Fiksi kuliner dan kuliner malam di sekitar Pasar Dolopo,(bukan) cerita akhir tahun.Â
Tahu telur.Â
Tahu telur ini saya kenal setelah saya tinggal di Jawa Timur. Tepatnya di Madiun. Madiun Kabupaten. Luar kota.Â
Teman saya biasa menyebut Madiun coret. Karena melewati rambu yang ada tulisannya Madiun, dan dicoret miring garis merah tebal. Artinya sudah berada di luar kota, hehehe..Â
Tahu telur, mungkin mirip kupat tahu, tapi bumbunya seperti rujak petis, dengan aroma petis yang samar. Kupatnya diganti lontong.Â
Ceritanya malam itu sekitar pukul 21.30 wib. Suami saya sedang kusyuk di depan laptop, dan saya asyik meliukkan jari pada keypad gawai.Â
Tapi entah kenapa, perut meronta minta diisi, padahal tadi sore sudah makan bakso. Ya gini ini perut ndeso.Â
"Mas! " Panggilku.Â
"Ehmmm...! " Jawab Si Ay (ayah, bukan ayang, hehehe) Sepertinya sambil terkantuk-kantuk lembur menulis nilai.Â
"Lapar, nggak? "
"Lapar kalau gratis! Kenyang kalau suruh bayarin! "
Duh, tak ada celah untuk sembunyi. Eh...Â
"Ayo cari mie! "
"Aku pengin nasi goreng! "
"Ya sudah, cari yang jual mie, sekaligus nasi goreng! "
Maka, sejoli lansia ini langsung berboncengan sepeda motor ke arah Pasar Dolopo, yang melewati banyak pedagang kuliner. Banyak kuliner malam yang buka hingga pagi.Â
"Dek, ke Pak Muin saja ya. Kangen, lama nggak pernah beli di sana! "
"Ayok! "
Pak Muin adalah pedagang mie dan nasi goreng yang menjadi langganan suamiku sejak masih bujang.
 Dulu pedagang kuliner belum sebanyak sekarang.Â
Sampai menikah dan anak-anak masih kecil, kami sering beli mie dan nasi goreng di tempat Pak Muin.Â
Tapi ini memang sudah lama sekali kami tidak jajan ke sana. Soalnya sekarang lokasinya berpindah ke tempat yang agak sulit dijangkau, harus memutar dulu kalau harus ke sana.Â
Singkat cerita, sampai juga kami ke tempat Pak Muin.Â
Ternyata masih buka sampai malam. Banyak pedagang kuliner yang jam 21.00 sudah tutup.Â
Entah masih terpengaruh covid-19 dan PPKM, sudah habis, atau malah jarang pembeli.Â
"Assalamu'alaikum..! " Suami saya langsung menyapa Pak Muin.Â
"Wa'alaikumsalam... Pak Guru, dangu mboten ketingal! " (Pak Guru, lama nggak kelihatan)Â
"Iya, Pak. Makanya ini ke sini, kangen! "
"Nasi goreng 1 ya, Bu! " Suamiku pesan nasgor ke Bu Muin.Â
"Kamu pesan apa, Dek? Â Mie goreng, apa rebus? Apa nasgor?"
"Ehm.. Tahu telur saja. Lama nggak makan tahu telur. Menu baru ini sepertinya! " Jawabku sambil tersenyum di balik masker.Â
Sambil menunggu pesanan, Aku membuka gawai sambil memandang ke arah jalan raya.Â
Sementara suamiku duduk dibelakangku menghadap tembok dapur.Â
Hahaha, seperti lagi musuhan saja. Orang Jawa bilang, ungkur-ungkuran. Ya begitulah. Kami memang sukanya suka-suka. Aku lebih suka memandang keluar,yang luas dan terang, sementara suamiku lebih suka bersembunyi di sudut yang gelap dan sempit. Eh...Â
Suamiku asyik ngemil kerupuk. Sementara aku menunggu sambil main gawai.Â
Tak lama nasgor pesanan suamiku sudah jadi.Â
"Aku makan dulu ya, Dek! "
"Silakan! "
Aduh, lupa mau fotoin nasgornya. Soalnya kita saling membelakangi, hihihi.Â
Ya sudah, nggak apa-apa. Pesannya nasi goreng biasa, kok. Seperti tampilan nasi goreng pada umumnya.Â
Giliran pesananku sudah jadi.Â
Nah, ini. Tampilannya cantik, dan seksi menggoda. Eh..Â
Menggoda untuk segera diicip.Hehehe..Â
Rasanyapun wow!Â
Tahu telur. Tahu yang dipotong dadu agak besar, lalu didadar bersama telur.Â
Disiram bumbu kacang yang rasanya legit dan pas. Ada rasa petis yang samar. Ada potongan lontong yang kenyal dan lembut.Â
Di atas bumbu ditaburkan irisan bunga bawang merah yang biasa disebut putut.Â
Disajikan bersama tauge, acar timun, dan kerupuk bawang. Nyam... Nyam.. Nyam..Â
"Dek! "
Nggak dengar deh. Lagi asyik menikmati tahu telur.Â
"Nih kerupuknya! "Eh, mau kalau ini.Â
"Terima kasih! " Kuambil seplastik kecil kerupuk yang diulurkan suamiku.Â
Sebenarnya sudah ada kerupuknya. Tapi bolehlah ditambah kerupuk Bandung.Â
Akhirnya piringku dan suamiku licin tandas.Â
Alhamdulillah. Sepiring nasgor biasa, seporsi tahu telur, 2 jeruk panas, dan 3 plastik kecil kerupuk cuma habis 35 ribu.Â
Malam semakin larut. Saatnya pulang. Sudah kenyang menikmati kuliner sambil bersilaturahmi.Â
Kami tinggalkan lapak Pak Muin yang berlokasi di dekat toko sepatu kulit. Di jalan raya Madiun Ponorogo, tepat di jalan putar balik utara SMK Muhammadiyah Dolopo. Silakan mampir yang malam-malam pengin nasgor, mie atau tahu telur. Yuk mari...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H