Itu memang menjadi misiku. Menulis novel sambil memperkenalkan keindahan alam dan pariwisata dengan menjadikannya sebagai setting dalam cerita.
Sayangnya air terjun yang berlokasi di tanah milik perhutani ini kini ditutup.Â
Sebab hutan lindung yang dipergunakan sebagai resapan dan cadangan air untuk menjaga kelestarian alam dikhawatirkan akan rusak jika menjadi tempat wisata.Â
Beruntung aku pernah sampai ke sana meski harus lewat tengah sungai dengan batu-batu  besar dan pohon tumbang untuk berjalan sampai ke lokasi air terjun.
Sebelumnya aku pernah menulis juga di sebuah blog keroyokan untuk guru yang nama belakangnya mirip Kompasiana.
Aku bisa bergabung di situ karena dimasukkan olah suamiku. Meski aku tidak pernah menjadi guru profesional, aku mempunyai akta mengajar untuk matpel biologi. Jadi tidak ada salahnya bergabung untuk menulis bersama para guru, sesuai sertifikat mengajar yang ku miliki.Â
Di blog itu aku menayangkan cerita bersambung yang sudah berhasil menjadi novel berjudul Kidung lereng Wilis.
Cerita bersambung yang sudah Aku tulis sejak Februari 2019 itu baru menjadi novel sekitar September 2019.
Herannya, di bulan September ada acara televisi lokal yang menggunakan judul yang sama dengan judul novelku untuk judul acaranya. Mungkin kebetulan. Yang jelas aku sudah menggunakan judul itu sejak bulan februari di tahun yang sama.Â
Di Kompasiana aku kembali menulis cerita bersambung berjudul Senja di Kedung Malem.
Sayangnya di episode 3, Cerita itu terhenti.