Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Gonta Ganti Outfit Saat Taraweh, Perlukah?

10 April 2023   22:28 Diperbarui: 10 April 2023   22:34 1589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Outfit saat taraweh (dokpri) 

Outfit saat taraweh? 

Hemmm... 

Ini sepertinya sama dengan pertanyaan tentang outfit saat wisuda. 

Mau pakai baju apapun juga ketutup mukena, hihihi... 

Itu kalau perempuan. Kalau laki-laki mungkin yang bisa gonta-ganti outfit sambil memakai parfum semerbak wangi. Eh... 

Aku sih biasanya memakai mukena yang bersih. Itu saja. Paling tidak, 3 hari sekali dicuci, biar nggak membuat orang yang shalat taraweh di samping kita pingsan. Eh... 

"Deeekkkk... Kubeliin rica-rica menthok nih. Kamu nggak usah masak buat berbuka! "

Ayah yang baru pulang sudah heboh membawa plastik kotak besar. 

"Alhamdulillah... Terima kasih! "

Mimpi apa nih, beli lauk sebanyak itu. Menthok utuh yang dipotong-potong dan dimasak rica-rica. Bisa buat seminggu. Eh... 

"Deekkk..! "

"Dalem...! " Apalagi nih.

 Aku lagi nggak semangat. 

Itu kompasiana ngasih topik telat.

 Jadi agak malas mau nulis. Sudah terlanjur membuat artikel kuliner Ontong pisang. 

"Aku beli gamis baru! Buat gonti ganti kalau taraweh. "

"Alhamdulillah, sudah dicoba?"

"Sudah!  Tapi kepanjangan. 

" Syukurlah! "

"Kok syukur? " 

"Lha terus gimana? " Aku tertawa. 

Kemarin juga baru beli gamis, tapi nggak muat, padahal ukurannya M. Harusnya cukup. 

"Tadi nggak boleh dibuka kemasannya, apalagi dicoba, begitu kata penjualnya! "

" Kok aneh? Kaya beli online saja, cuma lihat fotonya!"

"Online saja spesifikasinya jelas, berapa lebar dada, panjang baju, modelnya jg difoto jelas.

 "Ini diumpetin!"

"Seperti membeli kucing dalam karung. "

"Nggak tau! " Kata suamiku kecewa dengan gamis barunya yang sempit dan kependekan. 

Agak heran sebenarnya. Padahal nama tokonya sepertinya sangat memperhatikan kehalalan jual beli. Tapi kenapa begitu dzalim? 

Kuperhatikan gamis yang dibeli suamiku. Benar ukurannya M. Harusnya cukup. 

Aha... Aku tahu. Ternyata ini gamis anak-anak. Jelas saja tidak muat dipakai orang dewasa. 

Sungguh, toko baju yang lebih terkenal sebagai gerai pulsa itu sangat keterlaluan dan melakukan jual beli haram. 

Harusnya, kalau tidak boleh dibuka, konsumen diberi tahu, kalau itu gamis anak-anak. 

Paling tidak kan harus tahu model dan ukurannya. 

Ini malah seperti sengaja menipu.

Hanya kelihatan baju terlipat dalam plastik. 

Kalau dibuka berarti membeli, katanya. "Licik banget! "

"Ya, sudah! " Sedekahkan saja, Mas. Toh itu baju gamis masih baru, " Kataku. 

"Sedekahkan pada anak-anak biar tepat sasaran, " Kataku lagi sambil tertawa. 

Biarlah menjadi pembelajaran buat suamiku untuk teliti sebelum membeli, dan kalau beli di toko yang bonafid dan terpercaya. Bukan yang suka menjebak dan menipu pembeli. 

Itu kemarin. 

Khusyuk, apapun outfit nya (dokpri) 
Khusyuk, apapun outfit nya (dokpri) 

Dan kali ini rupanya suamiku masih penasaran, jadi membeli gamis lagi. Pastinya di toko lain. 

Gamis panjang. Kalau menurut salah seorang kompasianer yang sudah menulis outfit taraweh, gamis ini namanya gamis Syaidan ghaisan. Hehehe.. 

Sudah lama suamiku tidak memakai gamis model ini, padahal dulu pernah sangat suka dan selalu memakainya saat shalat berjamaah di masjid. Saat taraweh juga. 

"Kamu bisa potongkan Dek? "

"Bisa! " Wani piro? " Hahaha.. Jawabku tertawa renyah. 

"Kan sudah kubeliin rica-rica menthok, jadi nggak usah masak buat berbuka! "

"Duh, nggak mau rugi, nih orang! Ternyata ada buntutnya. Hahaha.. 

" Potong berapa senti? Apa dilipat saja, terus disum?"

"Tiga senti! "

"Tiga senti itu pendek banget. Coba dipakai, terus disesuaikan panjangnya!"

Suamiku mencoba gamisnya, dan aku memegangi bagian bawah. 

" Segini? "

"Naik dikit! "

"Segini? " 

"Turun dikit! "

"Segini? "

"Ya, pas! "

"Ini sih, 20 senti. Kupotong saja kalau gitu. Kalau dilipat, jelek. Terlalu tebal! "

"Ya, sudah. Terserah! "

"Ambilin gunting sama jarum pentul! "

"Dekkk.. Kok nyuruh-nyuruh suami."

"Lha mau dipotong nggak gamisnya? "

"Iya! "

"Ya, sudah. Tolong ambilin gunting sama jarum pentul! "

Hihihi, akhirnya diambilin juga. Lumayan bisa ngisengin suami. Upsss.. 

Akhirnya kupermak tuh gamis. 

Berangkat taraweh dengan gamis baru (dokpri) 
Berangkat taraweh dengan gamis baru (dokpri) 

Outfit suamiku kalau taraweh ya itu, gamis sama sarung. 

Terkadang setelan baju gamis dan celana cikrak. 

Lain waktu, terkadang pakai batik juga. 

Dan sekarang lagi mau pakai gamis Syaidan ghaisan yang sudah kupotong dan panjangnya sedikit di atas mata kaki. 

Gembira banget kayanya. 

Kalau aku biasanya langsung pakai mukena dari rumah, sampai pulang kembali. 

Shalat taraweh (dokpri) 
Shalat taraweh (dokpri) 

Jadi nggak perlu gonta ganti baju, alias outfit khusus untuk taraweh. 

Toh nggak kelihatan. Yang penting memakai pakaian bersih, berganti setiap hari, dan sudah mandi. Eh.. 

Tapi Aku biasanya shalat taraweh sendiri di rumah. Sebab lututku pernah cedera, dan tidak kuat kalau harus marathon shalat taraweh dengan rakaat yang banyak. 

Bagaimana dengan para pembaca dan kompasianer? 

Terima kasih. 

Selamat menunaikan ibadah puasa ramadan dan shalat taraweh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun