Wisuda Hamil 8 Bulan Naik Andong, Pakai Baju Apa?

Wisuda? 

Baju untuk wisuda? 

Mungkin itu termasuk kenangan istimewa setelah perjuangan yang panjang dan berliku. Eh... 

Baca juga: Aku Hamil???

Kalau tidak salah ingat, saat itu wisuda saya yang pertama dan terakhir, sebab saat ambil akta mengajar di UT tidak diharuskan ikut wisuda. 

Dress code yang dipersyaratkan adalah baju nasional. 

Baju nasional? 

Banyak sekali kan pilihannya. Tinggal memilih kebaya dalam berbagai model, warna dan desain, atau salah satu baju daerah di Indonesia. 

Baca juga: Kirab Santri, Barongsai dan Reog dalam Peringatan Isra Miraj di Pondok Mekar Agung

Tapi, bagaimana memakai kebaya untuk orang hamil 8 bulan? 

Baca juga: Legenda Telaga Biru dari Maluku dalam Gelar Karya P5

Awas, jangan ketawa ya, nanti kutimpuk pakai bantal guling. 

Saat itu, saya sedang hamil 8 bulan anak pertama. 

Prosesi wisuda di Fakultas (dokpri) 

Setahun sebelumnya memang saya telah menikah. Karena calon suami saya yang 10 tahun lebih tua, sudah menjadi PNS sekitar 7 tahun. Sudah sangat matang untuk menikah. Sayanya saja yang masih mengkal. Eh.. 

Kenapa tidak menunggu lulus? 

"Menunggu lulus?" Bisa-bisa kamu kabur duluan!" Kata suami saya. 

Duh, kalau alasannya begitu, nggak mau deh aku nikah cepat-cepat. Memang sih, saat itu cita-citaku bekerja di perkebunan, kalau bisa di luar Jawa. Eh.. 

Duh, kok malah ngelantur. Kita kan mau membahas baju wisuda? 

Baju wisuda tentu tidak hanya berbicara tentang syarat dan keindahan. Apalagi kemewahan. Tapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, apalagi dengan seremonial yang diadakan. 

Di depan almamater dengan baju wisuda (dokpri) 

Seremonial ini menjadi hal yang penting, sebab akan mempengaruhi pemilihan busana yang dikenakan. 

Pada saat itu, di Fakultas Pertanian, ada tradisi para wisuda dan wisudawan diarak naik andong mengelilingi gedung pusat, sebelum masuk ke area Fakultas. 

Bisa dibayangkan, bagaimana ribetnya memakai kain kebaya saat wisuda naik andong. 

Ditambah saat itu saya sedang hamil 8 bulan. Nah lo... 

Sangat riskan. Bahkan almarhumah ibu, saat itu sangat khawatir. Sebab pernah pengalaman naik andong atau dokar, kudanya mengamuk. Jadi trauma. Apalagi saya sedang mengandung. 

Tapi alhamdulillah, semua berjalan lancar dan baik-baik saja. 

Bahkan saat di Fakultas ada juga acara penanaman pohon di halaman gedung Fakultas. 

Meski cuma perwakilan untuk tiap angkatan, tapi kita semua ikut menghadirinya. 

Susah sekali kalau kita memakai pakaian yang ribet. 

Apalagi acara wisuda ada di lantai 3 yang mengharuskan kita naik turun tangga. Bisa dibayangkan, kostum apa yang cocok untuk menghadiri acara wisuda seperti itu. 

Beruntung ada kakak ipar yang membantu saya menyewakan sarung dan kebaya. 

Bahkan sekaligus membantu make up nya. 

Enak sekali kan. Padahal, Teman-teman saya sudah antri di salon sejak subuh, malah ada yang jam 3 sudah ke salon, hanya untuk di make up. Hihihi.. 

Ribet banget ya. Untungnya saya bisa mendapatkan segalanya dengan mudah dan simple meski sambil mengandung si  sulung 8 bulan. 

Anak lahir langsung sudah sarjana, kan sudah ikut wisuda sama emaknya, hehehe (dokpri) 

Mungkin, untuk memilih baju wisuda, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. 

1. Dress Code

Mengingat wisuda adalah acara resmi, tentu yang pertama kita perhatikan adalah dress code. Barulah kita pikirkan pilihan busana yang akan dikenakan. 

2. Rundown Acara. 

Ini penting. Seperti tradisi di Fakultas Pertanian yang biasa mengarak calon wisudawan dan wisudawati naik andong, tentunya perlu kostum yang bisa bergerak lincah. Kalau memakai kain wiru yang dililit ketat, tentu akan menyulitkan. 

Seperti saya. Pilihan saya jatuh pada sarung Bugis dan kebaya longgar. 

Memakai stagen longgar pula untuk membungkus perut saya agar aman. 

Sedang alas kaki, saya memakai sepatu dengan hak agak lebar dan tidak terlalu tinggi. 

3. Selera dan kenyamanan. 

Menempatkan selera dalam memilih busana itu penting. Termasuk busana wisuda. 

Saat kita memakai busana sesuai selera, maka akan meningkatkan rasa percaya diri dan kenyamanan. 

Jangan memaksakan diri memakai kostum yang tidak kita suka dan menyiksa. Ini akan menyengsarakan. 

Bersama suami, kakak ipar, dan adik-adik (dokpri) 

Terlepas dari semua keribetan, sebenarnya pakaian wisuda yang tampak itu sangat simple, yaitu toga. 

Toga ini sudah dipersiapkan, jadi kita tidak perlu bersusah payah memikirkan baju yang akan dipakai saat wisuda. 

Toga ini bisa diperoleh dengan menyewa atau membelinya  di kampus yang bersangkutan

Untuk yang menyewa, biasanya diwajibkan membayar sejumlah uang jaminan, dan akan dikembalikan, saat toganya juga kita kembalikan. 

Tapi untuk yang berniat membeli, toganya bisa diambil dan tidak perlu dikembalikan sebagai benda kenangan. 

Bersama bapak, ibu dan bapak ibu kost (dokpri) 

Sebenarnya, pakai baju apapun saat wisuda, tetap tertutup toga. Tapi mempersiapkan outfit yang tepat memang diperlukan. Persiapan matang tentu mendatangkan rasa percaya diri dan kenyamanan saat prosesi wisuda. 

Tapi bagi saya, wisuda yang dilaksanakan akhir tahun dengan outfit sewaan itu akan selalu menjadi cerita akhir tahun yang manis untuk dikenang. 

.