Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Berburu Gultik, Dapatnya Sobet Bang Madun

13 Juli 2023   17:05 Diperbarui: 13 Juli 2023   17:29 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini gara-gara penasaran sama gultik. Gule tikungan. 

Sungguh, cuma penasaran! 

Kata si bungsu murah, cuma 15 ribu, tapi porsinya kecil. 

Walah, Si bungsu yang makannya sedikit saja bilang begitu. Jadi terbayang kalau porsinya minimalis. 

Tapi justru itu, kan cuma penasaran dan pengin icip-icip. Jadi kalau porsinya kecil, kan masih bisa icip-icip kuliner lain. Eh..

Kita pilih kuliner rakyat kaki lima saja. Biar ramah di kantong. Hehehe.. 

Biar libur semester juga lebih berkesan, dan menambah pengalaman kuliner, khususnya kuliner Betawi. 

Kita kan lagi di Jakarte alias Jekardah. 

Tiba-tiba tertangkap mata, Soto Jakarta Bang Madiun. Wah, kok bisa pas. Tahu saja ada orang Madiun. 

 Eh.. Bukan! Bang Madun ternyata. Hehehe.. 

Waduh, jadi berpindah ke lain hati nih. Tadi kan niatnya mencicip gultik, kok tiba-tiba malah pengin soto jakarta, alias soto betawi, alias sobet. 

Soto jakarta (betawi) Bang Madun (dokpri) 
Soto jakarta (betawi) Bang Madun (dokpri) 

"Sebentar, tanya dulu, ada gultiknya  Nggak! " Kata Si Sulung. 

Si sulung menghampiri security yang lagi duduk di pos penjagaan. 

"Bang, numpang tanya. Gultik itu sebelah mana? "

"0wh, jam segini sudah tidak ada gultiknya! " Jawab Bang Security. 

"Ya, sudah Bang. Terima kasih! " Kata Si sulung. 

"Sudah nggak ada, Bunda! Kita cari kuliner lain,ya! "

"Ya, nggak papa. Bunda nggak kepingin gulenya, kok. 

"Pengin tahu gule tikungan itu, tikungannya kaya apa dan di sebelah mana. 

Gulenya juga kaya apa. Itu saja! "

Akhirnya , sambil jalan lagi, berselancar dulu tentang gultik. Gule tikungan. 

Gultik

Gultik by Gilang Rama
Gultik by Gilang Rama

Gule tikungan ini, mungkin awalnya karena posisinya di tikungan. 

Tapi kemudian, menjadi nama untuk gule di sekitar blok M yang penjualnya di trotoar. 

Tempat menikmatinya di tempat terbuka. Ada juga yang dalam tenda. 

Gultik ini biasanya buka malam hari, kalau pagi sudah tidak ada. 

Sajiannya berupa nasi yang disiram gule, dan dikasih kerupuk merah putih. Ada juga yang nasi dan gulenya terpisah. 

Ada juga pelengkapnya sate telur puyuh dan sate usus. Mungkin daging gulenya cuma sedikit, jadi butuh tambahan lauk, hihihi.. 

Salah satu gultik yang terkenal adalah Gultik Pak Yanto yang berlokasi di depan Gereja Barito dekat Taman Ayodya. 

Tapi bukanya malam hari. 

Maka tak heran, kalau Gue nyari gultik pagi-pagi kagak ketemu, hihihi.. (Biar kaya orang Betawi) 

Akhirnya kami menuju jalan barito. 

"Kalau cuma gule sih sebenernya bunda masih bosan. "

"Kemarin habis hari raya kurban kan  setiap hari menunya sate dan gule. Kebayang kan bagaimana kalau ketemu gule lagi. 

" Ya sudah, kita cari menu lain saja, Bunda! "

"Oke! "

Jajaran lapak kuliner di jalan Barito (dokpri) 
Jajaran lapak kuliner di jalan Barito (dokpri) 

Di jajaran lapak kuliner kaki lima banyak depot kuliner. Dari gule sapi, sop kaki kambing, soto betawi, batagor, siomay. 

Lapak-lapak itu ada di jalan barito, sehingga biasanya ditambahkan kata barito di belakang nama kulinernya. 

Soto Jakarta/Soto Betawi. 

Akhirnya kami memesan 3 porsi soto betawi dengan nasi dipisah. 

"Beh, buatin sobetnya yang istimewa. Nih Enyak sama Babeh Gue belum pernah nyobain, sobet! "

"Beres! " Jawab Bang Madun. 

Ya, ampun. Si sulung sok Betawi banget. Mungkin biar tidak digetok harga dan dikasih murah. 

Sobet Bang Madun (dokpri) 
Sobet Bang Madun (dokpri) 

Akhirnya siap juga tuh pesanan sobetnya. 

Sebelumnya di meja sudah tersedia sambal dan acar yang boleh diambil bebas. 

"Ini soto betawi? " Tanyaku takjub. 

"Iya, Bunda! " Jawab Si sulung. 

Soto betawi (dokpri) 
Soto betawi (dokpri) 

Sebenarnya Aku pernah dikasih tahu teman, kalau soto betawi itu kuahnya kental, pakai susu. 

"Pokoknya lekerrr..! " Katanya. Makanya aku penasaran. 

Cuma tadi mikirnya, tetap seperti soto biasa, tapi kuahnya pakai susu. Ternyata tidak begitu. 

Mungkin kalau aku ditanya, soto betawi ini lebih mirip gule. 

Kuahnya kental. Gurih, asin. Dengan isian iso, babat, dan kikil. 

Ada tambahan tomat iris, dan taburan daun bawang. 

Terus ditaburi emping juga. 

"Hemmm... Ada kecap nggak, ya? "

"Huh, katrok. Apa-apa kecap! " Kata suamiku manyun.

 Sebagai orang Surabaya, biasanya menikmati soto itu tanpa kecap. 

Di Surabaya, kalau makan soto pakai kecap, saya juga diketawain. Tapi saya cuek. 

Soto tanpa kecap itu seperti soto yang tidak ada manis-manisnya. Hihihi.. 

Eh, ternyata Bang Madunnya dengar, langsung mengulurkan sebotol kecap. Alhamdulillah... 

Sempurna dah nih rasa (buatku!) 

Sejujurnya, kalau buatku, sobetnya agak asin. Jadi kuahnya cuma kuambil sedikit.

 Padahal biasanya kalau menikmati soto, aku suka yang kuahnya melimpah sampai merendam seluruh isiannya. 

Tapi sobet ini enak dan lezat. Cuma porsinya lumayan, jadi aku nggak habis. 

Untung ada si sulung yang mau menghabiskan jatahku. Kita memang sama-sama anti menyisakan makanan. 

O, iya! Seporsi sobet ini dibandrol 40 ribu. Mungkin terdengar mahal dibanding gultik. Tapi sesuai dengan porsi dan sajiannya. 

Sudah ya, ketemu lagi di artikel yang lain. 

Salam kuliner... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun