Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Rahasia Asyik Makan Durian di Pinggir Sawah

9 Februari 2024   10:25 Diperbarui: 9 Februari 2024   17:25 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rahasia Asyik Makan Durian di Pinggir Sawah. Daging buahnya montok, isinya cuma seuprit(dokpri)

Aku berhenti di pasar Dungus. Tiba-tiba kepengin makan durian.
Kl di pasar biasanya murah. Tp kualitas entah.

Kupilih yg paling besar dan utuh. Mungkin gak sampai limapuluh.

"Berapa,Bu? Tanyaku.
"Tiga lima!" Weh...lebih murah dari dugaaku.
"Pasnya berapa,Bu? Masih juga aku nawar.
"Pas!" Ibunya kekeuh.
"Biasanya 25 boleh, kataku iseng.
"Tambahin 2 ribu. Td belinya 25. Biar saya dapat untung.

Kl alpukatnya?"
Lima belas.
"Biasanya 10 ribu. Kataku msh nawar.
Nggak boleh.
Ya sudah, sekilo saja.
Jadinya berapa, Bu?
"42!"
"Empat puluh saja ya!"
Nggak boleh.
Ya udah. Ada uang pas Bu kembaliannya?
"Ada.
Okelah.
Duriannya dibelah sekalian, Bu. Mau saya cicipi.

Nggak bisa!
Ya sdh.
Okelah.

"Ketela sama manggisnya sekalian,Bu!"

"Lha nanti yang makan siapa, wong saya cuma sendiri?"

"Begitu ya, Bu? Semoga selalu sehat ya,Bu. Terima kasih sudah dilarisi!"

"Sama-sama. Terima kasih doanya juga, Bu!"

Sampai di perjalanan, aku berhenti di pinggir sawah.

Ada jembatan yang bisa buat duduk.
Tapi sepertinya lebih enak duduk di rerumputan.
Di samping deru air yang melimpah.
Ah...petani pasti senang,  sehabis hujan berlimpah air, padi menghijau dan subur.

Kuambil durian dari cantolan motor.
Waduh, gimana membukanya. Tadi penjualnya nggak mau membantu membuka.
Aha....
Banting saja ke tanah.

Rahasia Asyik Makan Durian di Pinggir Sawah. Ada sejuring yang busuk(dokpri)
Rahasia Asyik Makan Durian di Pinggir Sawah. Ada sejuring yang busuk(dokpri)

Yes...
Qadarullah pas busuk.
Kucoba belah juring yang lain.

Masya Allah...montok! Persis kamu yang lagi ditinggal suami ke luar kota. Seksi untuk digauli. Eh...itu mah kamu yang selingkuh!

Masya Allah...ini durian enaaakkkkk.... bingitz.

Kunikmati dengan mindful Eating.
Legit!
Manis!
Empuk!
Mirip kamu!

Kamu yang setia menemaniku berselingkuh.
Duh...jadi gemes pengin nyiumin kamu.
Eh...
Tapi ini durian. Bukan buat diciumin, tapi untuk dicicipi.
Yuk...mari!

Durian semontok ini bijinya cuma sebesar biji mahoni. Bayangin...(dokpri)
Durian semontok ini bijinya cuma sebesar biji mahoni. Bayangin...(dokpri)

Nyam..nyam...nggak peduli Pak tani yang lewat sambil melongo.
Nggak peduli sopir truk membunyikan bel liat orang makan durian di pinggir jalan.
Gue mah cuek.

Makan durian dikit-dikit, sambil menulis di tepi sawah. Berasa seniman lata sedang merangkai aksara.

Sayangnya mau menulis puisi gagal melulu. Bahkan puisi galaupun susah kutulis.

Ah...mungkin aku terlalu realistis. Nggak bakat nulis puisi. Menulis artikel saja kalau begitu. Menghayati suara alam. Tak perlu banyak berpikir. Cukup mengaktifkan semua indra dan mengimplementasikan dalam kata.

Haaa...jadi juga. Durian sebuah habis tak terasa.

Qadarullah duriannya ada yang busuk, jadi nggak harus ngehabisin satu buah penuh.
Mungkin cuma 3/4. Tapi leker... 

Mindful Eating nggak nih, menghabiskan sebuah durian penuh perasaan. Hohoho...

Puas pokoknya.
Afwan ya, ana makan durian tidak nawarin anti antum pade.
Ana mah....ana -ana bae!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun