Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tiwul Lodeh Terong Mbah Diman, Kuliner Malam Ponorogo yang Murah Meriah

16 Mei 2023   17:19 Diperbarui: 19 Mei 2023   12:13 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepiring tiwul lodeh terong 3 ribu rupiah (dokpri)

Ponorogo. 

Kota yang lebih terkenal dengan kota reog ini sebenarnya mempunyai keunikan pada kuliner malamnya. 

Kebiasaan warga ngopi-ngopi berjam-jam di pinggir jalan sambil ngobrol sampai pagi adalah salah satu kebiasaan unik warga kota reog. 

Tapi warung unik Mbah Diman ini jam 02.00 dini hari sudah tutup. 

Salah satu menu di sini yang mulai jarang ditemui adalah tiwul. 

Tiwul

Tiwul adalah nama makanan tradisional. 

Tetapi, tiwul, dalam kamus bahasa Jawa modern Bausastra oleh Purwadarminta menyebutkan kata thiwul ini berarti:

 "setiti", atau teliti, agar tidak awul-awulan atau berantakan. 

Jadi, supaya berhati-hati, seksama, cermat, dan tidak ceroboh.

Namun tiwul yang banyak dikenal adalah olahan ketela pohon yang awalnya dibuat gaplek. 

Gaplek dibuat dengan mengupas ketela pohon, merendamnya, selanjutnya dijemur sampai kering betul. 

Perlakuan ini juga bertujuan untuk mengawetkan. 

Setelah itu gaplek yang telah kering betul, ditumbuk halus atau digiling jadi tepung gaplek. 

Tepung gaplek inilah yang diolah atau dikukus menjadi tiwul. 

Sebagai pengganti nasi, tiwul bisa disantap bersama apa saja. 

Bahkan cuma dikukus dan dimakan bersama sedikit garam dan parutan kelapa juga enak. 

Tiwul Mbah 
Tiwul Mbah 

Kandungan Gizi Tiwul

Dilansir dari laman www.djkn.kemenkeu.go.id

Tiwul juga diperkaya dengan vitamin B Kompleks yang baik untuk mencegah penyakit anemia.

Tiwul juga tinggi protein yang berperan untuk melatih daya tahan otot. 

Kandungan protein ketela pohon lebih tinggi dibanding umbi lain seperti kentang dan ubi jalar.

Tiwul juga dimanfaatkan untuk diet karena dianggap kandungan kalorinya cukup rendah. 

Begitu pula kadar gula singkong cukup rendah, sehingga aman dikonsumsi penderita diabetes. 

Menurut merdeka. com, 

Singkong relatif rendah gula. Dalam 100 gram singkong mentah hanya mengandung sekitar 1,7 gram gula.

Bahkan dalam 100 gram singkong rebus,hanya mengandung 1,3 gram gula. 

Berikut adalah perbandingan kalori dalam 100 gram tiwul, nasi jagung, nasi merah, dan nasi putih

-Nasi jagung  140 Kkal. 

- Nasi Tiwul  121 Kkal

- Nasi merah 110,9 Kkal

-Nasi putih 175 Kkal

(www.detik.food.com) 

Tiwul pecel (dokpri) 
Tiwul pecel (dokpri) 

Sejarah Tiwul

Awalnya, tiwul adalah makanan tradisional sebagai pengganti beras yang mahal susah ditemukan di jaman penjajahan Jepang dan di tahun 1960-an.

Tiwul merupakan salah satu jenis makanan khas tradisional di pulau Jawa yang berasal dari daerah Gunung Kidul, Yogyakarta (Putri, 2021) 

Namun begitu, Tiwul juga ditemukan di Jawa Tengah, Wonogiri, Pacitan, ponorogo dan banyak tempat di Pulau Jawa. 

Pada tahun 1852, singkong dibawa oleh Portugis ke Maluku. 

Tetapi, karena tidak berkembang akhirnya singkong dibawa ke Jawa, dan ternyata bisa berkembang dengan baik di daerah seperti Cilacap, Wonogiri, hingga Gunung Kidul.

 Bahkan konon bahan dasar pembuat tiwul ini pun pernah diekspor oleh Belanda ke sejumlah negara Eropa pada 1928.

Tiwul ternyata sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. 

Pada masa penjajahan Belanda itu, tiwul bahkan dijadikan  makanan pokok  masyarakat Jawa yang hidup di pedesaan dan daerah terpencil (Tjokroadikoesoemo, 1986).

Dalam literasi lain banyak disebutkan, tiwul lahir di Gunung Kidul akibat penjajahan Jepang. 

Sekitar tahun 1940-an, pada masa penjajahan Jepang, harga beras sangat mahal, dan rakyat tidak mampu membelinya. 

Tiwul bisa menjadi makanan pengganti beras pada masa itu sudah disyukuri. 

Di jaman Jepang, rakyat betul-betul miskin dan kelaparan. 

Beras menjadi barang mewah. Bahkan bonggol pisangpun dikonsumsi. 

Karena pada masa itu ketersediaan beras sangat terbatas dan harganya mahal, menjadikan tiwul sebagai alternatif makanan pokok adalah suatu tindakan yang banyak dlakukan. 

Jika di masa sekarang makan tiwul adalah kemewahan dan jadi makanan favorit, bahkan sengaja dilakukan sebagai diet untuk mengurangi kelebihan gizi, di saat itu mengonsumsi tiwul adalah simbol kesengsaraan. 

Bahkan saat saya masih duduk di Sekolah Dasar, sempat menjadi cemoohan. 

Jika tidak bisa menjawab pertanyaan, atau salah mengerjakan soal, dianggap karena makannya tiwul (Duh, nggak gitu juga kali yaa..). 

Tapi itu dulu, sekarang tiwul justru menjadi makanan langka dan banyak dicari. 

Orang makan tiwul karena ingin bernostalgia atau penasaran dengan rasanya. 

Tiwul yang masih baru rasanya manis gurih dan mirip ketela sebagai bahan pembuatnya, tapi ada sedikit rasa getir. 

Sedangkan tiwul yang berasal dari gaplek yang sudah disimpan terlalu lama, biasanya yang rasanya agak apek dan getir, bahkan pahit. 

Tiwul Murah Mbah Diman. 

Lodeh terong ikan asin dan tiwul (dokpri) 
Lodeh terong ikan asin dan tiwul (dokpri) 

Berbicara tiwul Mbah Diman, tentunya tidak puas kalau tidak mencoba sendiri. 

Warung nasi tiwul Mbah Diman ini berlokasi di belakang SMPN 2 Ponorogo. 

Untuk lokasi tepatnya, bisa langsung dicari sendiri. 

Di sini ada nasi putih, nasi tiwul, pecel, sayur tahu, lodeh terong, tahu, tempe dan gorengan. 

Sepiring tiwul lodeh terong itu hanya dibandrol 3 ribu rupiah. Sangat terjangkau dan murah untuk harga saat ini, seperti video yang diunggah Kang Pardi. 

Sedang lauk yang paling sesuai adalah ikan asin yang digoreng kering. 

Namun begitu, masih banyak lauk lain yang murah meriah untuk di pilih. 

Kalau penasaran dan sedang berada di Ponorogo malam-malam kelaparan ingin mencoba nasi tiwul, bisa mencari Warung tiwul Mbah Diman. Warung ini buka selepas Isya sampai jam 02.00 dini hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun