Pariwisata berkelanjutan adalah pengembangan konsep berwisata yang dapat memberikan dampak positif jangka panjang (kemenparekraf.go.id)
Pengaruh positif  jangka panjang itu meliputi  lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi.
 Jangka panjang meliputi masa kini dan masa depan bagi seluruh masyarakat lokal, juga wisatawan yang berkunjung.
"Langsung masuk... Langsung masuk. Parkir luas! "
 Lelaki setengah baya memandu mobil suamiku yang masih meragu.Â
Kami memang belum paham daerah ini. Awalnya ingin parkir di pinggir waduk bersama beberapa kendaraan yang sudah terpakir. Tapi memang tempat parkirnya terbatas dan berada di bawah pepohonan.Â
Sang lelaki menunjuk ke pintu masuk. Kukira itu pintu masuk ke tempat wisata ini, ternyata pintu masuk ke rumah makan. Hihihi..Â
Terjebak dong!Â
Enggak sih. Kami memang berniat mencicipi ikan bakar. Tapi sebenarnya tidak sekarang.Â
Tapi nggak papa juga, bisa pesan dulu dan ditinggal jalan-jalan melihat suasana sekitar yang menentramkan.Â
RM Pondok Teduh ini hanya salah satu RM yang ada di wisata Waduk Pondok.
Seorang anak lelaki mendatangiku dan memberikan nomor meja, daftar menu dan lembar pemesanan.
Aku dan suamiku memilih menu yang ingin kami nikmati. Setelahnya kuserahkan kembali pada karyawan RM.
Sambil menunggu pesanan, kami mengitari RM Pondok Teduh yang pengunjungnya mulai berdatangan.
Ada mushola kecil di antara gazebo-gazebo yang ada.
Di dalam restoran, tempat parkir tersedia luas dan tidak perlu membayar alias gratis.
Toilet juga tersedia gratis, ada 2 tempat untuk laki-laki dan perempuan.
Tampaknya pengunjung restoran dimanjakan untuk menikmati fasilitas yang ada secara gratis.
Anak-anak pun mempunyai ruang untuk bermain dengan ayunan dan mainan putar. Perosotan, dan tempat luas untuk berlarian.
Rumah makan ini cocok untuk bercengkrama dengan keluarga, berdua dengan suami atau istri, rame-rame bareng bestie, banyak juga rombongan komunitas dan instansi yang datang ke sini.
Karena pesanan belum siap, kami Selfi dulu. Sesekali meluangkan foto bersama dan dipamerin, biar nggak dikira jomblo. Hehehe...
Rumah makan bervibe syahdu ini memang cocok untuk merawat cinta. Mesra bersama suami atau istri.Â
Biasanya kan ada yang suka mesra sama teman-teman wanitanya. Teman tapi mesra. Dikiranya nggak akur sama istrinya.Â
Terkadang cinta yang tidak dirawat memang suka mendarat dan mencengkeram orang-orang yang mudah terjerat.Â
Apalagi di jaman digital yang komunikasi bisa dilakukan sambil rebahan dan tidur berdua. Maksudnya tidur di tempat sendiri -sendiri ya...
Terkadang memang ada hal-hal di luar kontrol dan godaan dalam menjalani hidup rumah tangga. Tapi selalu beriman dan meniti jalanNya akan memproteksi kita dari godaan maksiat.
Eling lan waspada, jika kita menyadari hanyalah hambaNya yang tak berdaya, tak perlu macam-macam.
 Eh....kok malah jadi bertausyah. Kita kan mau menikmati kuliner di sini.
"Getuk pisang,Pak. Cuma 10 ribu!" Seorang lelaki membawa tas kresek kira-kira 5 buah.
"Ini semua?" Tanya suamiku.
"Satu kresek,Pak!" Jawabnya sambil tertawa.
"Mau nggak, Dek?"Â
"Satu aja!" Jawabku.
Setelah suamiku membayar nya, getuk pisang kucicipi.
Hemmm... rasanya seperti nagasari, dicampur pisang. Warnanya ungu kehitaman. Sepertinya ini adonan nagasari, dicampur pisang yang dihaluskan.
Enak sih, meski rasanya lebih mirip nagasari pisang, agak mirip lemet juga.
Sinergi yang bagus karena Rumah makan mengijinkan penduduk sekitar berjualan di area rumah makan. Baguslah saling mendukung. Merawat hubungan dengan masyarakat sekitar tentunya sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan dan keberlanjutan usahaÂ
Tak lama pesanan diantar. Yuk dinikmati.
Pertama adalah nasi putih dan nasi tiwul. Harganya sekitar 4-5 ribu/porsi.
Rupanya suamiku tertarik memesan nasi tiwul. Sudah lama kami tak bertemu nasi tiwul. Dulu di Madiun ada RM yang menyediakan paket nasi tiwul, nasi jagung dan nasi putih sekaligus. Tapi sekarang sudah tidak lagi sepertinya, karena kami sudah jarang mampir ke RM tsb.
Untuk camilan, suamiku memilih tahu petis kesukaannya. Aku ngikut saja, tidak memesan sendiri karena kurasa itu sudah cukup dinikmati berdua. Per porsi cuma 10 ribu rupiah.
Untuk sayurnya, kami memilih tumis tauge . Harganya 10 ribu/porsi.
 Tadinya pengin urap. Tapi pagi sebelum berangkat kami sudah sarapan urap sebagai sayurnya. Jadi kami pilih menu lain.
Lauk yang ditawarkan bermacam-macam, ada gurami bakar, goreng dan asam manis. Nila, belut, wader, lele, telur, ayam geprek, dll.
Tapi kami pilih gurami bakar dan wader krispi saja. Sepertinya itu menu yang ikonik di sini.
Harganyapun relatif murah. Gurami bakar hanya dibandrol 30-35 ribu/porsi.
Nila bakar hanya sekitar 18-20 ribu.
Sambal belut 20 ribu/porsi.
Wader krispi 10 ribu/porsi dan masih banyak menu lain dengan harga terjangkau.Â
Sedang minumnya kami pilih es jeruk dan es degan dengan harga 5 ribu dan 6 ribu.
Ayo sambil kita cicipi ya.
Gurami bakarnya juara. Manis asam asin pedasnya pas dengan aroma bakar yang khas.
Sambalnya ada 2, sambal bawang dan sambal goreng terasi.
Sambal bawangnya asin pedassss.
Kalau sambal goreng terasinya tidak terlalu pedas, dengan rasa manis yang pas.
"Sayur taugenya enak!" Kata suamiku.
"Ya besok kalau di rumah kubuatin kalau masih kurang" jawabku.
"Dek, makanku banyak gak papa, ya. Nasinya kuhabiskan."
"Nggak papa lah, seporsi nasi tiwul tidak akan membuat gula darah melonjak!"
"Iya, nggak tahu kenapa ingin makan banyak!"
"Ya,sudah. Dihabiskan dulu semua, nanti baru naik perahu.
"Krik...krik.. krauk! Eh...
Kita habisin dulu ya pesanannya.
Penutup
Wisata Waduk Pondok sepertinya merupakan pariwisata berkelanjutan yang memberikan dampak positif bagi warga sekitar dan juga pengunjung.
Terlihat antusiasme warga mendukung keberadaan wisata waduk pondok dengan keramahan dan kesediaannya memberikan informasi dan menunjukkan arah menuju tempat wisata.
Ada sinergi positif antara warga, pelaku usaha dan wisata waduk pondok.
Di samping rumah makan-rumah makan yang banyak terdapat di sekeliling waduk, warung-warung kecil milik penduduk sekitar juga bisa ditemukan. Tidak ada persaingan, tapi saling mendukung dan melengkapi.
Semoga Pariwisata berkelanjutan bisa terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H