Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Larung Telaga Ngebel: Pemikat Wisata Ponorogo dalam Grebeg Suro

19 Juli 2023   17:33 Diperbarui: 20 Juli 2023   14:15 2277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Larung Telaga Ngebel adalah doa dalam teatrikal yang menjadi acara budaya sebagai pemikat wisata Ponorogo di Telaga Ngebel. 

(Sugiri Sancoko, Bupati Ponorogo) 

Pagi yang cerah. 

Rabu, 19 Juli 2023, atau 1 Muharram 1445 H bertepatan dengan 1 Suro 1957 ehe. 

Suasana di Telaga Ngebel, Ponorogo terasa meriah. Hari ini akan diadakan acara Larung Telaga Ngebel yang biasa diadakan setiap tanggal 1 suro. 

Bulan Suro biasa digunakan untuk penanggalan Jawa. 

Biasanya bertepatan dengan tanggal 1 muharram dalam tahun baru Islam. 

Acara Larung Telaga Ngebel ini diadakan sebagai acara budaya untuk mengakhiri rangkaian acara grebeg Suro Ponorogo. 

Grebeg Suro sendiri telah ditutup kemarin di alun-alun Ponorogo. 

Dalam acara penutupan, sehari sebelum acara larung Telaga Ngebel telah dilakukan 3 acara penting.

Buceng agung mulai ditenggelamkan dalam larung Telaga Ngebel (dokpri) 
Buceng agung mulai ditenggelamkan dalam larung Telaga Ngebel (dokpri) 

Acara dalam rangkaian grebeg Suro Ponorogo itu, adalah :

1. Penyembelihan kambing kendhit. 

Kambing kendhit adalah kambing berbulu hitam, dihiasi bulu putih yang melingkari badannya. 

Sehingga seperti berkendhit( bersabuk atau seperti memakai ikat pinggang putih). 

Kambing kendhit susah didapat, sehingga harganya mahal. Berkisar 3-10 juta. 

2. Penanaman pohon pelindung. 

3. Doa bersama mohon rahmat dan berkah Alloh. 

Acara budaya sebagai kearifan lokal juga bisa menjadi media pendidikan Pancasila bagi generasi muda. 

Pendidikan Pancasila ini dikemas menarik sebagai acara budaya. 

Suasana menjelang acara larung sesaji di Telaga Ngebel (dokpri) 
Suasana menjelang acara larung sesaji di Telaga Ngebel (dokpri) 

Larung Telaga Ngebel, menjadi hiburan sekaligus secara halus menggandeng generasi muda untuk melestarikan budaya bangsa yang adi luhung. 

Acara larung Telaga Ngebel ini diadakan pada hari rabu legi, yang merupakan hari libur nasional tahun baru Hijriah, 1 Muharram 1445 H. 

Sedang acara Grebeg Suro Ponorogo sudah dimulai sejak libur semester. 

Dengan begitu, saat libur semester anak-anak bisa mengisi libur  yang bermanfaat, menambah ilmu dan wawasan tentang kebudayaan. 

Dalam Grebeg Suro Ponorogo juga diadakan festival reog. 

Sebab nguri-uri kebudayaan daerah seperti reog Ponorogo merupakan implementasi dari melestarikan budaya bangsa. 

Pukul 09.00 wib. 

Di depan panggung besar dermaga Telaga Ngebel mulai terlihat kesibukan mempersiapkan acara larung Telaga Ngebel. 

Pranata acara mengingatkan pengunjung untuk menjaga keselamatan pribadi maupun barang bawaan. 

Tari gambyong, menyambut kedatangan bapak bupati beserta rombongan yang mengiringinya. 
Tari gambyong, menyambut kedatangan bapak bupati beserta rombongan yang mengiringinya. 

Acara dimulai dengan menyambut kedatangan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko bersama istri dan rombongan pengiringnya. 

Menyambut kedatangan Bupati Ponorogo (dokpri) 
Menyambut kedatangan Bupati Ponorogo (dokpri) 

Rombongan Bupati diikuti arak-arakan bermacam gunungan yang disebut buceng agung. 

Bagian terdepan diawali dengan seorang ksatria yang diiringkan oleh lelaki yang memayunginya. 

Bagian depan ini disebut Suba Manggala.

Suba manggala juga biasa disebut cucuk lampah, atau pembuka jalan. 

Subo manggolo mengawali iring-iringan buceng agung(dokpri) 
Subo manggolo mengawali iring-iringan buceng agung(dokpri) 

Tetapi suba manggala yang berasal dari dua kata suba dan manggala terasa lebih halus. 

Suba berarti tata krama atau tata susila. 

Sedang manggala berarti pemimpin.

 Sehingga suba manggala diartikan sebagai pemimpin yang penuh tata krama. 

" Punang Buceng Agung cumondhok ing sasana! "

Buceng agung sudah disimpan di tempatnya
Buceng agung sudah disimpan di tempatnya
Pranata acara mulai bersuluk ketika Tumpeng akbar atau buceng agung sudah tiba di tempat. 

Acara dilanjutkan dengan sambutan Pranata acara, Pembacaan doa, dan sambutan bapak bupati,serta laporan kesiapan suba manggala melaksanakan acara larung Telaga Ngebel. 

Dalam sambutannya, Bupati Ponorogo, Bapak Sugiri Sancoko antara lain menyatakan:

"Acara larung Telaga Ngebel ini dijadikan doa yang dikemas dalam budaya. "

"Doa yang dikemas teatrikal. Acara ini bisa dijadikan pemikat wisata. Jangan dianggap syirik. Sebab merupakan wujud kepatuhan pada Sangat Hyang Widi, Gusti Allah."

"Juga kepatuhan pada para pendahulu dan nenek moyang kita."

"Di Telaga Ngebel ada perahu, ada larung, ada water Fountain (air mancur menari), ada air,ada Telaga, itu harus dimanfaatkan! "

"Telaga Ngebel harus semakin moncer dan josss...! "

Setelah Bupati menyelesaikan sambutannya, dan suba manggala menyatakan siap memulai acara, larung Telaga Ngebel dimulai. 

Tari bedoyo (dokpri) 
Tari bedoyo (dokpri) 

Para penari bedoyo mengawali acara kirab buceng agung. 

Kirab buceng agung ini dilaksanakan mengelilingi Telaga Ngebel. 

Arak-arakan buceng Agung diiringi para kepala desa sekecamatan Ngebel. 

Kirab buceng agung diikuti kepala desa sekecamatan Ngebel Ponorogo (dokpri) 
Kirab buceng agung diikuti kepala desa sekecamatan Ngebel Ponorogo (dokpri) 

Sementara kirab buceng agung mulai berangkat, di panggung utama diadakan pementasan reog. 

Pementasan reog Ponorogo ini disajikan oleh Grup Reog Singo Budoyo dari desa Kepet. 

Warok (dokpri) 
Warok (dokpri) 

Dadak merak (dokpri) 
Dadak merak (dokpri) 

Penari jathil(dokpri) 
Penari jathil(dokpri) 

Penampil reog lengkap (dokpri) 
Penampil reog lengkap (dokpri) 

Kira-kira satu jam kemudian, buceng agung telah kembali ke tempat pelarungan. 

Prosesi larung Telaga Ngebel dimulai dengan memanjatkan doa-doa keselamatan dan keberkahan pada sang Maha pencipta sekaligus menyambut tahun baru saka, 1 Suro 1957, dan 1 Muharram 1445 H. 

Pengunjung setia menunggu buceng agung selesai dikirab (dokpri) 
Pengunjung setia menunggu buceng agung selesai dikirab (dokpri) 

Pengunjung berkerumun. Buceng agung yang dilarung hanya satu. Sedang yang lain dibagikan ke pengunjung.

 Dalam pembagian buceng, Anak-anak dihimbau untuk tidak ikut di area, karena dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 

Prosesi larung buceng agung dimulai (dokpri) 
Prosesi larung buceng agung dimulai (dokpri) 

Pelan-pelan buceng agung diturunkan ke air. Pergerakan buceng diiringi perahu naga dan dikawal paguyuban speedboat Telaga Ngebel. 

Buceng agung mulai mengarah ke tengah Telaga, tempat prosesi larung dilaksanakan. 

Buceng agung sudah berada di tengah (dokpri) 
Buceng agung sudah berada di tengah (dokpri) 

Akhirnya buceng agung selesai dilarung (ditenggelamkan). 

Buceng agung selesai ditenggelamkan (dokpri) 
Buceng agung selesai ditenggelamkan (dokpri) 

Prosesi larung ini merupakan atraksi budaya yang ditujukan untuk memikat wisatawan, sekaligus doa untuk mohon keselamatan dan keberkahan dalam hidup. Rahayu... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun