Berkunjung ke Rumah Mbah Saimin atau Pak Wandi ini sungguh menyenangkan. Bisa berbincang banyak hal tentang umat Budha dan penduduk yang menganut agama lain penuh kerukunan.
Sayangnya kami harus segera mohon pamit, karena waktu terus berjalan.
Kamipun berpamitan dan berniat singgah juga di Petilasan Erlangga yang diberi nama Situs Watu Dukun.
Sampai di lokasi saya kaget. Ponsel yang saya pikir sudah masuk di tas, ternyata tidak ada. Di saku, dan jok juga nihil. Dengan sangat menyesal dan mohon maaf, akhirnya kami berbalik lagi. Duh, maaf ya Mas Hendrik, Mb. Lutfi, Dek Wawa. Mau cepat-cepat malah jadi lambat. Hiks...
Alhamdulillah, ternyata memang betul tertinggal. Ayah bersedia mengambilkan.
 Terima kasih ya Ayah, Aku sudah tak sanggup kalau harus naik lagi untuk ambil ponsel.
 Lutut rasanya kaku dan ngilu. Beruntung ayah masih lincah berlari kecil menaiki jalan menanjak. Dan berbalik sambil membawa ponsel saya.
Akhirnya, kita kembali ke situs Watu dukun. Dan saya langsung turun tak sabar ingin memotret kondisi di sana.
Situs Watu dukun adalah Sebuah batu besar yang diyakini sebagai punden berundak, seperti dinyatakan oleh seorang pemerhati sejarah.
Situs Watu dukun merupakan sebuah batu besar yang berusia lebih dari 1000 tahun.Â
Situs ini ditemukan di sebuah tempat yang diyakini sebagai Danyang atau tempat keramat.