Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Flexing di Medsos? Atau Kita yang Iri dan Sirik?

14 Maret 2023   13:03 Diperbarui: 14 Maret 2023   14:24 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pamer masakan. Eh... (Dokpri) 

"Jangan pamer kekayaan. Masih banyak orang yang hidup susah!"

Pernah dengar nasehat seperti itu? 

Bisa jadi itu adalah nasehat yang bagus. Tapi bisa juga nasehat orang yang baper. Atau malah peduli? 

Apakah dengan pamer kekayaan, membuat orang yang tidak punya jadi iri dan sakit hati? 

Mungkin banyak ya, orang yang begitu. 

Tapi kalau saya sih, santai menanggapi kalau ada yang pamer di medsos. Sebab diam-diam saya justru mengambil manfaat dari mereka yang pamer. 

Misal, ada orang yang memamerkan rumahnya yang mewah, besar, dan indah. 

Saya sih ikut mengagumi. Ikut bersyukur lah, punya teman yang rumahnya bagus. 

Iri? Sepertinya tidak. Kalau aku yang punya rumah seperti itu, malah bingung merawatnya, bingung membersihkannya, dan malah jadi nggak nyaman menempatinya. Jadi, buat apa baper, apalagi iri. 

Sesuatu yang menurut orang lain hebat dan membanggakan, bisa jadi tak menarik sedikitpun buat kita. Begitu pula sebaliknya. 

Pernah flexing? Tujuannya apa? 

Pernah sih, tapi buat iseng saja. 

"Alhamdulillah, rejeki berlimpah. Gaji bulan lalu belum diambil, sudah mau gajian lagi."( Padahal yang gajian suami saya) 

Itu status saya. Iseng saja. Apa tanggapan orang lain. 

-"Alhamdulillah, ikut bersyukur."

-"Jangan lupa zakatnya.. ! "

-"Sama, gajiku bulan lalu juga masih utuh! "

-" Sedekahkan biar berkah! "

Hahaha, kira-kira mana tanggapan yang paling pas? 

Menurut saya sih semua pas, karena setiap orang mempunyai pendapat sendiri-sendiri. Meski mungkin ada yang gondok. 

Pamer masakan mie goreng gosong. Eh, bukan gosong, tapi kebanyakan kecap, hehehe (dokpri) 
Pamer masakan mie goreng gosong. Eh, bukan gosong, tapi kebanyakan kecap, hehehe (dokpri) 

Kembali menanggapi flexing di medsos, saya sih lebih suka menanggapi positif. 

Saat ada yang pamer Rubicon dan diulas serta mendapat banyak tanggapan, maka saya senang, karena jadi tahu, ternyata yang namanya Rubicon itu seperti itu, dan harganya sangat mihil.

Iri? Enggaklah! Buat apa mobil kaya gitu. Eh... 

Ada sosialita pamer tas berharga puluhan, ratusan juta, bahkan milyaran. 

Ingin punya juga? Enggaklah! Buat apa tas seperti itu dibeli. Sepertinya modelnya biasa-biasa saja, tidak jauh berbeda dengan yang harganya cuma ratusan ribu, bahkan puluhan ribu! Gunanya juga sama dengan tas kresek, buat wadah. Itu saja. 

Ada orang yang pamer berlibur ke luar negeri. 

Iri? Tidaklah. Malah senang, apalagi kalau di samping pamer liburannya, juga diberi narasi keadaan di sana, keunikannya, suasananya, kulinernya, fashionnya, dll. 

Semakin detail, akan semakin menarik. Kalau ada yang cerita tentang negara itu, bisa paham, bisa ikut nimbrung, dan tahu lebih banyak, meski cuma tahu dan membaca dari teman yang flexing, hihihi.. 

Ada teman yang pamer pangkat dan jabatan. 

Iri? Tidaklah. 

Ikut bersyukur dan bangga punya teman yang berpangkat dengan jabatan yang tinggi. Bisa ikut pansos, Hahaha.. 

Pada dasarnya, menurut pendapat saya pribadi, pamer kekayaan, jabatan, liburan, atau apa saja itu tidak masalah. 

Sebab, separuh dari keburukan dari pamer di medsos itu adalah mindset atau tanggapan kita sendiri. 

Kalau kita merasa iri, maka pamer itu membuat kita jengkel dan marah, sehingga menganggap pamer sebagai hal yang buruk. 

Padahal yang membuat buruk jika saat pamer, diikuti perasaan merendahkan dan menganggap orang lain tidak apa-apa dibanding dirinya. Apalagi kalau sambil menghina. 

Terkadang, yang tahu barang yang dipamerkan mahal, justru orang yang relatif sama kedudukannya. 

Kalau orang miskin betulan sih, tidak tertarik pada pamer barang mewah. Nggak paham. Hehehe.. 

Yang sirik justru yang setara. Jadi jangan mengambing hitamkan orang miskin dengan mengatakan pamer kekayaan dan barang mewah akan menyakiti hati orang miskin. 

Namun begitu, pamer yang ditujukan untuk unjuk kemampuan dan merendahkan orang lain, sebaiknya jangan dilakukan.

 Apalagi sampai menganiaya dan melakukan tindakan kriminal untuk menunjukkan privilese dan arogansi seperti Mario Dandy Satrio yang belakangan viral dan menuai keprihatinan dan kecaman. 

Tindakan putra dari Rafael Alun Trisambodo itu justru merugikan diri sendiri dan orang tuanya. 

Justru karena tindakan flexingnya, jadi ketahuan kalau tidak pernah membayar pajak untuk barang-barang mewahnya. 

Flexing untuk memamerkan kekayaan yang dimiliki tak perlu dilakukan. 

Toh orang lain juga tidak akan mendapat manfaat dari barang yang dipamerkan.

 Kecuali orang seperti saya, yang ikut senang karena jadi tahu macam-macam barang mewah. Eh... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun