Ayah memilih pakai sayur bothok. Begitu nama sayurnya menurut Mbak yang melayani pembeli. Kalau di tempatku, sayur bothok yang tidak dibungkus daun seperti itu,namanya oblok-oblok. Berisi sayuran dengan bumbu parutan kelapa yang berkuah.
Ayah malah menyebutnya sayur bobor. Halah...suka-suka menyebutnya lah.
Aku masih dengan selera original. Nasi pecel.Â
Lauknya paru bacem. Kolesterol tinggi, ya?Â
Sesekali lah, soalnya lauk yang lain sudah biasa memasaknya. Kalau paru hampir tidak pernah. Itu saja sih alasannya. Tapi kalau orang yang concern pada kesehatan, biasanya menghindari menu ini.
Akhirnya kami menikmati sarapan ditemani segelas teh tawar dan segelas teh manis hangat.
Kami makan dengan santai sambil menunggu teman yang akan ikut takziah bareng. Tapi sampai pukul 08.00 kami selesai sarapan, belum ada WA yang masuk. Ya sudah. Berarti mereka sudah sarapan kalau jam segini belum sampai. Mungkin masih di perjalanan. Kita tunggu sesuai kesepakatan saja di terminal Maospati.Â
Aku ke kasir dulu untuk membayar sarapan yang sudah kami nikmati.
Pelayanannya ramah dan mudah, meski tadi kami pesan tanpa mengambil nomor meja, ternyata pesanannya sudah tercatat rapi.