Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gatotkaca Satria Pringgodani

31 Januari 2024   11:46 Diperbarui: 31 Januari 2024   19:31 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akulah Gatotkaca satria pringgodani.

Ayahku Bima, Ibuku Dewi Arimbi

Sebutanku otot kawat balung Wesi.

Karena aku sudah digembleng di kawah candradimuka.


Saat aku lahir, pusarku dipotong dengan rangka senjata Konta. Rangka dari kayu mastaba.

Rangka yang langsung hilang dalam tubuhku.

Kelak dalam perang bharatayuda, senjata itu yang mampu mengalahkanku.

Bersatunya warangka dan senjata Kontawijaya


Tersebutlah Adipati Karna, saudara Pandawa  yang membela Hastina.

Dalam perang bharatayuda, Adipati Karna mengincar Arjuna. Saudara seibu, sekaligus musuh sepadan.

Prabu Kresna tahu, Hanya Karna yang bisa menandingi Arjuna.

Karena Karna mempunyai Senjata pusaka milik dewa, senjata  sakti Kontawijaya

Gatotkaca Satria Pringgodani (dokpri)
Gatotkaca Satria Pringgodani (dokpri)

Tapi ada satu rahasia, Senjata Konta hanya bisa dipergunakan satu kali.

Adipati Karna sudah lama menyimpan senjatanya untuk mengalahkan Arjuna.

Saat Bharatayuda, Hastina berlaku curang.

Meski hari sudah malam, mereka tetap menyerang dalam gelapnya malam.


Prabu Kresna sang ahli siasat perang.Meminta Gatotkaca maju menghadang.

Kotang Antrakusuma, pusaka Gatotkaca. Di kegelapan malam bisa memancarkan sinar terang.

Pasukan Hastina tunggang langgang.

Silau oleh cahaya terang kotang Antrakusuma. Sekaligus ngeri melawan Gatotkaca yang membabi buta.


Adipati Karna maju meradang. Senjata sakti siap terentang.

Tepat mengejar Gatotkaca yang tak bisa menghindar.

Senjata Konta telah menemukan rangkanya, bersatu menembus tubuh Gatotkaca.

Yang terlempar ke arah Pasukan Hastina. Bercerai berai tewas di Medan laga,  menghancurkan kereta Adipati Karna.

Gatotkaca Satria Pringgodani (dokpri)
Gatotkaca Satria Pringgodani (dokpri)

Gatotkaca telah gugur, mengorbankan diri sebagai Ksatria.

Prabu Kresna tersenyum. Misinya tercapai. Arjuna kini aman.

Senjata Konta telah lenyap. Adipati Karna takkan mampu melawan Arjuna 

Pengorbanan Gatotkaca tak sia-sia, karena telah menyelamatkan jiwa pamannya, Arjuna.

Dalam dunia pendidikan, anak-anak juga bisa mengenal kebudayaan daerah. Baik kebudayaan daerah sendiri maupun daerah lain.

Mengenal  kebudayaan bisa dilakukan dengan memakaikan kostum pewayangan, yaitu Gatotkaca seperti contoh di atas.

Dengan memakai kostum itu, otomatis guru, orang tua dan anak akan berusaha mengenal dan memahami karakter Gatotkaca.

Setelah mengenal karakter, maka bagaimana tampil sebagai Gatotkaca akan terlihat pas dan sesuai.

Tapi, bagaimana jika kementerian kebudayaan terpisah dari kementerian pendidikan?

Akankah kebudayaan lebih berkembang? Atau justru menutup jalan bagi anak-anak untuk mengenal kebudayaan?

Tentunya jika kementerian kebudayaan terpisah, harus tetap ada komunikasi dan interaksi antara kementerian kebudayaan dan kementerian pendidikan.

Tonton video Gatotkaca Satria Pringgodani dalam pawai jalan santai harlah ke-66 Yayasan pendidikan Islam Bahrul Ulum Buluh Krandegan Kebonsari Madiun, ya....


Di saat sekarang, kementerian kebudayaan dan kementerian pendidikan menjadi satu. 

Ini bisa membuka peluang siswa siswi untuk mempelajari budaya daerah dengan memasukkan kebudayaan dalam kurikulum.

Bisa memasukkan dalam mata pelajaran seni, atau memasukkan kebudayaan dalam pendidikan karakter atau profil pelajar Pancasila.

Bersatu dengan kementerian pendidikan atau kementerian kebudayaan terpisah, sebenarnya bukan masalah.

Tapi tergantung pada manajemen dan pengelolaannya. 

Untuk itu dibutuhkan tenaga yang kompeten di bidangnya tanpa perlu adanya kementerian pendidikan dan kementerian kebudayaan terpisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun