Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Soto Mbak Timbul, Semangkok 2 Ribu. Apakah Untung?

26 Mei 2023   21:21 Diperbarui: 27 Mei 2023   07:54 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembeli masih terus berdatangan (dokpri) 

Soto ayam 2000

Soto babat 5000

Rawon 4000.

Percaya nggak? 

Haree geenee....?

Tapi begitulah kenyataannya. Ternyata ada. 

Untuk mengobati rasa penasaran dan membuktikan, arisan mingguan RT kami sore ini berpindah ke sini. 

Kami menuju warung lesehan monggo mampir, sido wareg, Mbak Timbul. 

Baca juga: Soto Tak Biasa

Kata Bu Tutik, "kapan tenggelam?"

 Eh.. Becanda. 

Itung-itung mendukung kebangkitan UMKM agar pulih lebih kuat, kami beramai-ramai ikut nglarisin. 

Sudah pukul 15.27 wib, dari pukul 15.00 yang direncanakan. Beberapa ijin, ada yang nitip, ada yang rewang, ada yang punya gawe, akhirnya cuma terkumpul 8 orang. 

Tidak apa-apa, kami tetap berangkat. 

Pasukan pemburu Soto (dokumen Bu Anies) 
Pasukan pemburu Soto (dokumen Bu Anies) 

Sampai di sana sudah sekitar pukul 16.00 wib. Tapi tidak khawatir tutup, sebab Bu RT sudah pesan tempat sekaligus Soto. 

Sampai sana sudah ada beberapa pembeli. Tapi tidak apa-apa, yang penting tempatnya cukup, tidak masalah. 

Kamipun berbagi tempat pada pembeli lain, sambil arisan dan mencatat tabungan juga. 

Sambil menunggu pesanan siap juga. 

Pengin pesan Soto babat, ternyata kosong. Ya sudah, beberapa pesan rawon, yang lain pesan Soto. 

Agak lama juga, sebab Mbak Timbul cuma berdua dengan Mas Nanang suaminya melayani pembeli. 

Nasinya belum matang, Soto dan rawonnya juga. Maklum ini sudah kloter ke-3. Biasanya jam 14.00 wib sudah tutup. 

Berhubung Bu RT sudah pesan, Mbak Timbul masih membuka warungnya. 

Pembeli masih terus berdatangan. Dari keluarga yang mampir makan bersama, bapak-bapak, bahkan pengemudi truk  distributor gas juga mampir ke warung Mbak Timbul. 

Pembeli masih terus berdatangan (dokpri) 
Pembeli masih terus berdatangan (dokpri) 

Menarik memang, makan di warung Mbak Timbul. Aman di kantong, pokoknya. 

Akupun sibuk mencatat tabungan. Lumayan banyak yang nabung hari jumat ini. 

Menabung dan arisan ini seminggu sekali tiap hari jumat. Rencananya, selain tabungan hari raya, diagendakan juga untuk piknik bersama. 

Mamah-mamah cantik RT 11 (dokpri) 
Mamah-mamah cantik RT 11 (dokpri) 
Pesanan minuman sudah datang, tapi jeruknya habis. Ya sudah, pesan teh hangat saja. 

Arisan selesai, Bu Ida yang dapat. Tabungan juga sudah selesai. Pesanan rawon dan Soto juga sudah siap. 

Yuk icip-icip dulu. 

Hemmm.. Sotonya agak mirip Soto lamongan, seperti ada koyanya. 

Nyam-nyam. Enak... 

Soto 2000 (dokpri) 
Soto 2000 (dokpri) 

Ada rasa segar dengan mrica yang sempat terkunyah, aroma sereh dan jeruk purut yang tertangkap indera perasa. 

Kuahnya gurih, dengan toping irisan ayam, so'un, irisan kol, bawang goreng, sledri dan koya, atau micin? 

Rasanya gurih. Menurutku sih enak. Mungkin terlalu murah dengan harga segitu. 

Porsi normal, dan cukup mengenyangkan. 

Tersedia juga gorengan tempe mendoan dan sempolan. Ada juga krupuk dan kacang goreng yang dijual terpisah. 

Biasanya Soto di sini diberi kacang goreng, ada juga yang ditaburi kentang goreng. 

Arisan sudah selesai (dokpri) 
Arisan sudah selesai (dokpri) 

Sudah kenyang, urusan tabungan beres, saya ikut-ikutan ibu-ibu ngajak ngobrol Mbak Timbul, pemilik warung. 

" Mbak, soto 2 ribu apa masih bisa untung, Mbak? " Tanyaku. 

"Alhamdulillah, masih. Bisa sambil ngibadah juga! "

"Syukurlah! " Semua dikerjakan sendiri Mbak? "

"Iya, itu bersama suami saya, " Jawab Mbak Timbul. 

Mas Nanang, suami Mbak Timbul (dokpri) 
Mas Nanang, suami Mbak Timbul (dokpri) 

"Boleh difoto, Mbak? " Tanyaku. 

"Aku isin!" kata Mbak Timbul ketika mau kufoto.  

Ya sudah, kufoto dari samping.  

Foto suaminya saja, kalau gitu. 

"Namanya siapa Mas? " Tanyaku sambil memfoto. 

"Nanang! " Jawab suami Mbak Timbul. 

"Sebenarnya ini usaha sampingan, jadi kadang buka, kadang tutup! " Kata Mbak Timbul. 

"Usahanya apa Mbak? "

"Dos! Kalau pas dos saya disewa, saya mempunyai sekitar 60 pekerja, harus ngopeni, jadi warung biasanya saya tutup! "

Dos itu semacam mesin perontok padi ya Mbak? " 

( Ternyata dos adalah mesin pemanen dan perontok padi) 

"Iya, tapi lebih besar! "

"Aku isin", kata mb. Timbul. Hehehe.. (Dokpri) 

Kemudian Mbak Timbul memperlihatkan video para pekerjanya yang sedang mengangkut padi dan merontokkannya di mesin dos. 

Hebat Mbak Timbul ini. Terkadang, saat panen,mesin dos nya tak henti-hentinya disewa orang untuk panen. 

Mesin dosnya disewa berpindah-pindah mengikuti daerah mana saja yang panen. Bisa Madiun, Ponorogo, Ngawi, Caruban, dan sekitarnya. 

Sewanya per kotak sekitar 600 ribu. 

FYI, 1 kotak = 100 rhu. 

1 rhu = 14 meter persegi. 

Jadi 1 kotak = 1400 meter persegi. 

Kata Mbak Timbul, penghasilan bersih per hari dari dos bisa mencapai 1 juta, jadi nggak heran kalau Mbak Timbul jualan soto hanya untuk sampingan. 

Jadinya nggak heran kan, kalau harga sotonya bisa semurah itu? 

Kemudian Mbak Timbul (43 tahun) juga bercerita, kalau sejak lulus SD sudah merantau ke Surabaya dan Jakarta. 

Setelah cukup umur, menjadi pekerja migran selama belasan tahun di Hongkong, Taiwan dan Singapura. 

"Wuihhh... Kenyang pengalaman ya, Mbak. Pundi-pundi dolarnya nya juga banyak, nih. Hehehe"

Pinter deh Mbak Timbul, bisa punya rumah bagus, dan punya Bisnis Dos. 

Soto babat Mbak Timbul. Sayangnya tadi pas habis (dokumen Bu RT) 
Soto babat Mbak Timbul. Sayangnya tadi pas habis (dokumen Bu RT) 

Senang ngobrol dengan Mbak Timbul, akrab dengan siapa saja, bungkusin soto dan rawonnya juga nggak pelit. 

Saya minta dibungkus rawon dan sotonya 5 ribuan, dapat banyak. 

Kalau makan rame-ramenya sih ditraktir Bu RT yang geli sendiri. 

Bayar 50 ribu buat nraktir ibu-ibu seRT masih dapat kembalian 5 ribu rupiah. Mantap sekali, kan? 

Aku bergegas pulang, ada janji dengan penjual risoles yang mau DO ke rumah. Katanya OTW jam 18.00 wib. Tapi ternyata nggak jadi, anaknya rewel tidak bisa ditinggal. Ya sudah nggak apa-apa, di rumah juga lagi banyak makanan, takut tidak kemakan. Jadinya orderan batal. 

Sampai di rumah kutanya suamiku. 

"Mau makan Soto apa rawon Mas? "

"Soto, saja! "

Setelah kusajikan, aku bertanya, "Sotonya enak, Mas? "

"Enak..!" Kata suamiku sambil melahap sotonya. Bener sih, soto ayamnya memang enak. 

Aku ikutan makan(lagi). Kali ini yang kucicipi rawonnya. 

Hemmm... Enak juga. Ada sereh dan laosnya, dengan warna hitam kecoklatan yang lumayan pekat. 

Rawon 5 ribuan yang dibungkus dan dinikmati di rumah (dokpri) 
Rawon 5 ribuan yang dibungkus dan dinikmati di rumah (dokpri) 

Enak! 

Tapi saya lebih suka sotonya. 

Penasaran? 

Kalau ke Madiun dan ingin mampir, lokasinya di Desa Nglandung, Geger, Madiun. Tidak jauh dari SMK Geger,Kabupaten Madiun. 

Kalau bingung, langsung WA Mbak Timbul saja, ada no WA nya di dekat daftar harga, hehehe.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun