Kisah Sepiring Lontong Balap

Di pojok Masjid Akbar Surabaya, aroma sepiring Lontong balap menguar ke udara. 

Merayu dan mengerling, mengedipkan mata yang juling. 

Tidakkah kau tergoda, cantiknya Lontong balap yang mempesona. 

Baca juga: Ikut Bootcamp, Mudah diterima Kerja, Gaji Tinggi?

Abaikan daya beli turun. Jangan terlalu dipikir. Minta ampun. 

Sepiring Lontong balap hanya 13 ribu. Apakah kautolak hanya karena daya beli turun? 

Daya beli turun. Abaikan!!!!

Biar untuk alasan lain, tapi jangan Lontong balap. 

Baca juga: Kenduri, Wayang, Sampai Daur Ulang Sampah Mewarnai Jalan Santai Berkostum HUT 78 RI di Madiun

Lihatlah, segenggam tauge, sepotong lentho yang diiris-iris. 

Baca juga: Pak Anies Baswedan Dipukul Pak RT Sampai Tercebur ke Sungai

Sepotong besar tahu diiris kecil-kecil. 

Sebungkus Lontong. Olone kothong. Hilang keburukannya. Keren kan? 

Disiram kuah seafood, ditaburi bawang goreng. Dikasih sambal petis Madura. 

Itulah Lontong balap. Wow nikmat. Silahkan dilahap. 

Kenapa dinamai Lontong balap? Karena penjualnya berlari mengejar pembeli. 

Sini kuberitahu. Belilah Lontong balap, biar UMKM pulih lebih kuat. 

Belinya dimana? Di Surabaya. 

Lontong balap memang makanan khas Surabaya. Cicipi bila berkunjung ke sana. 

Hidup Lontong balap. Hidup UMKM. Pulih lebih cepat. 

Inilah kisahku. Kisah sepiring Lontong balap. 

#fiksi kuliner