Sore yang gerimis manis, dengan kabut yang pelan menyapa dengan keramahannya. Tahun telah berganti seminggu lamanya, tapi hikmah tahun 2023 sepertinya masih menyertai kehidupan.
Aku diam dalam doa. Kalau pergi sendiri, pasti ayah tidak bakal berani naik sampai sejauh ini. Mobil mending diparkir, dan kita naik transportasi lain. Tapi hidup harus terus maju. Kalau tidak berani mengambil resiko, mungkin kita jalan di tempatÂ
Sebulan yang lalu Ayah sudah berlatih melewati Medan yang sedikit berat, dan ternyata nyaman-nyaman saja, sehingga sekarang berani menyetir sendiri ke Bromo. Mungkin itu adalah hikmah tahun 2023.
Berani nggak berani, harus berani nyetir sendiri. Kalau teman yang lain bisa, kita pasti bisa. Eh...aku sih cuma nyuport, hehehe.
Apalagi hari ini ada Pak Mul, teman Ayah di BNC yang memandu di depan. Berkendara bersama Bu Mul.
Sementara di belakang mengawal, ada Mas Kelik, dan istrinya Mbak Monik. Mas Kelik sudah sangat berpengalaman, tak heran kalau santai saja di belakang, karena sudah akrab dan paham betul menyiasati Medan yang bagaimanapun.
Tinggal ayah, dengan aku di sampingnya yang masih ragu dan was-was karena belum terbiasa berkendara di jalan yang sulit.Akhirnya di dekat mushola, kami berhenti. Ayah meminta pada Pak Mul untuk beristirahat dahulu.
Terlihat ayah sudah stres melewati Medan yang berkelok dan terus menanjak.
 Meski sebenarnya bukan tanjakannya yang membuat stres, tapi rute turun nantinya.
 Semakin tinggi naiknya, tentunya turun juga semakin curam. Itu yang membuat Ayah was-was.