Berlibur dan beraktivitas bersama anak merupakan bagian dari ilmu parenting.Â
Kecuali untuk penganut paham child free, ya. Bisa jadi kegiatan menarik ini justru menjadi kegiatan yang paling dihindari oleh mereka.Â
Saya mungkin termasuk anak yang beruntung, sebab saat kecil sering diajak berpiknik oleh bapak dan ibu.Â
Di saat duduk di Sekolah Dasar (SD) , saya sudah sangat hafal tempat wisata yang terkenal pada jamannya.Â
Dulu, tempat wisata hanyalah tempat-tempat yang memang secara alami mempunyai potensi untuk dijadikan tempat wisata.Â
Candi Borobudur, Candi Prambanan, Keraton Yogyakarta, Bonbin Gembira Loka, Kali urang, Masjid Demak, Kuil Sam phoo Kong, Pelabuhan Tanjung Mas, Bandara Ahmad Yani.Â
Itu adalah beberapa taman wisata di Yogyakarta, Semarang dan sekitarnyanya yang sudah sering saya kunjungi sejak kecil di tahun 80-an.
Sedangkan jika berwisata ke arah barat, maka tempat wisata yang sering kami kunjungi adalah goa jatijajar, waduk sempor, baturaden dan pantai teluk penyu.Â
Tempat wisata jadul semua, ya. Hehehe..Â
Kalau sekarang, tempat wisata sudah begitu beragam. Semua potensi wisata, sekecil apapun diolah dan dibangun semenarik mungkin dengan penataan yang menarik.Â
Bahkan banyak tempat wisata yang sengaja dibangun dari lahan yang tadinya terbengkalai.Â
Salah satu wisata yang relatif baru adalah Kebun Refugia  Magetan.Â
Tempat ini sebenarnya sudah ada sejak 5 tahun yang lalu, tapi sejak PPKM dicabut, taman wisata ini mulai dikunjungi banyak wisatawan dan viral.Â
Untuk Kebun Refugia Magetan sendiri sudah saya ulas.Â
Tapi untuk taman kelincinya sengaja saya ulas tersendiri.Â
Dari kejauhan, Taman Kelinci sudah terlihat menonjol. Ikonnya berupa tanaman yang disusun dan dibentuk seperti seekor kelinci yang sedang mendekam.Â
Terlihat menarik, membuat saya penasaran dan berjalan mendatanginya.Â
Di sekitar Taman kelinci, banyak kelinci berkeliaran. Eh, tidak. Bukan kelinci. Tapi patung, ternyata.Â
Patung kelinci dalam berbagai pose diletakkan di sekitar Taman kelinci.Â
Saya pun tidak melewatkan kesempatan untuk menirukan simbol kelinci. Harusnya laki-laki ya, kan simbol telinga kelinci melambangkan playboy. Mungkin karena kelinci sangat suka dan cepat sekali berkembang biak. Padahal kelinci termasuk hewan setia, lho. Tidak seperti laki-laki playboy. Eh..Â
Aih.. Jangan ke sana ya arahnya. Taman kelinci ini ramah anak. Jadi bisa dipergunakan untuk mengedukasi dan memperkenalkan bentuk kelinci tanpa membahayakan anak, maupun kelinci yang hidup.Â
Sebab kelinci yang ada di situ hanya berupa patung.Â
Karena kelinci ini hanya berupa patung, maka tempatnya tetap bersih dan terpelihara. Anak-anak bisa aman bermain bersama "kelinci".
Karena anak-anak saya sudah dewasa, jadi saya sendiri yang asyik bermain bersama " kelinci".
Kalau mengajak anak-anak pastilah menyenangkan. Bisa menceritakan hal ikhwal tentang kelinci.Â
Dipilih Taman kelinci, mungkin karena di beberapa daerah di Magetan banyak penjual sate kelinci.Â
Seperti di telaga sarangan. Di sana sangat mudah menemukan penjual sate kelinci.Â
Meski cuma patung, kelinci-kelinci ini ditempatkan di area seperti kandang kelinci. Bahkan ada pintu masuk seperti pintu kandang.Â
Membuat saya mengendap-endap masuk agar tidak mengagetkan kelinci yang sedang asyik merumput. Eh..Â
Masalah pakan, jangan khawatir. Kelinci yang suka wortel itu tidak bakal kelaparan. Sebab di dekat Kebun Refugia Magetan, ada pasar sayur yang selalu ramai sampai sore hari.Â
Nanti ya, kita belanja sayuran kalau mau pulang.Â
Sekarang kita nikmati dulu berjalan-jalan dan bermain di Taman Kelinci.Â
Yuk...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H