Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Festival Kuliner Madiun 2023: Mendongkrak Penjualan Saat Daya Beli Turun

12 Agustus 2023   15:43 Diperbarui: 12 Agustus 2023   16:15 2156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah lapak di Festival kuliner Madiun (dokpri) 

 

Daya beli turun? 

Mungkinkah mendongkrak penjualan? 

"Sepi, Bu!" Curhat seorang penjual nasi pecel pincuk di pinggir jalan, saat saya mampir membeli sarapan. 

"Mungkin karena hari Sabtu, Bu! " 

"Kalau minggu ramai kan? "

"Sama saja, Bu. Minggu juga sepi. Mungkin malah kalau minggu, Ibu-ibu yang biasa bekerja, menyempatkan masak untuk keluarga! "

" Penjual sate di sebelah juga sama. Sepi.. Katanya! "

"Oh, mungkin memang sedang sepi, Bu. Tapi suatu saat pasti ramai, " Saya mencoba menghibur. 

"Aamiin.. Semoga begitu ya, Bu! " Jawabnya tak yakin. 

Penjual buahpun mengeluh, harga-harga naik, jadi menjual dagangan juga susah. 

Saya hanya manggut-manggut. Padahal menurut pengamatan saya, penjual buah langganan saya ini termasuk banyak pembelinya meski tidak berjubel dan antri. 

Sebuah lapak di Festival kuliner Madiun (dokpri) 
Sebuah lapak di Festival kuliner Madiun (dokpri) 

Tapi paling tidak, banyak pembeli yang bergantian datang dan pergi. 

Lalu bagaimana meningkatkan penjualan saat daya beli turun? 

Mungkin langkah Pemkot Madiun yang gencar menyelenggarakan berbagai event yang melibatkan UMKM ini bisa menjadi salah satu contoh. 

Pada tanggal 11-13 Agustus 2023, Pemkot Madiun mengadakan event Festival Kuliner Madiun 2023 yang bertempat di sebelah GOR Wilis. 

Festival Kuliner Madiun 2023, mendongkrak penjualan saat daya beli turun? (dokpri) 
Festival Kuliner Madiun 2023, mendongkrak penjualan saat daya beli turun? (dokpri) 

Tak mau ketinggalan mendatangi event ini, tadi pagi saya menyempatkan mampir saat dolan berkeliling kota Madiun sendirian. 

Setelah tanya sana sini, saya temukan lokasinya. Tadinya saya kira di dalam GOR Wilis, ternyata di sampingnya. 

Dari luar terlihat tenda-tenda yang berbentuk lancip menjadi lapak-lapak para pelaku usaha Kuliner. 

Saya parkir sepeda motor di lokasi, cukup membayar 2 ribu. 

Untuk masuk area tempat Festival, dikenakan tiket masuk 2 ribu juga. 

Pintu masuk ke lokasi Festival (dokpri) 
Pintu masuk ke lokasi Festival (dokpri) 

Saya agak heran, saat berpapasan dengan anak-anak yang cantik berkostum penari. 

Apakah ada Festival tari juga? 

Saya masuk pelan-pelan. Persis di pintu masuk ada lapak produk minuman tertentu yang tampaknya menjadi sponsor utama event ini. 

Dari segi pelaku UMKM, tampaknya mereka telah pulih lebih kuat. 

Kesibukan menggelar lapak mulai terlihat. Beberapa lapak masih tutup, terbungkus rapat dalam terpal yang ditali rapat. 

Pelaku UMKM mendapat tempat dalam tenda-tenda yang tertata dalam larik-larik. 

Lapak korean street food (dokpri) 
Lapak korean street food (dokpri) 

Peserta Festival, kelihatannya beragam. 

Dari makanan tradisional, street food, sea food, produk UMKM, bahkan produk otomotif dan lapak universitas yang ada di Madiun ikut memeriahkan event ini. 

Saya berjalan berkeliling, tapi belum berniat membeli apapun. 

Ada yang memasang Kode QRIS juga. Rupanya ada yang sudah memanfaatkan platform pembayaran digital. Mantap. 

Tadi saya sudah sarapan sebelum berangkat, jadi masih kenyang 

Cuma rasanya haus, jadi saya mencoba mencari minuman yang bisa menghilangkan haus, tapi menarik dan harganya terjangkau. 

Mungkin membeli air mineral bisa menghilangkan haus, tapi saya ingin yang berasa dan bukan harga standar pabrik. 

Saya baca ada lapak menjual dawet solo dan selasih, tapi lapaknya masih kosong. , mungkin penjualnya belum datang. 

Ada juga mojito dan dalgona di papan display, tapi produknya tidak kelihatan. 

Apa pesan dulu baru dibuatkan? 

Saya sedang malas bertanya, jadi terus melangkah ke lapak lain. 

Lapak aneka snack, bermacam keripik (dokpri) 
Lapak aneka snack, bermacam keripik (dokpri) 

"Silakan, Bu. Keripiknya. Silakan di pilih! " Kata penjualnya sambil melempar senyum ramah. 

"Lihat-lihat dulu, Bu!" Jawab saya. 

"Boleh difoto? " Tanya saya. 

"Boleh, silakan Bu! "

"Terima kasih! Saya keliling dulu, ya! "

"Silakan, Bu! "

Saya pikir membeli keripik nanti saja kalau mau pulang. Ribet kalau keliling sambil menenteng tas belanjaan. 

Akhirnya saya tak kuat menahan haus, dan berhenti di lapak penjual es. Ada es jeruk, teh, coklat, kopi, sate buah, marsh mallow. 

Coklat dingin (dokpri) 
Coklat dingin (dokpri) 

Ah, saya sukanya coklat. 

"Coklat dinginnya, ada Bu? " Tanyaku. 

"Ada, ditunggu sebentar ya,Saya siapkan! "

Kulirik harganya cuma 6 ribu rupiah. Relatif terjangkau. 

"Bu, ini yang ikut Festival perwakilan dari kelurahan ya, Bu? "

"UMKM, Bu! "

"Daftarnya lewat desa? "

"Saya lewat dinkop, Bu. Dinas koperasi. Langsung mendaftar ke sana. Sebelumnya sudah jadi anggota koperasi. "

"Oh, tapi saya lihat kok ada tulisannya dari kelurahan mana itu, Bu? "

"Iya, Bu. Ada juga UMKM dari tiap kelurahan. Tapi dibagi per kecamatan. Ada EO yang mengatur, Bu! "

"Ini pelaku UMKM yang ikut, gratis atau bayar Bu? "

" Kalau UMKM gratis. Tapi ada juga tenant yang membayar sesuai kesepakatan. Ada juga komunitas pendukung, Bu! "

"Oh, begitu."

Lapak nasi bebek dari komunitas Srasadesa dengan perabot unik yang tertata rapi dan berkelas (dokpri) 
Lapak nasi bebek dari komunitas Srasadesa dengan perabot unik yang tertata rapi dan berkelas (dokpri) 

Saya diam-diam berselancar mencari arti kata tenant. Hehehe.. 

Secara pengertian, tenant adalah orang atau badan hukum yang melakukan penyewaan barang, benda, atau properti. (Store-sirclo-com.cdn.ampproject.org) 

Dari keterangan Ibu Ummi (pseudoname), peserta Festival kuliner Madiun ini adalah :

1. UMKM yang mendaftar lewat dinkop. 

2. UMKM yang mendaftar lewat kelurahan/kecamatan masing-masing. 

3. Tenant(penyewa) yang membayar dengan harga tertentu yang disepakati. 

4. Komunitas yang dipilih oleh EO( Event Organizer) 

Pesanan saya sudah jadi, dan saya bayar . 

"Pakai kresek, Bu? " Tanya Bu Ummi(nama samaran) 

"Tidak usah, Bu! " Jawab saya. 

Eh, bingung juga, bagaimana cara minumnya? Sambil jalan? Kayaknya nggak banget, deh. Hehehe... 

Ternyata di pojokan ada kursi yang tersedia. 

Tersedia kursi di tempat tersendiri untuk menikmati Kuliner (dokpri) 
Tersedia kursi di tempat tersendiri untuk menikmati Kuliner (dokpri) 
Saya duduk di kursi sambil menikmati coklat dingin yang nyoklat banget. Rasa coklatnya begitu terasa. Jadi berasa murah dengan harga 6 ribu rupiah per gelas. 

Di hadapan saya juga ada 2 buah roti seharga 5 ribu per kemasan. Rasa coklat dan stroberi. 

Ada sebungkus keripik kenikir yang mengundang penasaran saya. 

Ternyata enak dan renyah. Orang Jawa bilang kemremes. Ada juga keripik bayam, dan keripik daun ketela rambat. 

Per kemasan harganya 10 ribu. 

Saya kembali berkeliling, ternyata di panggung utama ada Festival tari tradisional. 

Tari Ngganong (dokpri) 
Tari Ngganong (dokpri) 

Festival ini disponsori sanggar seni 99 kota Madiun. Penampil pertama membawakan tari Ngganong. 

Ada juga tari Jaranan seperti pada video berikut ini :


Saya melihat Festival tari sambil berkeliling. 

Lapak kerak telor (dokpri) 
Lapak kerak telor (dokpri) 

Ternyata ada lapak kerak telor juga, asli mbetawi. 

Tapi saya mondar mandir Babe Kumisnya tak kelihatan juga. 

Padahal di sebelah nya juga ada lapak es krim gulung, kesukaan saya juga. 

Karena hari mulai siang dan panas menyengat, saya memutuskan untuk pulang saja. 

Es krim gulung di lapak komunitas Perwita (dokpri) 
Es krim gulung di lapak komunitas Perwita (dokpri) 

Kapan-kapan saja mencicipi kerak telor dan es gulung. Atau nanti sore kalau sempat, hehehe.. 

Yuk pamit dulu, ya. Sudah hampir dhuhur nih. 

Sampai ketemu lagi yaaa(dokpri) 
Sampai ketemu lagi yaaa(dokpri) 

Sumber:

https://store-sirclo-com.cdn.ampproject.org/v/s/store.sirclo.com/blog/jenis-tenant

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun