Terlena Dalam Lezatnya Intip Ketan dan Wedang Jahe Gula Kelapa.
Mungkin kuliner ini adalah pangan lokal yang tidak di semua tempat ada.
Intip, atau kerak, biasanya terdapat di bagian bawah, tapi rasanya paling gurih kalau kita memasak nasi.
Intip nasi biasanya dikeringkan dan digoreng, seperti yang banyak ditemukan sebagai oleh-oleh khas kota Solo.
Tapi ini intip ketan, tentunya berbeda dan membuat aku penasaran untuk mencicipi nya.
Sore yang cerah. Tanda-tanda hujan tidak terdeteksi. Kita berniat cari kue lumpur, tapi kenapa malah dapatnya intip ketan?
"Dek, jadi beli kue lumpur nggak?"
"Jadi, tapi nanti habis ashar saja!"
"Oke!"
Habis ashar kita cus ke jalan Rimba dharma Kota Madiun. Maklum, pernah ke sini sore hujan, pedagangnya tidak ada yang jualan. Gagal deh dapat kue lumpur.
Sampai di sana seperti nya penjual nya baru ngelapak. Yuk disamperin saja.
"Bu, kue lumpur ya ada?"
"Oh, sudah habis. Yang jalan Diponegoro juga sudah habis!"
"Lho?! Aduh, kecewa deh kita. Para penjual di jalan Rimba dharma, sebagian memang pindahan dari jalan dr.Soetomo dan jln. Diponegoro.
"Bukanya jam berapa,Bu?" Tanyaku penasaran. Kecewa dan tak rela juga, sudah kehabisan.
"Kalau yang di jln Diponegoro, jam 09.00 sudah buka. Kalau yang di sini, jam 13.00 bukanya, sampai habis!"
"Oh, begitu ya. Terima kasih, Bu!"
"Sama-sama."
"Monggo. Assalamualaikum!" Aku langsung pamitan dan menemui ayah yang sudah menunggu di pojokan.
"Mana kue lumpurnya?"
"Habis! Telat kita, lain kali saja datang lebih awal!"
"Ya, sudah. Sekarang ke mana?"
"Pulang saja, biar tidak telat Maghrib nya?"
"Oke!"
"Nanti kalau sampai pasar Pagotan, ada yang jual intip ketan, mampir dulu ya, Mas. Aku pengin nyobain rasanya."
"Ya!"
Melewati Pasar Pagotan, ternyata ada penjualnya. Semoga tidak kehabisan.
"Stop...stop! Stop Mas. Itu penjualnya ada.

Agak panik, kok intip ketannya tinggal seporsi. Yang seporsi sudah dibungkus. Mungkin pesanan orang?
" Intip ketannya ada, Bu?"
"Ada!"
"Seporsi berapa?"
"Enam ribu!"
"Beli 2 porsi ada, Bu?"
"Ya!"
Aku melihat ada potongan ketan kukus, dengan permukaannya sedikit kecoklatan, seperti bersentuhan dengan dasar tempat memasak. Atau dibakar? Entahlah!
Mungkin itulah sebabnya disebut intip ketan
Kulihat setiap porsi terdapat 2 potong. Setiap potong, permukaannya ditaburi kelapa parut, garam dan gula, dipotong persegi panjang, lalu dilipat
Hemmm...air liurku sudah menetes, tak sabar untuk mencicipi. Aku memang penggemar kuliner dari ketan.
Banyak pangan lokal yang dibuat dengan bahan dasar ketan. Wajik, lemper, ketan awur, ketan durian, dan ini ada intip ketan.
Banyak makanan khas atau pangan lokal yang bisa dibuat dari ketan. Bahkan dibuat tape pun bisa. Aku juga suka.
Aku mengambil uang untuk membayar intip ketan yang kubeli.
Ternyata yang dibungkus belum ada yang beli. Mungkin biar mudah dan higienis saja, langsung dibungkus.
Alhamdulillah, masih kebagian 2 bungkus intip ketan. Yuk ngebut langsung pulang biar nggak telat Maghrib nya.
Sebenarnya kalau sudah keburu Maghrib tinggal belok ke masjid. Kan sama ayah. Tapi kalau aku memang lebih enak shalat di rumah, tidak ribet saat wudhu.
Tepat sampai depan rumah pas adzan Maghrib. Simpan dulu intip ketannya.
Pindahin dulu intip ketannya di wadah lain. Sepertinya enak dinikmati sama wedang jahe. Yuk, membuat wedang jahe dulu.
Wedang Jahe

Bahan :
- 1 buah gula kelapa berukuran kecil.
- sepotong jahe kira-kira 25 gram
- 2 gelas air
Cara membuat :
1. Cuci bersih jahe, dan keringkan. Bakar di atas api sampai matang, tapi jangan sampai gosong, kemudian digeprek.
2. Didihkan air. Masukkan gula dan jahe. Tunggu sampai gula larut.
3. Saring, dan wedang jahe siap dinikmati bersama intip ketan.

Suguhin ke ayah dulu intip ketan sama wedang jahenya. Aku mau menggoreng telur dadar dulu buat tambah lauk makan malam.
"Nih, intip ketannya sama wedang jahe, Mas. Cocok sepertinya!"
"Oke, makasih ya!"
"Yupz!"
Kutinggal ke dapur.
"Dek, intip ketannya enak. Tapi kok banyak banget, ya!"
"Iya, itu makanan kesukaanku!"
"Dek, kayaknya aku nggak makan malam, sudah kenyang makan intip ketan!"
"Walah, sudah kubuatin lauk nih!" Buat sahur aja kalau gitu!"
" Iya, sudah kenyang. Bahaya nanti kalau kebanyakan. Nih sudah kuhabisin."

Ayah membawa piring bekas intip ketan yang tinggal sisa remah-remah parutan kelapa.
"Lho, kok dihabisin?" Aku belum makan!"
"Kirain buat aku semua? Pantesan batinku kok kamu ngasihnya banyak banget," kata ayah polos.
"Lha itu tadi 2 porsi. Hiks...Isinya 4 potong. Potongannya gede-gede. Hiks...kan banyak banget, nggak terpikir kalau habis. Hiks...."
"Ya, sudah. Ayuk beli lagi, kuanter!"
"Itu tadi tinggal 2 porsi, kubeli semua. Jadinya sudah habis."
"Ya sudah, kapan-kapan saja beli lagi. Aku tadi sudah mencicipi kok," kataku sambil nyengir.
Intip ketannya memang wuenakk. Bikin terlena saat memakannya sampai habis tak terasa.
Tak heran ayah sampai terlena dalam lezatnya intip ketan dan wedang jahe gula kelapa. Hihihi...
Nggak papa, aku menikmati wedang jahenya saja. Enak juga, kok. Hiks ...
Kalau pengin intip ketan juga, langsung beli saja ya, di jln Ponorogo -Madiun, depan Pasar Pagotan, Kabupaten Madiun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI