Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sambal Teri untuk Ibu

16 Maret 2023   21:05 Diperbarui: 16 Maret 2023   21:13 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahan sambal teri. Cukup ditumis sebentar, kemudian diblender. Tumis teri(dipilih dan dicuci dulu). Masak jadi 1 sampai kalis(dokpri) 

Fiksi kuliner

Entah sejak kapan aku mulai suka dengan masakan ini. 

Sambal Teri. 

Awalnya aku tak suka. Agak aneh rasanya. Tapi mungkin karena belum terbiasa, atau memang tak suka. 

Tapi sejak pindah mengikuti tempat tugas suami di Madiun, saya menjadi akrab dengan yang namanya Teri. 

Sangat mudah menemukan teri di sini. Sehingga aku tergoda untuk membuat sambal  teri, atau balado teri. 

Entah sudah berapa lebaran, saat mudik aku selalu membuat dan membawa sambal teri. 

Dan ternyata ada yang diam-diam sangat menyukainya, yaitu Ibu. 

Entah sejak kapan ibu mulai menyukai sambal teri ini, dan setiap aku mudik, selalu dinantikannya. 

Aku menyadarinya  baru akhir-akhir ini. 

"Awas hati-hati. Ibu jangan sampai kebanyakan makan sambal terinya, nanti lambungnya terganggu, " Kata adikku mengingatkan. 

Ya begitulah, terkadang pencernaan ibu terganggu, dan seharusnya tidak boleh mengkonsumsi sambal, apalagi yang pedas. 

Tapi apa mau dikata, sambal teri adalah makanan favorit ibu. 

Pernah aku mudik, dan sampai di rumah sudah malam. Seperti biasa, ibu pasti selalu menyediakan makan, meski ibu sebenarnya tidak terlalu suka masak. 

"Ayo, makan dulu! Itu sudah Ibu siapkan di meja makan."

"Mari kita makan sama-sama, Bu. 

" Ibu sudah makan, tadi agak sorean. Kalau malam Ibu sudah membiasakan diri tidak makan, demi kesehatan Ibu! "

"Oh, baiklah. Kami makan dulu ya, Bu! " Kataku sambil makan bersama suami dan anak-anakku.

"Bu, Aku bawa sambal Teri, nanti kalau sudah tidak ada yang makan, dimasukkan kulkas saja ya, besok saja dihangati. 

" Sambal teri? " Tanya Ibu berbinar-binar. 

Malamnya, terdengar suara denting piring beradu dengan sendok.

 Ah, ternyata Ibu tidak kuasa menahan diri untuk mencicipi sambal teri. 

Pada lebaran tahun lalu, pertama kalinya aku mudik lagi setelah sekian lama terpenjara oleh pandemi. 

Berhubung kami harus nyekar ke Surabaya dulu, aku hanya memasak bahan-bahan yang tersisa di kulkas. Ada ayam yang kumasak opor dan nasi saja buat bekal. 

Kami berangkat saat malam takbir, dan sampai di surabaya menjelang subuh. Kami berhenti di Masjid Agung waru.

Setelah menunaikan shalat subuh, sambil menunggu shalat Ied, kami mampir ke warung soto untuk menghangatkan perut daripada membongkar perbekalan. 

Ternyata ini merupakan kesalahan besar, sebab akhirnya justru opor dan nasi bekal kami menjadi basi dan terpaksa dibuang. 

Ya, karena acara padat, kami nyekar ke makam tembok di Surabaya dan ke Makam keluarga suami di Mojokerto. Lanjut silaturahmi ke saudara suami yang masih tersisa. 

Akhirnya 2 hari kami baru kembali ke Madiun, tapi langsung ke Purworejo, Jawa Tengah. 

Di Yogyakarta kami istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. 

Saat sampai di Purworejo, kami bisa bertemu seluruh saudara. 

Hilang sudah rasa lelah, bertukar syukur dan bahagia. 

Tapi ada yang diam-diam membuat aku bersalah. Ibu terlihat sangat kecewa, ketika tahu aku tidak membawa sambal teri. Kesalahan yang sudah tidak bisa dimaafkan. 

Tadinya aku berpikir bisa membuat sambal teri di rumah ibu, tapi ternyata sudah tersedia banyak menu, jadi aku tidak jadi membuat. 

Apalagi, aku mudik cuma sebentar, karena si bungsu harus segera kembali ke Jakarta,dan harus segera masuk kerja, padahal harus pulang ke Madiun dulu. 

Akhirnya kami pulang ke Madiun. 

Ternyata, sejak lebaran, kondisi ibu semakin memburuk, dan ngedrop. Hingga akhirnya, membaik, tapi harus cuci darah 2 kali seminggu. 

Saat itu sudah beberapa bulan ibu menjalani cuci darah, dengan kondisi yang mulai membaik, tapi belum stabil. 

Terakhir, hasil cek lab cuci darah ibu ternyata membaik. Bahkan sangat baik dan normal. 

Bahkan dokter merekomendasikan, kalau mungkin frekuensi cuci darah ibu bisa menjadi sekali seminggu, sebulan sekali, dan bisa jadi tidak perlu cuci darah lagi. 

Ibu bisa beraktifitas relatif normal. Terkadang menghadiri pertemuan bersama teman alumni SMAnya, dan pertemuan-pertemuan lain. 

Bahan sambal teri. Cukup ditumis sebentar, kemudian diblender. Tumis teri(dipilih dan dicuci dulu). Masak jadi 1 sampai kalis(dokpri) 
Bahan sambal teri. Cukup ditumis sebentar, kemudian diblender. Tumis teri(dipilih dan dicuci dulu). Masak jadi 1 sampai kalis(dokpri) 

Pengajian, dan perayaan Maulidpun ibu masih bisa menghadiri. 

Saat ada pertemuan akbar, seminggu sebelum nya, ibu memintaku menemaninya. 

Akupun bersedia. 

"Kalau aku mudik, Ibu minta dibawain apa? " Tanyaku. 

"Pokoknya yang di sini tidak ada, " Kata Ibu.

" Boleh? "

"Apa, Bu? Kalau ada, Insya Allah pasti saya belikan, atau saya carikan sampai ketemu! "

"Sambal Teri! " Jawab Ibu. 

Aku terdiam. 

Tapi, 2 hari sebelum hari pertemuan, ternyata aku mengalami demam, batuk dan pilek. 

Dengan sangat menyesal, aku mohon maaf tidak jadi mudik, dan tidak jadi menemani Ibu. 

Otomatis juga tidak bisa membawakan sambal Teri kesukaan Ibu. 

Aku sangat menyesal, karena kembali mengecewakan Ibu. Dan ternyata seminggu kemudian Ibu mengalami stroke, dan sejak itu tidak bisa mengingat kembali. 

Aku berjanji akan membuatkan sambal Teri jika Ibu sudah pulih kondisinya. 

Tapi sampai Ibu membaik hanya boleh makan bubur susu dan tidak pernah meminta apapun lagi, meski aku selalu mendampinginya. Karena Ibu sudah tidak bisa mengingat, dan tidak pernah meminta apa-apa lagi. 

Sebulan kemudian, Aku pulang ke Madiun setelah kondisi Ibu membaik. 

Tapi 2 minggu kemudian, Ibu kembali terserang stroke. Dan seminggu di Rumah Sakit, Ibu sudah dipanggil ke Rahmatullah. 

Kini, sambal Teri yang sedang kunikmati membuatku selalu teringat ibu. Mungkin ini adalah sambal Teri terakhir yang kubuat, dari teri yang dulu sudah kubeli dan belum sempat kumasak untuk Ibu. 

Ibu, maafkan Aku. Semoga Ibu mendapatkan semua kebahagiaan di sana. Di sisiNya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun