Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jambore Pramuka: Mengisi Liburan dan Membentuk Profil Pelajar Pancasila

4 Juli 2023   12:56 Diperbarui: 4 Juli 2023   13:09 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jambore Pramuka cabang Madiun di Kresek (dokpri) 

Tepuk pramuka : prokprokprok....Prokprokprok....Prokprokprok ....prokprokprokprok.

Masihkah suasana seperti itu mewarnai hari-hari pelajar pramuka? 

Di sini senang, 

Di sana senang, 

Di mana-mana hatiku senang. 

Lalalalalalala... Lalalalalala.. La lalalalalala.. Lalalala! 

Masihkah anak-anak sekarang lincah mengekspresikan kegembiraannya dengan menyanyikan lagu itu? 

Atau anak-anak kita sekarang lebih tekun mengetuk gawai dan hanya menikmati berbagai video di youtube, tiktok, dan konten-konten lain yang lebih banyak berimprovisasi demi menarik simpati?

Baru-baru ini, diberitakan seorang pelajar SMP yang membakar sekolahnya di Temanggung karena sering mengalami perundungan dan merasa guru-gurunya kurang memperhatikan. 

Banyak yang menghubungkan hal ini terjadi karena kurangnya pengendalian emosi pada anak. 

Hal ini dianggap sebagai kesalahan pengasuhan dalam keluarga. Begitu kira-kira pendapat salah satu guru kompasianer. 

Meski begitu, hal ini terjadi di lingkungan sekolah, tentunya sangat naif jika hal ini dianggap kesalahan pengasuhan dalam keluarga. 

Bagaimanapun sekolah, orang tua dan pemerintah tidak bisa lepas dari tanggung jawab terhadap kasus seperti ini. 

Bisa jadi, Pandemi covid-19 yang sempat melanda, ikut andil dalam rendahnya pengelolaan emosi pada para siswa. 

Saat pembelajaran daring, tentunya kontak dan kedekatan emosi sangat kurang. 

Guru kurang bisa mengamati kondisi sosial kejiwaan anak, termasuk bagaimana mereka mengelola emosi. 

Kegiatan bersama para siswa, tentu saja sangat diperlukan untuk menumbuhkan profil pelajar Pancasila yang berkarakter Pancasila. 

P5 adalah upaya untuk mewujudkan Pelajar Pancasila yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Sumber gambar : dokpri
Sumber gambar : dokpri

Pada libur semester tahun ini, hari minggu, 2 Juli 2023, di Bumi Perkemahan Purabaya Jati Aren, Desa Kresek Kecamatan Wungu diadakan pembukaan Jambore Cabang Madiun. 

Acara dibuka oleh Bupati Madiun, sekaligus Kamabicab Gerakan Pramuka Kabupaten Madiun, H. Muhammad Dawami. 

Jambore yang diikuti 5.530 Pramuka Penggalang dari SD dan SMP sekabupaten Madiun ini mengusung tema : 

" Membentuk Pramuka Madiun yang Religius, Tangguh, dan Berkarakter Pancasila"

Bupati Madiun yang biasa disapa Kaji Mbing berharap, dengan adanya jambore, Pancasila bisa tertanam sejak dini dalam diri para generasi penerus bangsa. 

Sementara Administratur Perhutani KPH Madiun melalui Edi Bambang S, Kepala Sub Seksi Hukum Kepatuhan Agraria, mengatakan:

Pramuka adalah wadah generasi penerus bangsa untuk mengasah potensi dan melatih mental sehingga ke depannya bisa memberi manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. 

Sumber gambar : dokpri
Sumber gambar : dokpri

Dalam jambore ini, banyak manfaat yang bisa didapat para peserta, antara lain :

1. Mengisi liburan dengan hal bermanfaat. 

2. Memberi bekal keterampilan yang  terasah dari kegiatan pramuka antara lain:

- keterampilan fisik, 

-keterampilan intelektual,

- keterampilan emosional,

-keterampilan sosial.

3. Melatih kemandirian. 

4. Melatih kerjasama antar peserta, sehingga mempunyai ikatan emosi untuk saling menghargai, sehingga mencegah perundungan.

5. Bisa melatih survival saat berada di lingkungan alam. 

Dengan berkemah dan melaksanakan kegiatan jambore, bisa memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk melestarikannya.

Kegiatan jambore juga melatih peserta tentang kemandirian, tanggung jawab, kerjasama, empati, dan disiplin. Memupuk keberanian memimpin dan dipimpin.

Dunia anak-anak kita adalah dunia aktif bermain. 

Seyogyanya mereka dituntun untuk belajar dengan gembira sesuai umurnya. 

Bukan anak-anak yang dipaksa berkembang jauh dari umurnya. 

Diiming-imingi dengan kelas akselerasi. Dibujuk dengan predikat cerdas, agar mau belajar di luar kemampuan, sehingga harus les ini itu agar mampu mencapai target kognitif yang dipersyaratkan. 

Sementara perkembangan emosi keteteran dan di abaikan. 

Biarkan mereka berkembang sesuai umur. 

Itu jauh lebih baik untuk masa depan yang berkualitas. 

Kesuksesan materi itu penting, tapi kondisi emosi dan kejiwaan yang sehat akan membawa mereka menjadi generasi yang bahagia. 

Kita dukung anak-anak kita menjadi generasi yang menerapkan nilai-nilai Pancasila, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun