Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Jejak Kehidupan di Pantai Cemara Sewu

4 Desember 2023   11:26 Diperbarui: 4 Desember 2023   14:37 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikan buntal yang dibuang, dalam jejak kehidupan di Pantai Cemara Sewu (dokpri)

Jejak kehidupan di Pantai Cemara Sewu, wujud optimalisasi ekonomi kelautan.

Memanfaatkan potensi laut untuk mendukung dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar pantai perlu dilakukan untuk optimalisasi ekonomi kelautan.

Optimalisasi ekonomi kelautan ini membutuhkan inovasi dan kreativitas agar potensi Pantai bisa dieksplor secara optimal. Tentunya dengan memperhatikan keberlangsungan ekosistem dan keberlanjutan dan keberlangsungannya.

Pantai Cemara Sewu (dokpri)
Pantai Cemara Sewu (dokpri)

Sinar mentari menerobos di sela-sela rimbunnya daun Cemara. Aku mengambil nafas lega dan menghembuskanya perlahan.

Alam terasa cerah  benderang meski hari masih relatif pagi. Pukul 09.07 menurut angka yang tertera di layar gawai.

Pantai Cemara Sewu ini menjadi destinasi pertamaku bersama teman-teman untuk sekedar refreshing dan healing demi menjaga kewarasan dan kesehatan mental.

Beban kerja dan tekanan pekerjaan membuat kami perlu sedikit bersenang-senang. Beruntung rekan sejawat ku mempunyai ide cemerlang. Ide Ibu-ibu untuk menghibur diri dan berekreasi aku apresiasi. Kini kami sudah sampai di sini, menikmati indahnya pagi.

Pantai Cemara Sewu berlokasi di Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung. 

Pantai ini dinamai Cemara Sewu karena di pantai ini tumbuh banyak pohon Cemara, membuat suasananya sedikit teduh dan asri, nyaman untuk bercengkrama bersama keluarga, saudara maupun teman dan sahabat.

Jejak Kehidupan di Pantai Cemara Sewu Tulungagung (dokpri)
Jejak Kehidupan di Pantai Cemara Sewu Tulungagung (dokpri)

Dari kejauhan terlihat perahu nelayan yang baru pulang melaut.

Jala besar berisi ikan hasil tangkapan ditarik awak perahu, sementara ikan yang menggelepar dan tercecer dipungut para penduduk yang sengaja menanti dan mengumpulkan ikan yang tercecer.

Brrr...seekor ikan buntal dibuang oleh awak perahu. Ikan ini konon katanya sangat lezat kalau paham cara memasaknya. Tapi bisa beracun dan mematikan bila salah mengolah.

Karena tidak mau menanggung resiko, jenis ikan ini biasanya dibuang.

Ikan buntal yang dibuang, dalam jejak kehidupan di Pantai Cemara Sewu (dokpri)
Ikan buntal yang dibuang, dalam jejak kehidupan di Pantai Cemara Sewu (dokpri)

"Ikan kembung,Pak. Murah, satu kresek cuma 20 ribu!" Seorang nelayan menawarkan ikan segar yang baru didapat. 

Murah sebenarnya. Tapi ini masih pagi. Aku khawatir kalau sampai malam nanti sebelum sampai rumah baunya menyebar di mobil.

Ikan kembung (dokpri)
Ikan kembung (dokpri)

Dengan sangat terpaksa aku menolak halus untuk tidak membelinya.

Tangkapan nelayan biasanya dipengaruhi oleh musim. Saat ini musim ikan kembung, jadi tangkapan nya juga didominasi ikan kembung.

Mungkin lain waktu bisa jadi musim ikan tongkol.

"Kalau minta dipanggang atau diasap bisa,Pak. Per ikan cuma tambah  seribu!"

"Ya,Pak. Coba nanti saya pikir. Ini mau bersantai dulu!" Jawabku.

Cumi berukuran besar hasil tangkapan nelayan (dokpri)
Cumi berukuran besar hasil tangkapan nelayan (dokpri)

Karena ibu-ibu mengajak sarapan, jadi kita makan pagi dulu bersama -sama. 

Ternyata sangat nikmat sarapan pagi menggelar tikar di pasir pantai. 

Ibu-ibu yang membawa bekal dari rumah, sehingga kami tidak perlu membeli makan.

 Bapak-bapak sih tinggal menyantap. Hehehe...Terima kasih ya Ibu-ibu..

Nikmatnya menikmati sarapan bersama teman-teman guru saat refreshing dan healing di pantai cemara sewu Tulungagung (dokpri)
Nikmatnya menikmati sarapan bersama teman-teman guru saat refreshing dan healing di pantai cemara sewu Tulungagung (dokpri)

Selesai makan aku berniat membeli oleh-oleh hasil laut.

Ku WA dan kutelepon istriku, biar nggak komplain kalau sudah kubeli.

Sebenarnya aku sudah memesan ikan kerapu dan gurita yang sedang dipanggang, biar tidak amis kalau ditaruh di mobil dan bisa lebih awet.

"Pak, kerapu sama salmon enak mana?" Tanyaku pada Pak Nonot, sebut saja namanya  begitu, penjual ikan.

"Kerapu itu paling enak,Pak. Harganya 10 ribu/ons."

"Ya sudah, kerapunya satu saja,Pak. Yang besar. Sama ini, gurita nya 1 saja." Kupilih gurita yang beratnya 1 kg lebih. Harganya juga sama. 10 ribu/ons. Kalau sekilo lebih, harganya juga 100 ribu lebih.

Sudah itu saja. Lain kali beli lagi kalau masih ingin. Ikan kerapu ini dagingnya berwarna putih, kata istriku kaya kepiting.

Suasana pantai masih disibukkan lalu lalang nelayan yang membawa ikan hasil tangkapan.

 Beberapa ada yang mengambil ikan dari mobil bak terbuka beberapa ekor. Tapi dibiarkan oleh pemiliknya.

Mungkin sebagai bentuk kompromi sekaligus bersedekah pada orang yang membutuhkan.

 Meski katanya itu memang pekerjaan mereka yang suka mengutip 1-2 ikan dari para nelayan maupun para pengepul.

Terkadang juga memungut ikan yang tercecer.

Nelayan siap membawa hasil tangkapan nya ke pasar (dokpri)
Nelayan siap membawa hasil tangkapan nya ke pasar (dokpri)

Geliat perekonomian membawa jejak kehidupan bagi para nelayan dan penduduk sekitar di Pantai Cemara Sewu.

Potensi ekonomi kelautan yang mulai diolah dan dikembangkan, semoga membawa kemakmuran bagi para nelayan.

Menjadikan Pantai Cemara Sewu sebagai tempat wisata akan berimbas pada peningkatan penghidupan dan menciptakan lapangan kerja bagi banyak pelaku UMKM yang mulai pulih lebih kuat setelah dihantam pandemi.

Jejak Kehidupan di Pantai Cemara Sewu Tulungagung (dokpri)
Jejak Kehidupan di Pantai Cemara Sewu Tulungagung (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun