapak sejak waktu sahur tiba.
Usai belanja di pasar tradisional, saya mampir ke toko grosir sembako. Ada beberapa barang yang harus saya beli. Tidak banyak, tapi cukup vital. Jadi harus tersedia.
Selesai belanja, saya menuju ke Kasir yang ternyata sudah penuh antrean dan berdesakan.
Tapi saya pilih Kasir yang agak sepi, hanya ada satu atau 2 orang. Kasir lain antrean sudah mengular sampai ke lorong tempat rak-rak belanja tersusun.
Hups!..Â
Saya taruh keranjang belanjaan. Ternyata saya salah pilih. Antrean sepi orang, tapi ternyata belanjaannya seabreg. Satu orang belanja banyak banget.Â
Banyak keranjang belanjaan berjajar yang semua penuh barang diantrekan. Saya lupa, ini adalah tempat grosir, jadi sudah biasa kalau orang belanja kulakan di sini. Bisa semobil penuh. Eh...
Belanjaan saya relatif sedikit, tapi harus antre cukup lama, sementara di rumah banyak yang harus dikerjakan.