Saat ini, aku mengingatnya,apa yang akan kutulis untuk episode selanjutnya. Genap 3 tahun terabaikan, seperti nya ideku membeku.
Tapi di 15 tahun Kompasiana, saat aku kembali membuka artikel -artikel lama, novel yang tersisih itu kembali menggoda genit, membuat ide-ideku kembali bangkit.
Mungkin suatu saat aku akan kembali menulis episode berikutnya. Tapi entah kapan. Aku memang kurang telaten kalau harus menulis panjang-panjang dan terbelit-belit.
Sejarah kepenulisan ku banyak tertempa di Kompasiana.
Terkadang aku mempelajari tulisan para senior, pakar, dan penulis hebat di Kompasiana.
Belajar otodidak, tapi dengan mempelajari dari banyak kompasianer.
Ketika Aku heran, bagaimana ada kompasianer yang menulis banyak kutipan dari berbagai sumber, tapi bisa lolos deteksi plagiasi.
Aku berusaha menemukan jawabannya.
Ternyata dengan parafrase, dan tetap harus mencantumkan sumbernya.
Kebandelan Aku  yang paling parah adalah penggunaan ejaan. Atau sekarang mungkin lebih banyak menggunakan KBBI. Sedang aku terkadang malas untuk sekedar buka kamus.
Beruntung di Kompasiana yang dipergunakan bahasa pergaulan. Jadi Aku bisa lebih bebas menggunakan bahasa.
Tidak terlalu formal, tapi aku juga tidak terlalu suka menggunakan bahasa gaul ( Iyalah, emak-emak pakai bahasa gaul, nanti malah diketawain. Hihihi..)
Aku lebih suka sebagai penulis yang bebas berekspresi. Bukan penulis karya ilmiah yang penuh aturan ketat dan mengikat.