Dear kampung halamanku,Â
Sekian lama kumeninggalkanmu, rindu dendam menyiksaku,Â
Betapa dirimu terpatri dalam ingatanku, terpahat dalam setiap mimpiku.Â
Dear kampung halamanku...Â
Kuingin hanya engkau yang tahu, pada dirimulah kutemukan diorama masa lalu.Â
Kisah riang masa kanak-kanakku, dalam setiap ruang yang terisi ribuan candu.Â
Dear kampung halamanku, ada kenangan manis di sana.Â
Cerita-cerita lucu penghias masa, ceria kanak-kanak yang tak kenal derita.Â
Dalam buaian kasih ibu bapa, yang selalu melindungi dan menjaga.Â
Dear kampung halamanku...Â
Padamu kuingin berterus terang, tentang resah yang berbuah gundah.Â
Kemana sawah yang dulu selalu subur tak pernah kering?Â
Sawah yang akrab dengan kebandelanku bermain lumpur, keasyikanku berburu belut?Â
Kering kerontang saat kupulang. Apakah panas ekstrem biang keladinya?Â
Ataukah sawah-sawah itu kini telah ditanami rumah, tumbuh beton, dan berpagar tembok-tembok bisu yang tak mampu mengadu?
Dear, kampung halamanku.Â
Ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu.Â
Ini tentang kuliner Purworejo dan Madiun yang bercumbu.Â