"Pak, kemarin ada wali murid yang telepon saya, curhat kalau anaknya dimarahi Pak Hadjar," Bu Nana berkata padaku.
"Orang tuanya Si Boy?" Boy adalah siswa yang kumarahi karena keluar saat jam pelajaranku dan malah asyik di kantin bersama pacarnya.
"Iya, Pak. Ayahnya sudah lama meninggal. Dan ibunya yang single parents juga mengidap penyakit berbahaya yang tidak bisa disembuhkan!"
"Terus minta dimaafkan dan dimengerti?"
"Kira-kira begitu!"
"Aneh!Â
Bukannya anak-anak seperti itu harusnya dididik disiplin dan tanggung jawab, bukan malah dikasihani dan ditoleransi?"Â
Apakah aku guru yang kurang empati karena memarahi siswa yang kurang beruntung?
Mungkin eranya begitu. Membingungkan dan tak jelas. Mau dibawa ke mana sebenarnya  pendidikan sekarang?
Hari ini kembali kesabaranku diuji. Anak-anak yang kuberi tugas untuk diselesaikan di rumah, hari ini hampir tidak ada yang mengerjakan.
Emosiku terpancing. Padahal itu bahan materi hari ini. Kalau tugas yang kuberikan dikerjakan, mestinya hari ini mereka sudah siap menerima materi pelajaran. Tapi kalau belum, agak sulit karena materinya butuh pemahaman mendalam.