Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Masjid Kuno di Tanah Perdikan

8 April 2023   15:09 Diperbarui: 8 April 2023   15:24 2045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid kuno Sewulan atau Masjid Al Basyariah (dokpri) 

Masjid kuno Al Basyariah ini berlokasi di Sewulan Wetan, Sewulan, Kec. Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur 63172.

Untuk masuk Masjid, ada gapura cantik yang bertuliskan Sewulan dan kaligrafi. 

 Masjid ini merupakan bangunan kuno yang masih dipertahankan bentuk aslinya. 

Atapnya berbentuk limas dengan ujung runcing dan bersusun 3.

Menurut M. Baidowi, angka 3 itu melambangkan iman, islam dan ihsan. 

Awalnya  atap masjid ini berasal dari sirap (kayu). Tapi karena termakan usia dan lapuk, akhirnya atapnya diganti genteng biasa. 

Masjid ini banyak dikunjungi sebagai wisata religi karena merupakan Masjid yang pertama berdiri di daerah Sewulan, Dagangan, Kabupaten Madiun. 

Kesederhanaan bangunan Masjid ini tidak  mengurangi kekhusyukan dalam beribadah. 

Saat tiba di masjid ini sekitar pukul 09.30 wib, suara lantunan ayat suci terdengar dari pengeras suara.Memecah keheningan di pagi yang cerah.

 Suasana asri dan bersih memancarkan aura kedamaian di kompleks masjid yang luas. 

Di depan Masjid ada 3 kolam yang mengandung maksud, agar sebelum masuk masjid, harus bersuci dulu di kolam yang disediakan. 

Berhubung hanya ada bapak yang sedang kusyuk membaca Al-Quran, saya langsung masuk masjid yang terbuka. 

Kebetulan saya sudah berwudhu sebelum berangkat, dan pakaian saya syar'i, jadi saya sekalian menunaikan shalat dhuha di masjid ini. 

Setelah selesai sholat dan berdoa, saya duduk sejenak memperhatikan interior Masjid ini. 

Karpet hijau terhampar di lantai Masjid. Bersih dan indah. 

Ada soko guru atau tiang penyangga yang menyokong berdirinya masjid. 

Menurut M. Baidowi, 4 tiang itu menggambarkan 4 mahzab yang berpengaruh besar di Indonesia, yaitu :

-Syafei

-Hanafi

-Hambali

-Maliki

Namun banyak literasi menyebutkan, empat tiang penyangga di dalam Masjid melambangkan level perjalanan spiritual dalam Islam yakni syariat, tarekat, hakekat dan makrifat.

Di plafon Masjid terdapat lampu gantung yang terkesan unik dan kuno. Sedang lampu-lampu berwarna orens menambah 


 

Menurut Mochamad Baidowi dalam kanal YouTube Pemkab Madiun, Sejarah berdirinya masjid Sewulan ini diawali adanya pemberontakan Raden Mas Garendi. 

Namun banyak literasi menyebutkan sebagai pemberontakan orang-orang berdarah tionghoa atau pemberontakan pecinan. 

Pemberontakan itu bertujuan untuk menguasai Keraton Mataram Kartasura, yang saat itu diperintah oleh Pakubuwono II. 

Saat Raden Mas Garendi berhasil menguasai Keraton, Pakubuwono II melarikan diri bersama para pengikutnya yang setia ke Ponorogo.

Pakubuwono II berlindung di gebang tinatar,Tegalsari, di pondok yang dipimpin Kiai Ageng Beshari. 

Kiai Ageng Besari bersedia membantu dan mengutus muridnya, Raden Mas Harun untuk meredakan pemberontakan Raden Mas Garendi yang merupakan cucu Sunan Amangkurat III. 

Bersama Kiai Ageng Beshari, Bupati Ponorogo saat itu Suryoprogo, dan Pangeran Jayengrono, RM Harun berhasil mengalahkan Raden Mas Garendi. 

Untuk membalas jasanya, Pakubuwono II menghadiahkan tanah perdikan (tanah merdeka, bebas pajak) kepada Raden Mas Harun. 

Di tanah perdikan itulah, di daerah Sewulan didirikan masjid untuk syiar Islam.

 Masjid Sewulan atau dikenal pula sebagai Masjid Al Basyariah ini didirikan tahun 1742. Kiai Ageng Basyariah adalah nama lain dari Raden Mas Harun.

Konon nama Sewulan berasal dari kata sewu wulan yang artinya seribu bulan, karena Masjid ini mulai didirikan I saat-saat terakhir bulan ramadan. 

Masjid ini masih berfungsi dan dipergunakan untuk beribadah sampai sekarang. 

Di bulan ramadan, kegiatan buka bersama, shalat tarawih dan tadarus juga dilaksanakan. 

Di depan Masjid ada etalase yang dipergunakan untuk menaruh sedekah nasi bungkus bagi yang membutuhkan. 

Keluar dari Masjid, saya menuju makam Kiai Basyariah yang terletak di samping belakang Masjid. 

Tapi saya tidak masuk karena tertutup. Saya hanya memfoto gerbang makam dan menemukan banyak makam yang mungkin penduduk sekitar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun