"Ini, ayo tangkap...! "
Riuh suara anak dan orang tua.Â
"Stop! "Â
Kutepuk pundak suamiku yang mengemudikan sepeda motor.Â
"Lihat dulu. Ada lomba tangkap lele! " Seruku.Â
Suamiku memperlambat laju motor, dan memutar balik karena kami sudah terlewat dari lokasi lomba.Â
Lomba tangkap lele HUT 78 RI itu dilaksanakan di sebuah sawah di pinggir jalan beraspalÂ
Di Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.Â
Kami baru saja dolan dari Kresek, Desa yang dulu menggetarkan aroma seram tempat keganasan pemberontakan G30S/PKI itu kini berubah menjadi kawasan wisata yang cantik dan menarik.Â
Tadi waktu berangkat melewati jalan ini, suasananya sudah ramai. Tapi lomba belum dimulai.Â
Kukira ada pertunjukan reog atau dangdut, ternyata lomba tangkap lele HUT RI 78 yang baru dilaksanakan. Saat libur hari minggu.Â
Aku segera turun dari boncengan motor dan asyik memfoto dengan kamera Hape.Â
Suamiku mengikuti, dan ikut berbaur dengan penonton.Â
"Lele yang ditebar berapa kilo, Pak? "
Tanya suamiku.Â
"Sekintal! " kata sang bapak sambil tertawa.Â
"Nggak nyampai, paling setengah kintal, " Kata anak muda yang berdiri di sampingnya.Â
"Empat puluh kilo, kata lelaki lain yang ikut menonton sambil menghisap rokok.Â
Aku ikut tertawa melihat anak-anak yang menikmati kegembiraannya.Â
Dan tangan-tangan penuh lumpur ikut menggerayang. Terkadang ada yang berpura-pura mengangetkan.
Seolah menangkap lele, padahal hanya bercanda. Otomatis yang lain ikut bersorak dan bergerombol mencari lele yang terlihat gerakannya, padahal tidak ada.Â
Sangat susah mengejar lele yang lincah menggeliat dalam licinnya lumpur. Apalagi dengan tangan kosong.Â
Beberapa kulihat ada yang membawa kantong berbentuk jaring, sehingga lebih mudah untuk menangkap lele, tapi sebenarnya dilarang. Aturannya menangkap lele dengan tangan kosong.Â
Lomba HUT 78 RI, yang menghibur. Pesertanya semua kalangan.Â
Lihat video nya di sini.Â
Ada istri, ada suami, ada putra dan putri nya. Tak peduli pejabat atau rakyat biasa. Semua menikmati kegembiraan yang langka.
Ah, ternyata bahagia itu sederhana. Terjun ke sawah bersimbah lumpur. Berteriak bahagia, mengejar lele, ikut lomba. Berharap hadiah sekaligus lauk makan malam.Â
Anak-anak juga asyik berenang dalam lumpur.Â
Berguling bahagia menikmati kata merdeka.Â
Tiada seruan dan teguran bunda meski baju kotor wajah penuh lumpur.Â
Bahagia itu betul-betul sederhana. Bahkan dalam kotornya lumpur ada suka, gembira, ceria dan tawa.Â
Kebahagian mengaduk-aduk lumpur dan mengejar lele akhirnya usai juga.Â
Senja mulai menyapa. Aku mengajak suamiku untuk bergegas agar tidak kemalaman di jalan.Â
Masih sekitar setengah jam untuk bisa sampai rumah.Â
Semoga tidak ketinggalan shalat maghrib.Â
Lomba telah paripurna. Peserta mulai lelah dan siap pulang untuk membersihkan diri.Â
Terbayang dalam angan, santap malam berlauk lele, dengan nasi putih yang mengepul. Hasil panen sawah sendiri.Â
Sungguh kenikmatan tiada tara.Â
Saatnya pulang.Â
Selamat datang senja. Esok kita jumpa lagi.Â
Selamat HUT 78 RI. Merdeka!!!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H