Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu):
-Shadaqoh jariyah
-Ilmu yang bermanfaat
-Doa anak yang sholeh." (HR Muslim).
"Bangun, sudah ashar! "
Suara adikku membuatku membuka mata yang terasa lengket. Tak terasa sudah sekitar 2 jam aku terlelap sejak selesai dhuhur.
Angin sawah yang bertiup sepoi dari jendela kamar betul-betul menyejukkan dan menina bobokan.
Sejenak di ramadan kali ini ada sesak di dada, karena tak lagi bisa menjumpai ibu. Beliau telah berpulang ke rahmatullah tepat 100 hari yang lalu.
Sedang bapak sudah mendahului berpulang 14 tahun yang lalu.
Kini kami yatim piatu. Eh, bukan ya.
Kami kan sudah dewasa dan berkeluarga, jadi bukan yatim piatu meski sudah tidak punya bapak dan ibu.
Terngiang-ngiang pesan Ibu saat masih hidup, bahwa kami harus selalu rukun dan membantu di antara saudara.
"Kepada saudaralah kita bisa terbuka dan berkeluh kesah. Karena itu, jaga silaturahmi dan hubungan baik di antara kalian! " Begitu pesan Ibu dahulu.
Alhamdulillah, meski kami mempunyai sifat yang berbeda, selama ini kami tetap bisa saling rukun dan menyayangi di antara saudara.
Sepintas kami saling acuh, tapi sebenarnya kami saling memperhatikan dan saling menjaga.
Di antara kami memang tidak ada yang melankolis dan suka drama, sehingga kami berhubungan normal dan wajar tanpa perlu heboh menunjukkan kalau kami saling menyayangi.
Kalau ada masalah, kita selesaikan bersama, jadi nyaris tidak ada gesekan di antara kami.
Semoga kami selalu bisa menjaga hubungan baik di antara saudara dan semua keluarga.
"Ayo mandi-mandi. Sebentar lagi tamunya datang! " Adikku kembali berseru mengingatkan. Aku beranjak ke kamar mandi.
Kursi-kursi sudah disisihkan adikku dan suaminya. Ruang tamu sudah bersih dan digelari tikar.
"Wow.. Sudah rapi! " Seruku.
"Iya, tadi mau bangunin nggak tega, tidurnya pulas semua, " Kata adik perempuanku.
Ternyata adik laki-lakiku juga tertidur nyenyak.
"Seperti kena ajian sirep, " Katanya sambil tertawa malu.
"Mungkin kurang tidur, begadang tadi malam, " Kata adik perempuanku. Dia yang tadi menata, bersih-bersih dan menata tempat.
Saat berada di rumah ini, kami memang saling membantu. Siapa yang siap, dia yang mengerjakan.
Mengalir saja. Pokoknya di sini kita kakak dan adik dengan kedudukan sama, tak peduli saya pengangguran, dan adik-adik saya orang penting. Hehehe...
Kita bahu membahu menghandle semua urusan bersama.
Selesai mandi dan sholat, tamu mulai berdatangan.
Kakak ipar membawa setumpuk buku yasin dan keperluan selamatan. Kami segera membantu mengemasnya.
"Nasi berkatnya sudah siap, Mbak? " Tanyaku.
"O, iya! Aku cek dulu ya! " Kakak ipar segera bergegas ke tempat tetangga yang membantu menyediakan konsumsi.
Nasi berkat, dan berhubung puasa, snack dan makan untuk tamu yang membaca yasin ikut dikemas dan dibungkus.
Tak lama tamu mulai berdatangan. Acaranya memang sehabis ashar, dan diperkirakan selesai sebelum maghrib, sehingga para tamu bisa berbuka di rumah masing-masing.
Bersyukur di bulan ramadan ini, di samping mengadakan selamatan, kita juga sambil menyediakan makanan untuk berbuka, karena semua tamunya puasa.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
"Barang siapa yang memberi makan orang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun."(HR. Ahmad).
Acara mendoakan ibu dimulai. Tamu-tamu berkumpul dan duduk di ruang tamu dan teras rumah. Sedang kami berkumpul di ruang tengah, ikut mendoakan ibu.
Sesuai tradisi, yang dibaca adalah surat yasin dan tahlil. Ada yang memimpin, kita tinggal mengikuti.
Yaa-Siiin....
Wal-Qur-aanil-Hakiim...
Alhamdulillah acara mendoakan ibu selesai, dan tamu sudah pulang semua.
Di meja makan masih banyak nasi berkatan dan snack.
"Ini buat berbuka kita, ya! " Kata kakak ipar.
"Wow, keren. Mbak Sumi pintar menyusun menunya, " Kataku.
"Ini, ada kue apem juga, " Kakak ipar membawa kue apem yang terlihat menul dan menggoda.
"Ayo, kita ke makam dulu, nanti keburu maghrib! " Kataku.
"Ayuk! " Kitapun ramai-ramai ke makam sambil membawa bunga untuk nyekar.
Terkadang, ada yang tidak sependapat tentang selamatan orang yang meninggal dan dianggap sia-sia.
Tapi ada hadits yang meriwayatkan :
Dari riwayat Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, mengatakan:
Bahwa ada seorang laki laki yang menanyakan pada Rasulullah SAW
"Wahai Rasulullah, Ibuku telah wafat, masih adakah manfaat jika melakukan sedekah atas nama ibu?"
Rasulullah SAW menjawab : Iya!
Kemudian orang tersebut berkata lagi:
Sesungguhnya saya sekarang memiliki kebun yang sedang berbuah.
Maka saya memperlihatkan kepadamu bahwasanya saya sudah menyedekahkan kebun tersebut atas nama ibu saya”
Dari riwayat di atas bisa diambil kesimpulan, bahwa bersedekah yang pahalanya ditujukan pada orang tua, anak, atau saudara yang sudah meninggal akan sampai.
Wallahu alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H