Minggu siang  yang cerah. Panas mulai memudar dan sepoi angin membelai. Siang beranjak sore.Â
Aku dan Ayah berboncengan menuju Desa Kresek.Â
Dulu, Desa Kresek terkenal angker dan seram karena menjadi lokasi dan saksi bisu keganasan G30S/PKI.
Tapi kini, Desa itu penuh dengan tempat wisata yang indah. Tempat  menikmati keindahan dan kesegaran alam yang tersembunyi di tempat yang damai dan sunyi.Â
"Lewat dalam saja ya, Dek! "
"Ya, jawabku! "
Sepertinya belum lama Aku jarang dolan di akhir pekan karena ayah jadi guru pamong mahasiswa PPG.Â
Jadi setiap sabtu harus stand by memberi penilaian dan melakukan wawancara. Ada sesi pembimbingan juga.Â
Ketika hari minggu biasanya capek. Pilih istirahat. Ya sudah, terkadang aku jalan sendiri. Sepeda motoran. Tapi tidak seseru kalau berdua.Â
Kali ini tugas ayah sudah selesai, bisa dolan-dolan berdua lagi. Njajah desa milang kori, keliling ke pelosok desa.Â
Pemandangan yang memanjakan mata. Hamparan sawah yang luas, menghijau. Beberapa sudah menguning siap panen.
 Keasrian yang terjaga, sementara jalan sudah halus mulus beraspal hotmix. Sepertinya layak menjadi desa wisata.Â
Sampai di Pasar Dungus yang sedang dibangun karena beberapa waktu yang lalu terbakar, kami berbelok ke timur, dan mengikuti arah ke desa Kresek.Â
Restoran bertumbuh di sepanjang jalan. Bentuk kebangkitan UMKM yang pulih lebih kuat.Â
Restoran-restoran yang dulu masih sederhana, kini semakin tertata, diperluas dan lebih cantik.Â
Membuat bingung ingin mampir di mana.Â
"Ke lembah wilis dulu, Mas. Nanti baru ke Pondok Catur, " Kataku.Â
Pondok catur adalah sebuah restoran yang sudah lama berdiri. Tapi kini semakin indah dan cantik. Membuat kami penasaran untuk mampir.Â
Tapi nanti saja, kami mau ke Lembah Wilis dulu. Tempat wisata tersembunyi yang sangat nyaman untuk bersantai.Â
Setelah melewati jembatan Kresek, kami melihat ada restoran yang sangat ramai. Restoran Lesung kalau nggak salah.
 Mungkin belum mempunyai tempat parkir, jadi terlihat ranai karena mobil-mibil diparkir di pinggir jalan.Â
Sedang restoran lain tempat parkirnya di dalam, sehingga tidak kelihatan dari luar.Â
Akhirnya sampai di belokan. Wisata Lembah Wilis tempatnya agak masuk dan jalannya menanjak ke atas.Â
Kalau belum paham tempatnya, bisa terlewat. Tapi kalau sudah sampai di lokasi, tempatnya datar, luas dan nyaman. Lokasinya sebelum Tempat wisata sejarah Monumen Kresek.Â
Masuk ke wisata Lembah Wilis cukup jauh dengan tempat parkir yang luas.Â
Untuk sepeda motor disediakan tempat tersendiri dengan biaya parkir hanya 2 ribu rupiah.Â
Wisata Lembah Wilis sebenarnya sebuah restoran alam. Tapi restorannya terdapat di depan, sebelum masuk lokasi wisata.Â
Restoran ini terpusat di satu gedung, yang dilengkapi dengan gedung pertemuan dan tempat prasmanan.Â
Untuk menikmati hidangan, tersebar meja kursi dan payung di berbagai tempat.Â
Di dalam tempat wisata, terdapat kolam renang dengan membayar 10 ribu rupiah per orang, baik dewasa dan anak-anak.
Sedang untuk memasuki tempat wisata, ada tiket tersendiri sebesar 5 ribu rupiah untuk hari senin sampai jumat. Sedang hari sabtu dan minggu HTM lebih mahal, menjadi 7 ribu per orang.Â
Karena tidak ingin berenang, kami memilih duduk-duduk dan bersantai di gazebo yang disediakan.Â
Ayah memesan kopi, dan aku pilih jeruk hangat. Tersedia aneka kripik juga untuk camilan. Tapi kami tidak memesan makanan, sebab sudah berniat mampir pondok catur. Takut kekenyangan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H