Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menggigil karena Dinginnya AC di Kereta Kelas Ekonomi

14 Juli 2023   13:14 Diperbarui: 14 Juli 2023   17:40 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiba di stasiun Madiun (dokpri) 

Libur semester mungkin masih seminggu lagi, tapi cuti ayah sudah habis. Saatnya kembali ke habitat. Pulang ke Madiun. Jes. Jes. Jes... 

Kalau saat berangkat kita pesan tiket kereta api ekonomi premium, kali ini pulangnya pesan tiket ekonomi original (Duh, nggak ada jaim-jaimnya nih aku, hihihi....). 

Ngikut sajalah, kan ayah yang membelikan tiket. Meski dibelikan tiket ekonomi, tetap harus disyukuri. Itu kata ayah. 

Kalau ayah sendiri yang berangkat, ya pesannya tiket eksekutif Bima. Biru malam. Kan sendirian, nggak mau susah dan repot. Biar nyaman. 

 Kalau ada aku kan ada yang bantuin kalau ada apa-apa. Hehehe.  

Lagian aku kan katrok, percuma juga di pesenin kereta bagus. Ehemm... 

Ah, enggak. Bukan begitu juga kali, alasannya. 

Biar orang yang senasib terhibur saja, hahaha..

Aku kan seneng saja naik kereta ekonomi. Bisa bernostalgia naik kereta api, seperti saat mudik  waktu kuliah dulu. 

Istilah kunonya sih memori kereta api.Eh..

Biar pas saja labelnya sama topil , hihihi..

Jaman kuliah dulu kan naiknya kereta ekonomi juga. Jadi sudah tidak kaget. 

Sudah pernah merasakan, pengap dan penuhnya kereta ekonomi yang penuh asongan berjejal, panas dan kotor. 

Saat itu sih enjoy saja. Hidup itu indah kalau dinikmati. Hihihi.. 

Namanya juga tahan banting. 

Kali ini, kereta ekonomi apakah masih seperti itu? 

Yuk kita kulik. 

Kereta Matarmaja

Kereta ekonomi Matarmaja ini melewati rute Pasar Senen- Malang. 

Tarifnya tentu lebih murah dibanding kelas ekonomi premium, kelas bisnis atau kelas eksekutif. 

Sebagai perbandingan, untuk ekonomi premium Madiun-Pasar senen tarifnya sekitar 350 ribu. 

Untuk kelas eksekutif sekitar 500 ribu ke atas. 

Sedang kereta kelas ekonomi Matarmaja Pasar Senen-Madiun hanya sekitar 250 ribu. 

Pada jadual kereta tertulis keberangkatan kereta pukul 10.45 wib. Sedang tiba di stasiun Madiun pukul 22.00 wib. Tak sampai 12 jam. 

Belajar dari pengalaman, meski estimasi  waktu yang diperlukan antara kost si bungsu dan stasiun senen hanya 30 menit, tapi kami sudah bersiap sejak pukul 09.30 wib. 

Mobil ojol sudah standby di depan kost si bungsu. 

Aku dan ayah segera menghampiri dan siap berangkat. Si bungsu mengikuti naik motor. 

Di jalan lumayan macet, tapi waktu masih lama. 

Was was juga sebelum sampai lokasi, takut kemacetan semakin parah. 

Alhamdulillah, pukul 10.10 sudah sampai lokasi. 

Si bungsu juga sudah menunggu di area keberangkatan. 

Kamipun segera berpamitan dan mengucapkan terimakasih. 

Tidak lupa berpesan untuk jaga diri dan kesehatan. Tak lupa jaga shalat. 

Di portal keberangkatan ternyata antri. Kamipun segera bergabung dalam antrian yang sesak. 

Masuk ke area bawah tanah semakin penuh dan antrean padat. 

Antre (dokpri) 
Antre (dokpri) 

" Kalau begini, jadi berasa sekali kalau naik kereta ekonomi ya, Mas! Bisikku pada ayah sambil nyengir.

 Ayah diam saja 

Antrean semakin sesak saat pemeriksaan tiket dan KTP. Meski jadi seperti formalitas saja, sebab antrean begitu sesak dan panjang. 

Jadi cuma sekedar mencocokkan identitas, tanpa dilihat orangnya yang mana, hihihi. 

Akhirnya kelar juga dan bisa keluar dari padatnya antrean. 

Kebetulan gerbong 4 tidak terlalu jauh, sehingga kita bisa langsung masuk. 

Tempat duduknya masih seperti yang dulu, meski suasana kereta terlihat lebih bersih dan teratur. 

Kursi yang berdekatan dengan tempat duduk kami semua penuh. Alamat berhimpitan, nih. Hehehe... 

Sebelum kereta berangkat, aku ke toilet dulu. Lumayan, toilet duduk yang cukup bersih dengan air yang melimpah, meski aroma toilet dari dulu tetap sama. Pesing! Hiks.. 

Jadi jangan lama-lama di toilet yaa... 

Pukul 10.48 kereta mulai bergerak perlahan, dan lama-lama stabil. Jes.. Jes.. Jes... 

Selamat tinggal Jakarta... 

Kereta hanya berhenti di beberapa  Stasiun. Di antaranya Cirebon, Brebes, tegal, pekalongan, semarang, jogjakarta, solo jebres, ngawi dan madiun. 

Kereta berhenti agak lama di Stasiun tawang Semarang. 

Banyak yang membuka bekal. 

Bapak ibu di depanku membeli nasgor dari kereta dorong pramu kereta. 

"Nasi goreng 2, mbak! " Kata ibu di depanku. Pramu kereta menyerahkan 2 box nasi goreng kuliner kereta. 

" Semua, 56 ribu, Bu! "

Si Ibu segera membayar, dan segera melahap nasgor bersama suaminya. Ada lauk kerupuk sepertinya. 

Suamiku nyengir. Aku juga mengeluarkan bekal. Kotak plastik makanan berisi nasi, mie goreng dan telur dadar jumbo yang kubeli di warteg dekat kost si bungsu. 

Seporsi cuma 11 ribu. Murah meriah. Hehehe.. 

Enakkan, di kelas ekonomi. Bisa bawa bekal nasi murah tanpa jaim. 

Kl naik eksekutif bawa-bawa nasi box, apalagi nasi bungkus kan tengsin. Hihihi.. 

Tak terasa hari semakin malam dan kereta terus melaju. 

Hufttt.. ACnya dingin banget. Enak kalau bawa jaket. Lumayanlah aku berpakaian cukup rapat, meski tetap saja menggigil kedinginan. 

Tak terasa kantuk menyerang dan tertidur. 

Aman! Kan pakai masker juga, kalau mulut menganga dan ngiler tidak kelihatan, hihihi.. 

Terbangun kaget saat kereta berhenti di Stasiun Jebres. 

Kereta berhenti lama di Stasiun Solo Jebres. Saatnya menjama' shalat. 

Stasiun kecil ini kini bagus dan bersih. Beda banget dengan saat kuliah. 

Iyalah, jaman baheula tahun 90-an. Bangunan kuno yang belum terjamah renovasi. Hihihi.. 

Sayangnya mau mlipir cari gorengan dan makanan kecil nggak ada yang jual. Harus keluar jauh dari stasiun. 

Yowes, Aku rapopo. 

Madiun sudah dekat. 

Akhirnya kereta kembali bergerak, dan terasa begitu cepat tiba di Stasiun Madiun. Pukul 22.00 lebih sedikit. Lumayan tepat waktu. 

Sepertinya sudah tidak ada lagi "kereta terlambat 2 jam, itu biasa! " Hehehe.. 

Tiba di stasiun Madiun (dokpri) 
Tiba di stasiun Madiun (dokpri) 

Turun di Stasiun Madiun, ayah bergegas jalan cepat meninggalkanku yang terkantuk-kantuk dan terseok-seok dengan tas punggung yang lumayan berat. 

Ternyata mobilnya diparkir sekitar 500m dari Stasiun. Jauuhhhh.... 

Ya, Allah! Kalau nggak begitu bukan ayah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun