Mendorong para siswa berekspresi secara bebas merdeka, menggambarkan kebudayaan dari masing-masing daerah sesuai interpretasinya.Â
Kembali pada pementasan dongkrek yang unik, pertunjukan diawali dengan tampilnya pawang dan para buto (raksasa) yang menggambarkan pagebluk/bencana dan penawar/penakluknya.Â
Di sini Pawang, yang diperankan Bapak Kepala Sekolah berperan sebagai Penakluk pagebluk. Dan para raksasa sebagai simbol bencana/pagebluk.
Pertunjukan dengan koreografi apik ini, menampilkan para buto yang berusaha merebut tongkat sakti sang pawang.
 Sementara sang pawang kekeuh mempertahankan tongkatnya.Â
Hingga akhirnya para buto terpelanting berserakan tak kuat menghadapi kesaktian sang pawang.Â
Dung... Dung.. Krek. Krek. Krek. Dung...krek.
Suara instrumen inilah yang menjadi asal nama dungkrek. Dari gendang, kentongan yang biasa jadi pertanda bahaya dan alat musik bambu yang berbunyi krek. Krek. Krek...Â
Di akhir acara, para pemain melepas topeng, sehingga membuat para penonton histeris, saat tahu siapa saja yang menjadi pemain dongkrek. Coba tebak, siapa saja yang sudah berhasil menampilkan seni dongkrek dengan apik dan menarik, hehehe..Â