Berbicara kue unik dan cantik saat lebaran, saya selalu teringat kue-kue jadul yang ngangenin.Â
Sebenarnya suka juga kue-kue modern yang merupakan kue modifikasi dari kue-kue negara lain. Biasanya berupa kue kering.Â
Apalagi dengan inovasi dan kreativitas para pelaku usaha kue dan kukis, banyak sekali kue-kue lezat dengan tampilan menawan.Â
Harganya juga menawan kantong, membuat kantong jadi tawanan, hehehe..Â
Di Madiun, ada kue lebaran yang rasanya susah dilupakan. Manis legit. Namanya Madu mongso.Â
Kue ini cocok untuk oleh-oleh mudik, biar cerita mudiknya manis. Eh..Â
Almarhumah ibu sangat suka kue tradisional ini.Â
Saya menganggap, kue ini adalah makanan khas Madiun. Seperti halnya brem.Â
Setiap mudik, kue ini menjadi salah satu oleh-oleh yang kubawa selain brem dan bumbu pecel serta bluder.Â
"Mbak, madu mongsonya masih? "
Saya tanya Mbak Risa, tetangga saya di Dusun Buluh perindu. Eh... Buluh saja ya, tidak pakai perindu, hehehe..Â
Ngomong-ngomong tentang buluh perindu, saat saya berselancar, ternyata buluh perindu itu adalah jimat pemikat yang ditawarkan secara daring.Â
Tapi memang manis dan legitnya kue ini bisa menjadi daya tarik, alias pemikat tersendiri.Â
Waduh...!Â
Padahal seingat saya, buluh perindu itu buluh bambu.Â
Aih...Â
Langsung saja saya berselancar versi KBBI.Â
Nah, ketemulah penjelasannya, begini :
Buluh perindu adalah,Â
- alat bunyi-bunyian terbuat dari bambu tipis yang menghasilkan bunyi jika ditiup.Â
- buluh bambu yang jika tertiup angin, akan menghasilkan bunyi syahdu merindu akan dirimu. Eh..Â
Nah, ini baru makna yang saya inginkan. Bukan pelet. Halah..Â
Ada pesan WA masuk via japri.Â
"Masih, Bu! " Jawab Mbak Risa via chat WA.Â
Beberapa hari yang lalu Mbak Risa memang menawarkan madu mongso di grup WA. Tapi saat itu saya masih sibuk banget, meski saya lupa, sibuk apa. Eh..Â
Saat itu cuma saya baca, tanpa saya respon.Â
Sekarang baru bingung, untung masih kebagian.Â
"Oke, Mbak! Saya kesitu ya! "
Tidak pakai lama saya meluncur ke rumah Mbak Risa, yang jaraknya hanya beberapa ratus meter.Â
Ternyata Mbak Risa sudah siap dengan 2 kemasan madu mongso.
Masing-masing 1/4 kiloan. Tinggal 1/2 kg. Kebetulan saya memang belinya 1/2 kg. Pas.Â
"Pas ini, Bu. Tinggal 1/2 kg, " Kata Mbak Risa.Â
"Alhamdulillah, masih kebagian, hehehe!"
"Ini membuatnya bagaimana sih, Mbak? " Tanya saya.Â
"Prosesnya lama, Bu. Diawali dengan membuat tape ketan dulu! "
"Caranya? "
"Beras ketan putih, sama ketan hitam dicampur, direndam sekitar 1 jam, terus dicuci bersih.Â
" Terus? "
"Dikukus sampai matang, terus didinginkan! "
"Sudah jadi? "
"Beloommm..! Hehehe..Â
" Setelah dingin diberi ragi, terus disimpan sampai matang menjadi tapai. Harus diicip dulu. Tapenya harus manis! "
"Kalau nggak manis? " Tanyaku  nyinyir.Â
"Kalau nggak manis, nanti madtu mongsonya juga begitu, "
"Tapi kan memasaknya pakai gula? "
"Iya, tapi kalau tapainya asam, madu mongsonya ikut asam.Â
" Owh..! "
"Terus yang lama membuat air gulanya, Bu. Bisa pakai gula pasir, atau gula kelapa. Bisa dicampur.Â
" Kenapa lama? "
"Biar tanak, jadi awet madu mongsonya.Â
Kalau air gula dan santan kentalnya sudah meletup-letup, baru tape ketannya dimasukkan,.
Bisa ditambahkan parutan nanas, kalau ingin ada rasa nanasnya juga. Atau ditambah vanili  untuk perisa.Â
"Diaduk terus? "
"Ya, berhenti tidak apa-apa! Seperti saya kan masih punya bayi, jadi kalau si kecil rewel, api saya matikan dulu, tidak masalah! " Mbak Risa memang bungsunya masih kecil, masih bayi. Belum ada 1 tahun.Â
"Owh, habis itu prosesnya dilanjutkan, Mbak? "
"Iya, Bu! "
"Sampai kalis dan berminyak? "
"Iya! "
"Berapa jam? "
"Saya kemarin waktu membuat, dari habis dhuhur sampai malam, "
"Wah, lha capek dan pegal kalau selama itu, Mbak! " Kataku.Â
"Kan bisa disambi, apinya bisa dimatikan dulu atau dikecilkan pol, kalau sudah tidak capek baru dilanjut.Â
" O, iya. Makanya sampai malam ya, Mbak?"
"Iya! "
"Ya, sudah. Terima kasih Mbak Risa! "
Saya pulang membawa madu mongso.Â
Setelah diicip, rasanya enak. Manis, legit. Ternyata proses pembuatannya lama.Â
Tak heran, lebih banyak orang milih membeli daripada membuat sendiri.Â
Selain madu mongso, kue tradisional Madiun ada juga :
-Brem
- Geti
- Bluder (ini kue tradisional Madiún yang resepnya dari luar dan dibuat oleh warga peranakan.Â
Tapi kini merek bluder sudah beragam dengan kualitas tidak terlalu berbeda.Â
Madu mongso bisa bertahan sampai beberapa bulan asal membuatnya sampai tanak berminyak.Â
Suami saya pernah diberi buah tangan madu mongso muridnya yang awet sampai hampir lebaran lagi baru habis. Rasanya tetap dan nyaris tidak berbeda rasanya sejak awal. Endeus pokoknya.Â
Kini di meja saya juga tersedia madu mongso dalam toples kecil.Â
Biasanya jarang tamu yang mau mencicipi madu mongso, justru saya sendiri yang menghabiskan.Â
Sehari cukup 1 bungkus biar tidak membuat gula darah melonjak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H