Lima atau 10 tahun yang lalu, susah sekali mencari suara adzan untuk menentukan waktu shalat.
Suatu perubahan luar biasa yang mencerminkan kerukunan dan kedamaian saat keyakinan berbeda bisa nyaman hidup berdampingan.
Bahkan paginya Aku lebih kagum lagi, ternyata di sebelah penginapanku adalah mushola.
Begitu pula di sebelah barat yang juga relatif dekat. Ada Lagi masjid.Â
Berasa di kampung sendiri, tidak khawatir telat bangun pagi, karena suara adzan sangat jelas terdengar.
Sekitar pukul 07.55 Aku dan ayah berangkat ke Wonokitri. Berjalan dulu sampai pasar, lanjut ngojek ke pendopo Wonokitri.
Jalannya menanjak, lumayan bisa olahraga pagi dan jalan santai yang tetap saja membuatku ngos-ngosan. Untung hawanya dingin, jadi tidak terlalu menyiksa untuk berjalan di tanjakan. Sehat, bebas polusi kendaraan bermotor.Â
Siangnya ayah mendapat pesan dari Pak Mul untuk membelikan kopi Bromo, lupa tadi malam tidak membeli kopi Bromo.
Kopi Bromo ini merupakan kopi Arabica yang sudah diroasting, tapi belum digiling.
Kopi ini merupakan produk hulu dari Masyarakat Tengger yang diolah oleh industri hilir dengan label kopi Gondosuli. Namanya mirip dengan sebuah tempat di Madiun dekat Taman wisata nangka ijo. Hehehe..
Yuk Bungkus dulu kopinya. Kopi ini bisa dibeli di kafe Awan tengger kalau bermalam di sekitar Polsek Tosari.