Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Nyekar, Perjalanan Spiritual?

23 Maret 2023   13:56 Diperbarui: 23 Maret 2023   14:42 2869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ziarah dan nyekar di makam tembok Surabaya (dokpri) 

Keluarga ahli waris harus bertanggung jawab dalam pemeliharaan makam. Satu keluarga diberi hak sebidang tanah, yang bisa dipergunakan untuk satu keluarga. 

Makam tidak dibangun, sehingga satu liang lahat bisa dipergunakan lebih dari satu orang. Satu petak bisa dipakai satu keluarga. 

Ziarah kubur, atau orang Jawa biasa menyebutnya nyekar, adalah sarana untuk mengingat kematian. 

Bagi saya pribadi, nyekar adalah wujud "komunikasi dan silaturahmi"antara keluarga atau orang yang mempunyai hubungan dengan ahli kubur. 

Mungkin komunikasi yang terjadi adalah komunikasi searah, sebab kita yang masih diberi kehidupan adalah yang mendoakan, dan bukan sebaliknya. 

Nyekar juga adalah wujud kepedulian dan kasih sayang kita yang masih hidup kepada ahli kubur. 

Nyekar dan mendoakan juga wujud bakti anak yang selalu mendoakan orang tua dan kaum kerabatnya. 

Apakah nyekar dan mendoakan ke tempat orang tua dan kaum kerabat dimakamkan, atau hanya mendoakan dari jauh,dari lokasi tempat kita berada, itu tergantung kenyamanan kita masing-masing. 

Mungkin di situ ada pengaruh spiritualitas yang sangat pribadi untuk masing-masing insan. 

Kepuasan dan keyakinan, tidak bisa dipaksakan. Tergantung diri kita masing-masing dalam memaknai arti nyekar itu sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun