Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Senja Merekah Dalam Senyum UMKM di Lapangan Mberan

30 Agustus 2023   18:04 Diperbarui: 31 Agustus 2023   04:37 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lapangan Mberan. Yuk nglarisin UMKM. Menikmati kopi dan gorengan (dokpri) 

Senja yang jingga, menyapa ramah pelaku UMKM. 

Malam minggu cerah, membingkai harap dan asa yang menjelma. 

Malam nanti cuaca cerah. Banyak orang bersantai bersama keluarga, orang tua dan putra putri nya. 

Bersantai di gazebo bersama keluarga dan anak-anak (dokpri) 
Bersantai di gazebo bersama keluarga dan anak-anak (dokpri) 

Malam nanti adalah malam minggu. Malam yang ditunggu-tunggu para pedagang pelaku UMKM. 

Malam saat pengunjung ramai. Ramai pula yang membeli dagangan para pelaku UMKM. 

Lapangan Mberan adalah lapangan desa Bangunsari yang telah disulap dan ditata menjadi ruang publik ramah anak. 

Lapangan yang berlokasi di Desa Bangunsari, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun ini salah satu Lapangan yang viral karena kenyamanannya untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. 

Jalur pedestrian di sekeliling lapangan dan lapak-lapak UMKM di pinggirnya (dokpri) 
Jalur pedestrian di sekeliling lapangan dan lapak-lapak UMKM di pinggirnya (dokpri) 

Bisa untuk lapangan olahraga, senam ibu-ibu PKK, base camp karnaval, pawai, pentas musik, tempat berkumpul jalan santai, dan sebagainya. 

Jalur pedestrian di pinggir lapangan, dan pepohonan yang sengaja ditanam menambah keindahan dan keasrian. 

Gazebo yang nyaman untuk duduk-duduk (dokpri) 
Gazebo yang nyaman untuk duduk-duduk (dokpri) 

Gazebo-gazebo, bisa untuk duduk-duduk dan bercengkrama dengan teman maupun keluarga. 

Lapangan Mberan merupakan ruang publik ramah anak, yang memfasilitasi anak-anak untuk mengeksplor kemampuan, keinginan dan menikmati kegembiraan. 

Ruang publik yang ikut mendukung terciptanya Kota layak anak. 

Kota Madiun telah mencapai predikat Kota Layak Anak utama, mungkin suatu saat Kabupaten Madiun akan menyusul jika setiap Desa membangun ruang publik ramah anak. 

Ramah anak (dokpri) 
Ramah anak (dokpri) 

Sekaligus mendukung program desa wisata. 

Di samping lapangan mberan, ada juga Lapangan Desa Geger yang telah mempercantik lapangan Desa menjadi ruang publik yang cantik. 

Lapangan Desa Geger dinamai Taman Rekso Wilis. 

Lapangan Mberan setiap malam minggu atau sabtu sore sangat ramai pengunjung dan banyak pelaku UMKM yang menggelar lapak. 

Di minggu pagi juga ramai orang berolahraga atau sekedar jalan santai, wisata kuliner dan cuci mata. 

Saya tertegun saat lahan di utara lapangan juga sudah ditata begitu cantik. 

Senja merekah di lapangan Mberan (dokpri) 
Senja merekah di lapangan Mberan (dokpri) 

Mungkin mengadopsi jalan Malioboro. Hal-hal yang bagus dan menarik sepertinya boleh ditiru. 

Saya tertarik dengan wedang uwuh yang tertulis di salah satu lapak. 

"Wedang uwuh dua, Mas! " Kataku sambil duduk di bangku kayu. 

"Wedang uwuhnya tidak ada, Bu. Kosong! "

"Walah, ya sudah. Nggak jadi, Mas! " Aku kembali beranjak dan mengikuti suamiku yang sudah duduk di lapak penjual gorengan. Malah sudah pesan kopi. 

Sedang asyik mengunyah tempe mendoan. 

"Nih, Dek! " Kata suamiku. Menyodorkan tempe mendoan yang lebar-lebar. Tapi aku lagi pengin bakwan dan tahu isi. Jadi itu saja yang kuambil. 

"Bu, minumnya apa?" Penjualnya menanyaiku. 

"Jeruk ada, Mas? "

"Ada, Bu! "

"Ya, sudah. Jeruk panas saja! "

"Nggih, Bu! "

Aku penasaran dengan nasi bungkus yang terhidang di mejaku. Kuambil satu. 

"Ini lauknya apa, Mas? " Tanyaku pada Ayah. 

"Nggak tahu! "Kata suamiku sebal. Sepertinya nggak rela kalau harus ikut makan sego jotos. Hihihi... 

Lihat Ayah sebal sih tambah senang ngegodain. Kuambil satu dan kubuka. 

Nasi putih sekepal, sesendok kering tempe (sekarang banyak yang menyebut tempe orek)  sama mie goreng ala kadarnya. Lauknya telur dadar 1/4. 

Hemm.. Nasinya enak. Harum. Cocok sama kering tempe dan mie. Telur dadarnya sekali suap juga habis. Eh... 

Kunikmati saja dengan lahap. Sampai habis, daunnya licin tak tersisa. Kapan lagi bisa makan nasi jotos.

 Abaikan di rumah banyak lauk. Justru menu minimalis terkadang membangkitkan nafsu makan. Padahal sih dasar gembul. Eh... 

Males mau jaim-jaiman. Lha wong memang enak, abaikan urusan gizi. Hihihi.. 

"Sudah? " Tanyaku pada Ayah. 

"Sudah! "

"Oke! Kubayar dulu ya, terus pulang. Sudah hampir gelap. "

Lumayan. Bisa menikmati jajan di pinggir lapangan. Murah meriah. Habisnya nggak sampai 20 ribu. 

Senja merona (dokpri) 
Senja merona (dokpri) 

Senja merona di ufuk barat. Saatnya pulang agar shalat maghrib berjama'ah  tidak terlambat. Ayah sih, yang berjamaah ke masjid. Aku di rumah saja. 

Malam mulai menyapa. Meninggalkan senja, yang setia merengkuh masa. 

Berpisah dari malam yang mungkin lebih menjanjikan. 

Mewujudkan harapan pelaku UMKM yang menjemput rejeki dalam riuhnya malam di lapangan Mberan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun