Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Membunyikan Long dan Mancing Belut Nostalgia Ngabuburit

2 April 2023   20:14 Diperbarui: 2 April 2023   20:26 2051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membuka jendela kamar, pandangan saya langsung menghadap sawah yang padinya mulai menguning. 

Sejenak ingatan saya melayang ke masa kecil yang begitu manis meski diwarnai kebandelan. 

Masa kecil saya memang bukan masa kecil yang manis dan diwarnai kelembutan gadis kecil yang suka bermain boneka. 

Tapi justru penuh petualangan dan kebandelan mengeksplor alam yang biasa dilakukan anak laki-laki, bukan selayaknya anak perempuan. 

Mungkin bisa dikatakan saya tomboy. 

Dalam ranah syar'i, tomboy mungkin dilarang, bahkan dilaknat. 

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata:

 “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” [HR. Al-Bukhâri, no. 5885; Abu Dawud, no. 4097; Tirmidzi, no. 2991]

Tapi jangan terburu-buru menjudge. Ada kalanya hal seperti itu justru memperkaya pengalaman. 

Justru membuat saya fight dan tidak cengeng. 

Dan jangan khawatir, meski saya suka mencoba permainan anak laki-laki, saya tetap suka menjahit, suka memasak, dan patuh sama suami (Ehemm..) 

Kembali pada keseruan ramadan saat kecil, ya. 

Pada saat itu, kebetulan kakak saya laki-laki. Jadi terkadang saya ikut bermain bersamanya. 

Kalau kakak saya bermain kelereng, saya ikut disuruh membawa-bawa koleksi kelereng nya. 

Saat ramadan, kakak saya membuat long. 

Long itu dibuat dengan melubangi tanah horisontal, dan di atasnya ditutup. Sementara ujungnya diberi Carang atau bambu berdiameter kecil untuk membuat lubang. 

Lubang itu menyerupai tungku, tapi atasnya tertutup. Ujungnya berlubang sesuai diameter carang yang dipergunakan untuk membuat lubang. 

Agar suaranya tidak mengganggu, ujungnya kami arahkan ke sawah. 

Untuk membuat long ini ada cara dan ketentuan nya supaya mampu menghasilkan suara nyaring. 

Cara membunyikannya :

1. Buatlah alat seperti gayung kecil. 

2. Masukkan karbit (natrium) dalam gayung kecil, dengan diberi air secukupnya untuk melarutkan karbit. 

3. Masukkan gayung berisi karbit tepat di bawah lubang di ujung lubang. 

4. Tutup rapat lubang dengan kain atau gombal tak terpakai. 

5. Tunggu sebentar sampai kira-kira karbit larut dan sudah mengeluarkan banyak asap. 

6. Sulut long dengan mendekatkan tongkat panjang yang ujungnya dibebat kain, dan dimasukkan minyak tanah. 

Menyulutnya jangan dekat-dekat. 

Tangan satunya menutup telinga. 

7. Jika berhasil, maka akan terdengar suara yang sangat nyaring. Dan kita bangga bersorak sorai. 

Dorrr!!!! 

Horeee... Kitapun bersorak gembira! 

Sayangnya sekarang membunyikan long sudah dilarang. 

Mungkin di samping suaranya mengganggu, juga berbahaya. Sebab, saat meledak, tanah yang menutup lobang bisa ikut terlempar dan melukai kita. 

 Selain bermain long, saya juga biasa memancing belut di sawah. 

Meski perempuan, saya termasuk piawi memancing belut dan pasti dapat, meski mungkin cuma sedikit dan bisa dihitung dengan jari. 

Saya tidak takut belut, tapi takut sekali pada ular. Aneh ya, padahal belut dan ular agak mirip, hehehe.. 

Memancing  belut juga membutuhkan feeling tersendiri. 

Saat mata pancing di ujung tali senar dimakan dan ditarik, kita harus konsentrasi dan main perasaan. 

Jika dirasa sangat belut sudah menelan umpan, segera mata kail kita sentakkan dan menancap di mulut belut. 

Inilah saatnya kita tarik belut keluar dari sarangnya. 

Sarang belut ini berupa lubang di pinggir-pinggir sawah dekat pematang yang berisi air. Terkadang terlihat gerakan air seperti tersedot ke dalam, tapi kadang-kadang seperti luber. 

Mungkin bagi orang lain, memancing belut itu aktifitas kurang kerjaan. Tapi bagi saya itu adalah aktifitas yang mengasyikkan. Apalagi sambil ngabuburit. Waktu terjalani tanpa terasa. 

Semua itu adalah kenangan masa kecil saat ngabuburit, jauh sebelum era internet. 

Kalau jaman sekarang, Anak-anak, bahkan mungkin orang tua lebih suka ngabuburit di depan laptop atau asyik menggauli gawai. 

Atau yang lebih alim, mengisi ngabuburit dengan membaca alquran, pengajian, kajian, bedah buku, dll. 

Terimakasih. 

Itu sekedar nostalgia ngabuburit tempo doeloe, saat anak-anak masih bisa menikmati masa kanak-kanaknya yang murni tanpa terpengaruh politik, agama dan perbedaan keyakinan. 

Mohon maaf jika tidak relevan di jaman sekarang. 

Referensi : https://almanhaj.or.id/7309-larangan-menyerupai-lawan-jenis.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun