Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Yuk, Urip Ayem Tanpo Kreditan Sebagai Implementasi Hidup Sederhana Terencana, Bagaimana Caranya?

1 Februari 2024   11:42 Diperbarui: 1 Februari 2024   11:51 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak perlu malu jika punyanya cuma mobil tua. Urip Ayem Tanpo Kreditan sebagai implementasi hidup sederhana terencana (dokpri)

"Orang yang benar-benar kaya adalah orang yang dapat menikmati kebahagiaan sederhana." (Seneca, Tokoh filsafat Stoicisme)

Saat mengabadikan momen di sebuah tempat wisata, tanpa sengaja saya menangkap gambar mobil yang kaca belakangnya bertuliskan "Urip Ayem Tanpo Kreditan"( hidup tentram tanpa kredit).

Awalnya saya tersenyum simpul. Kalimat sederhana itu sebenarnya bermakna sangat dalam. Apalagi mobilnya juga termasuk mobil tua keluaran lama, kalau dilihat dari bentuknya.

Saya sih iyes dengan kalimat itu. Mobil lama ko nggak masalah asal belinya kontan.

Di balik kata-kata itu, banyak hal yang bisa kita tafsirkan. Hidup tanpa kredit itu juga sebuah kekuatan mental yang tidak sembarang orang bisa menjalaninya.

Kalau berbicara mobil, saya pernah dengar obrolan para pedagang di pasar.

" Beli mobil sih sekarang mudah. Tinggal kredit. Tapi nanti tidak ada uang buat beli bensinnya," hahaha...

"Iya, belum lagi buat servis. Servisnya gratis, tapi ganti olie, ganti aki, bikin bangkrut."

"Lagian dipakainya juga sesekali!"

"Ya,Bu?" Kata salah seorang pedagang saat saya berniat membeli dagangannya.

Saya hanya tersenyum.

Tak perlu malu jika punyanya cuma mobil tua. Urip Ayem Tanpo Kreditan sebagai implementasi hidup sederhana terencana (dokpri)
Tak perlu malu jika punyanya cuma mobil tua. Urip Ayem Tanpo Kreditan sebagai implementasi hidup sederhana terencana (dokpri)

Mungkin semboyan Urip Ayem Tanpo Kreditan adalah milik orang yang cerdas secara finansial, juga smart menjalani hidup.

Orang tanpa kredit pastilah orang yang sudah lihai mengatur pengeluaran sesuai penghasilan yang didapat.

Juga mempunyai karakter kuat dan pandai mengendalikan syahwat belanja untuk membeli barang unfaedah.

Pandai menyesuaikan kebutuhan, keinginan dan pendapatan.

Jika terpaksa kreditpun, orang yang cerdas secara finansial dan smart menjalani hidup tidak akan kesulitan mencicilnya, karena itu sudah masuk dalam anggaran.

Hidup pun juga terasa ringan tanpa beban, karena semua tercukupi bahkan berlebih, sebab terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan. 

Satu hal yang terkadang tidak disadari, bahwa kehidupan sederhana terencana itu bisa diwujudkan dengan pengelolaan keuangan yang tepat, bulan karena nominal gaji yang besar.

Berdasarkan pengalaman, untuk menghindarkan diri dari konsumsi berlebihan dan mencegah terjerumus hutang  atau kreditan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan.

Apa saja cara menghindari terjerumus hutang?

1. Mencatat seluruh pemasukan dari penghasilan. 

Untuk yang menerima gaji tetap bulanan, bisa ditulis sekali. Tapi bisa ditambahkan jika ada pemasukan tak terduga. 

Pemasukan tak terduga selain penghasilan rutin bisa dialokasikan untuk ditabung sebagai dana darurat saat dibutuhkan.

2. Mencatat pengeluaran wajib yang rutin harus dibayarkan tiap bulan.

3. Setelah pengeluaran rutin dan wajib, kita alokasikan untuk anggaran makan sehari-hari.

Biasanya, untuk kebutuhan makan mengambil porsi yang paling besar. Tapi kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling bisa diatur, sesuai anggaran tersedia.

Pengeluaran untuk makan bisa disesuaikan. Untuk keluarga yang istri tidak bekerja di luar rumah, lebih baik untuk kebutuhan makan dicukupi dengan memasak sendiri, sebab:

- lebih hemat

-lebih sehat

- bisa menyesuaikan dengan mudah jika perlu diet makanan tertentu.

- bisa memanfaatkan pekarangan untuk mengurangi pengeluaran membeli bahan makanan.

4. Penuhi kebutuhan yang mendesak saja, jika anggaran terbatas.

5. Penuhi keinginan jika dana masih tersisa banyak.

6. Sediakan anggaran ditabung yang bisa diambil kapan saja.

7. Anggarkan dana untuk menabung demi keperluan anak, terutama pendidikannya sejak mereka lahir.

8. Sisihkan anggaran yang ditabung tanpa pernah diambil sampai jatuh tempo dana bisa dimanfaatkan.

9. Biasakan membelanjakan uang sesuai kebutuhan, bukan karena hasrat dan keinginan.

Selesai?

Tentu saja masih ada yang harus kita lakukan.

Apa saja? Yuk disimak :

1. Jangan biasakan memenuhi kebutuhan dan keinginan mengikuti standar orang lain. Sebab standar dan prioritas setiap orang atau keluarga berbeda-beda.

2. Membiasakan membeli barang sesuai fungsinya, bukan sesuai gaya hidup. 

3. Jika terpaksa berhutang, pastikan ada pemasukan yang jelas dan dana yang longgar untuk mengangsur.

4. Yuk biasakan hidup sederhana terencana. Penghargaan orang lain karena kita bermewah-mewah di luar kemampuan dan untuk hal yang sia-sia justru menjerumuskan.

Alhamdulillah, berapapun nafkah yang diberikan suami, bagi saya selalu mencukupi tanpa harus kredit .Bukan Besarnya Gaji, tapi bagaimana kita mengelolanya.

So, Urip Ayem Tanpo Kreditan itu adalah manifestasi dari diri saya pribadi.

Yuk, Mari......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun