"Embah masih di terminal jogja. Ini barusan makan berkat,"katanya lagi.Â
Entah yang di seberang sana ngomong apa, kelihatannya sang cucu.Â
" Enggak.. nggak basi. Tadi masih hangat, kok! "Â Jawab Bu Warti di telepon.Â
Pasti yang diceritakan bekal nasinya tadi, hihihi. Ternyata berkatan dari orang hajatan. Tadi sempat bercerita kalau dari rumah adiknya. Berarti adiknya yang punya hajad.Â
Penjual kacamata hitam menawarkan dagangannya, aku menggeleng. Bu Warti juga. Tapi si pedagang berdiri saja tak juga beranjak pergi. Aku meraih gawai, dan mulai menulis.Â
"Bagus nggak, Bu? Bu Warti mengambil satu kacamata dan mencobanya.Â
" Cantik... Gaul.. Trendi! " Kataku sambil tertawa. Bu Warti ikut tertawa. Nenek-nenek yang ceria. Tapi kacamata itu dikembalikan ke penjualnya.Â
"Pilih yang mana, Mbah? "Â Tanya penjualnya.Â
"Tidak, pengin mencoba saja, kok! " Jawab Bu Warti santai. Aku tersenyum di balik masker. Penjual kacamata itu berlalu dengan menahan kesal.Â
Derai hujan membasahi bumi, sejenak mengalirkan kesejukan di suasana panasnya terminal. Deras... Tapi cuma sebentar. Suhu kembali naik, dan udara panas, tapi bis belum juga beranjak.Â
Terminal Yogyakarta mengukir banyak cerita akhir bulan pertama di tahun baru 2023. Bukan cerita akhir tahun.Â