Toilet
Masuk jalur jalan raya Ponorogo Madiun ke arah Madiun lengang, tapi arah Selatan, Ponorogo lumayan padat.Â
Lancar sampai perempatan Sleko tiba-tiba macet. Lampu merah nyaris tidak berfungsi. Pak Pol juga cuma berdiri, menyerahkan pergerakan lalu lintas pada traffic light.Â
Sementara lampu lalu lintas sendiri nyaris tak berfungsi. Deretan kendaraan rapat di belokan.
Lampu merah atau hijau,tak ada yang memggubris. pergerakan kendaraan tergantung kendaraan di depannya. Jalan ikut jalan, berhenti ikut berhenti.Â
Terus sampai jalan Mayjen Sungkono kendaraan rapat.Â
Tapi setelah berbelok dari jembatan lumayan lancar sampai jalan Hayam wuruk.Â
Macet lagi di pertigaan lampu merah.Â
Siang yang panas, dan butuh konsentrasi, aku tak berani mengganggu sopir, padahal ada urine yang ingin segera dialirkan.Â
Eh...Â
Untunglah, setelah sekian lama sampai di gerbang tol Ngawi, dan siap masuk jalan tol.Â
Beruntung sang sopir paham kondisi dan rest area begitu dekat.Â
Setelah mobil parkir, langsung lari cari toilet.Â
OMG. Antri...Â
Ya sudah, langsung saja antri di depan salah satu toilet yang semua pintunya tertutup.Â
"Ceklek! " Pintu terbuka. Toilet sebelah!
Sementara toilet yang kutunggu masih adem ayem tanpa suara.Â
Jangan-jangan sedang bertapa.Â
Ingin rasanya kugedor. Nggak pernah ngerasain orang kebelet, apa?Â
"Ih, lama amat sih! " Akhirnya aku berteriak geregetan.Â
"Bu! " Seorang petugas di rest area menunjuk ke arah pintu. Aku melotot pada petugas. Orang kebelet malah diisengin.Â
Tapi orang itu terus menunjuk ke atas pintu. Membuatku mau tak mau menengok ke arah yang ditunjuknya.Â
"Ya ampun...!!!Â
Ternyata tertulis " Gudang! "
Currr...Â
Aku putus asa!Â
###
Celana atau Mukena?Â
Sehabis menemukan tempat wudhu wanita, saya naik ke mushola untuk menunaikan shalat dhuhur.Â
Kebetulan sudah masuk waktu dhuhur.Â
Saya jamak qashar dan takdim. Dhuhur dan ashar.Â
Mushola cukup penuh, tapi tidak berhimpitan.Â
Shalat sendiri-sendiri, karena punya hajad sendiri-sendiri. Ada yang jamak, ada yang shalat seperti biasa.Â
Alhamdulillah, selesai shalat saya berdoa.Â
Sambil melipat mukena, pandangan saya tertuju pada seorang perempuan yang sudah selesai shalat, tepat di depan saya.Â
Mata saya terbelalak. Shalat pakai celana kolor panjang?Â
Tapi kenapa dicopot? Dia melorotkan celananya. Haaaa...??? Horor. Mesum.Â
Saya jadi memperhatikan lebih intensif.Â
Ternyata dia memakai mukena 2 pieces. Saat mencopot mukena bagian bawah, celananya ikut dicopot.
Beruntung tempat shalat laki-laki dan perempuan terpisah.Â
Saya tolah toleh, tidak ada orang yang memperhatikan.Â
Duh, saya jadi malu, kok malah saya yang kepo. Habisnya kok ada orang buka-bukaan.Ternyata nggak sengaja. Hahaha...
Sebelum terjadi pemandangan yang lebih tak layak, perempuan di depan saya tersadar setelah meraba-raba di bawah punggung ternyata ruang hampa. Eh..Â
Dia segera mengangkat kembali celana kolor panjangnya. Sejenis celana training.Â
Dan cepat menoleh ke belakang. Saya segera menangkupkan tangan di depan dada dan memejamkan mata. Seperti tadi saat saya berdoa sebelumnya.Â
Orang itu tampaknya lega. Dia merasa tidak ada yang melihat insiden barusan.Â
Tapi sungguh. Saya sudah berusaha tidak tertawa. Tapi apa daya, saya ini orangnya gampang tertawa.Â
Sambil keluar mushola saya tertawa sendiri sambil memegang gawai. Hahaha...Â
###
Antri
Sehabis keluar mushola, si bungsu kirim pesan WA sambil mengunggah papan display berisi aneka kopi.Â
Dari jauh suami saya sudah melambai-lambai di beranda.Â
Saya menghampirinya. Cuaca cerah. Panas sekali. Suami saya sudah membooking kursi. Saya ingin duduk, tapi di kursi sebelah ada seorang laki-laki yang sedang asyik merokok.Â
Hufftt.. Sudah panas, penuh asap rokok.Â
"Adek mana? Tanyaku pada suami.Â
" Antri kopi, di dalam! "
Ternyata di dalam, antrian memanjang. Kucari-cari si bungsu.Â
"Cesss..! " Udara langsung sejuk. Jelaslah, di dalam ber AC.Â
"Bunda! "
"Eh..! " Antri Dek? "
"Iya.Bunda antri kasir saja, aku antri kopi, "
"Oke! " Sebentar.Â
"Sini! " Kata suamiku.Â
"Aku mau antri, titip mukena, ya!"
Kutitipkan mukena pada suamiku, dan masuk lagi ke dalam.Â
Antrian panjang. Aku hanya senyum-senyum.Â
Setelah sekian lama akhirnya tiba giliranku.Â
Aku tersenyum dan membayar belanjaan ku.Â
Keluar dari swalayan.Â
"Wow.. Panas lagi.Â
" Kok lama sekali. Aku meleleh. Panas. Keringat semua nih! "
Aku tersenyum. Tubuhku sudah sejuk. Sambil ngantri, nunut ngadem. Hehehe..Â
Emang enak duduk di luar? Enak ngantri sambil ngadem. Hehehe..Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H