Aktivitas apa  yang dilakukan sehabis sahur saat ramadan?Â
Keramas!Â
Eh....bercanda.
Bukan ya. Hehehe..
Kalau saya yang ditanya, jawabnya to the point. Shalat subuh!
Yang pasti itu, sebab di bulan  ramadan ini, saya biasa sahur di akhir waktu.
Jadual puasa ramadan saya dimulai saat terbangun mendengar bunyi alarm yang saya stel pukul 02.55 dinihari. Kenapa bukan jam 03.00?Â
Itu karena saya memberi waktu 5 menit untuk menggeliat dan persiapan bangun. Hihihi...
Biasanya saya langsung mempersiapkan makan sahur, sementara suami masih meneruskan mimpinya bertemu bidadari. Ahay...
Setengah jam harus selesai. Biasanya cukup. Tepat pukul 03.30 saya bangunkan suami untuk sahur bersama.
Menikmati sahur tanpa tergesa-gesa, masih tersisa sekitar 45 menit sampai saat tiba waktu imsak dan masih ada sekitar 1 jam sampai waktu subuh tiba.
Beberapa menit sebelum imsak, sahur sudah selesai, sampai melanjutkan ngemil jika masih ingin. Jadi sesudah sahur, kami hanya perlu menunggu beberapa menit sampai subuh tiba.
Ayah langsung menuju ke masjid untuk berjamaah subuh. Sedang saya shalat subuh di rumah, dan biasanya lanjut membaca Al Qur'an.
Pagi ini, ayah pulang dari masjid langsung tilawah. Saya nanti saja sehabis Dhuha. Pagi ini rencananya mau ke pasar.
Di depan rumah ramai suara anak-anak, membuat saya penasaran dan membuka pintu pagar. Ternyata ada serombongan anak bersepeda.Â
Terdengar ramai berceloteh dan bercerita, mengingatkan saya saat seusia mereka juga berkeliling usai subuh. Tapi jalan kaki.
Tepat berbatasan dengan jalan raya mereka berhenti. Lama.
Karena penasaran, saya hampiri. Ternyata ada satu sepeda yang bermasalah dan dikerubuti.
"Sepedanya kenapa?" Tanya saya.
"Rantainya los!"Â Jawab salah satu anakÂ
"Oh!" Saya diam saja, dan duduk di bangku yang biasanya merupakan bengkel motor tapi masih tutup.
Tadinya saya pikir, mereka bisa mengatasi sepeda yang bermasalah. Tapi sudah lama sepertinya mereka kesulitan. Sepedanya dijungkirkan. Karena penasaran, saya dekati.
"Coba saya bantu!"Â Kata saya sambil berusaha menarik rantai dan meletakkan pada tempatnya.
Ternyata rantainya lepas. Meleset dari tempatnya. Ditarik dan dibetulkan tidak bisa. Rodanya saya putar susah. Kalau dipaksa saya khawatir rantainya putus.
Setelah sekian lama sampai tangan saya hitam semua terkena gemuk rantai, saya menyerah.
"Dibawa ke bengkel sepeda saja, Dek! Itu lho warung yang di barat, itu biasanya juga bengkel sepeda. Diketuk saja pintunya, mungkin bisa  membantu!"
"Bayar nggak? Saya tidak bawa uang!" Anak lelaki kecil menjawab.
" Paling tidak, kan cuma membetulkan rantai. Atau kalau suruh bayar, bilang saja bayarnya nanti kalau lewat lagi!"
Sang anak tertegun. Tampaknya ragu-ragu.
"Atau begini saja, rumahnya mana?"
"Krandegan!"
"Dekat!" Kalau begitu, sepedanya dituntun saja dibawa pulang, biar diperbaiki bapaknya di rumah. Temannya menemani. Mau?"
"Iya, Bu. Ayo, dituntun saja. Semua jalan kaki, nggak papa!" Salah satu anak mengajak temannya untuk bersama -sama menuntun sepeda.
Sepeda yang bermasalah itu diberdirikan.
"Sebentar, saya coba lagi membetulkan!"
Rantainya saya letakkan di geriginya, terus rodanya saya dorong sambil menempatkan rantainya. Ternyata mudah sekali. Rantainya langsung terpasang pada tempatnya. Aku nyengir sendiri.
Kenapa tadi sudah payah sampai berkeringat dan berlepotan gemuk,hihihi..
Ternyata memasang rantainya mudah sekali kalau posisi sepedanya siap jalan, tidak malah dijungkirkan.
"Kayanya sudah bisa, coba dijalankan dan dinaiki!"
"Sudah bisa!" Kata salah satu anak yang sepertinya pemilik sepeda.
"Ya sudah, sana dinaiki. Lanjutkan main sepedanya!"
"Terima kasih, Bu!"
"Ya, sama-sama. Hati-hati, ya!"
"Ya, Bu. Terima kasih. Monggo...
Mereka melanjutkan acara bersepedanya. Semoga tidak lepas lagi rantainya.
Saya bersiap ke pasar, karena hari mulai terang.
Ternyata di pasar sudah sepi. Mencari tempe sudah habis semua. Ternyata jam pasar pindah jam tayang. Hiks...
Mungkin sudah sejak waktu makan sahur pasar buka. Jam segini sudah tidak kebagian tempe, padahal biasanya sampai jam 10.00 masih ada. Sekarang, saat ramadan, pukul 06.30 penjualnya sudah kukut. Besok kalau ke pasar harus lebih pagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H