Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menunggu Hujan di Restoran Watu Lesung

13 Februari 2024   11:56 Diperbarui: 14 Februari 2024   15:18 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu Hujan di Restoran Watu Lesung dengan menikmati es krim stroberi dan sop buah (dokpri)

Mendung menggelayut, semendung hatiku di siang yang sendu. Eh ..

Entah kenapa tiba-tiba langit gelap, padahal baru saja cuaca begitu cerah. Sudah waktu dhuhur, dan aku masih berpacu bersama motorku.

Waktunya istirahat, dan menunaikan shalat. Tapi sepertinya bisa dirapel, istirahat, shalat dan makan siang.

Motorku melaju menuju desa Kresek. Kukebut laju motorku, seperti nya air mata langit hampir menetes. Aku harus cepat, sementara aku belum memutuskan ingin singgah di mana.

Sepanjang jalan Dungus-kresek banyak restoran yang bisa dikunjungi. Salah satu pesona di desa Kresek adalah keindahan alamnya yang terjaga melalui wisata berkelanjutan.

Sawah-sawah dibiarkan alami sebagai daya tarik restoran. Penduduk sekitar dirangkul untuk membantu pertumbuhan restoran sekaligus meningkatkan perekonomian.

Restoran watu lesung(dokpri)
Restoran watu lesung(dokpri)

Aku nyaris berhenti di Caping gunung, tapi aku terlanjur ngebut, laju motor susah berhenti, akhirnya aku memutuskan menuju restoran watu lesung saja.

Restoran yang satu ini belum pernah Aku kunjungi. Biasanya kalau tidak caping gunung ya pondok catur. Sesekali ke lembah Wilis, restoran singo langit, atau ikan bakar Jan enak e.

Dari luar terlihat sempit, ternyata di dalam cukup luas. Masuk ke restoran ini langsung disambut patung Semar yang mempersilakan dengan jempolnya.

Disambut Mbah Semar di restoran watu lesung(dokpri)
Disambut Mbah Semar di restoran watu lesung(dokpri)

Sampai di sini sudah mulai gerimis. Aku langsung menuju mushola yang letaknya bersebelahan dengan toilet.

Mushola di restoran watu lesung (dokpri)
Mushola di restoran watu lesung (dokpri)

Tersedia 4 toilet yang representatif dan tempat wudhu. Alhamdulillah..bisa segera kutunaikan shalat.

Salah satu karyawan restoran sedang mengantar pesanan (dokpri)
Salah satu karyawan restoran sedang mengantar pesanan (dokpri)

Restoran ini juga ramah anak. Tersedia ruang bermain di sisi atas, jauh dari sungai, sehingga aman, meski anak-anak harus tetap diawasi.

Area balita dan non balita di restoran watu lesung (dokpri)
Area balita dan non balita di restoran watu lesung (dokpri)

Selesai shalat aku kembali turun ke restoran yang terdiri dari tempat makan memanjang, langsung berhadapan dengan sungai.

Saat itu sedang hujan, sungai banjir, dan arus deras. Jadi aku cuma melihat dari atas, tidak berani turun. Terlalu beresiko. Tidak ada pengunjung yang berani turun.

Semua duduk manis di bangku-bangku yang tersedia. Lampu-lampu dihidupkan saat mendung gelap, membuat suasana romantis dan syahdu.

Tempat-tempat makan terlihat semarak, karena mendung dan sedikit gelap, kerlap Kerlip lampu terlihat semakin indah.

Bisa juga memesan lilin di sini untuk yang pengin candle light dinner. Tapi ini masih pukul 13.07. Masih siang meski suasana gelap. Jadi tidak ada makan malam romantis dengan nyala lilin.

Lampu-lampu yang dinyalakan memberi suasana romantis dan syahdu di restoran watu lesung (dokpri)
Lampu-lampu yang dinyalakan memberi suasana romantis dan syahdu di restoran watu lesung (dokpri)

Aku mencari tempat nyaman untuk menyendiri sambil menunggu hujan reda. Ada beberapa ide yang harus segera kutuangkan dalam keypad hape agar tidak segera lupa.

Sebelumnya, memesan makanan dan minuman dulu di sekitar tempat duduk.

Sederhana dan alami, tapi nyaman, menikmati makan di pinggir sungai bersama keluarga (dokpri)
Sederhana dan alami, tapi nyaman, menikmati makan di pinggir sungai bersama keluarga (dokpri)

Ada daftar menu yang bisa dipesan. Aku memilih menu untuk menemaniku memulai proses kreatif dengan keypad hape. Simple dan tidak ribet.

Selesai menulis, pesanan kuserahkan pada karyawan yang berjaga untuk diteruskan di dapur pelayanan. 

Sambil menunggu pesanan, aku mulai menyeleksi foto yang akan dipergunakan sebagai ilustrasi artikel.

Lanjut mulai menulis artikel yang kuinginkan. Perjalanan hari ini begitu menarik bagiku. Banyak yang bisa ditulis. Kalau tidak segera disalin, biasanya jadi lupa dan tertimbun pengalaman lain. 

Sudah selesai 2 artikel. Sedikit lebih, bersyukur pesananku mulai diantar.

Baru apetizer dan dessert, yang sayangnya mirip. Entah harus disyukuri atau disayangkan.

Menarik sih, sepertinya senada, tapi menurutku jadi kurang bervariasi, meski tetap cantik menarik.

Ini tidak akan kubahas sekarang. Besok saja ya, kutulis dalam foodie.

Sekarang biarkan aku menikmati Mindful Eating penuh perasaan dan kesadaran, sekaligus privacy yang terjaga dan merdeka di tempat yang nyaman ini.

Sepertinya aku akan suka dan sering-sering ke sini sendiri untuk memperlancar proses kreatif ku dalam berekspresi.

Deretan tempat duduk untuk menikmati makan di pinggir sungai (dokpri)
Deretan tempat duduk untuk menikmati makan di pinggir sungai (dokpri)
Oh,iya. Kalau ingin mengikuti jejakku, kukasih bocoran ya, restoran watu lesung ini tepat berada di samping jembatan catur, kresek, Wungu, Kabupaten Madiun.

Tempatnya enak buat menyendiri, berpasangan, atau bersama keluarga. Nggak percaya?

Coba saja buktikan sendiri!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun