Ada cerita akhir tahun yang pilu. Kusimpan dalam haru. Ini semua tentangmu, Ibu.Â
Setiap kali mengingatmu, ada kerjap bening di mataku.
Kulantunkan doa-doa untukmu. Bukan kutak ingin mengingatmu.Â
Cukup kusimpan rasa sesak di dadaku.
 Kutak ingin ada yang tahu. Aku begitu kehilanganmu.Â
Hari ini, tanggal 27 Januari adalah ulang tahunmu. Tapi kami tak lagi bisa membersamaimu.Â
Semoga Allah memberikan tempat yang indah untukmu.
 Memberikan yang lebih indah daripada perayaan ulang tahun. Tapi sebuah keabadian yang bermakna dan kekal.Â
Sebulan yang lalu, Kauhembuskan nafas terakhir dalam keheningan.Â
Semoga kebahagian terakhir mengantarkan kepergianmu.Â
Kami semua menungguimu, putra putri dan menantu yang mencintai dan kaucintai.Â
Mungkin itu hadiah terindah dari Allah  untukmu, juga buat kami.Â
Meski kita semua tinggal berjauhan, tapi kita semua menungguimu di saat-saat terakhirmu.Â
Kami semua ada di dekatmu. Mengantar kepergianmu dalam doa-doa yang terucap di sampingmu.
 Mungkin Allah sengaja mengumpulkan kami yang mencintai dan kaucintai untuk menemanimu di saat terakhirmu.Â
 Sungguh bukan kebetulan, jika kami semua ada di sampingmu.Â
Kasih sayang Allah untukmu dan putra putrimu. Membuat kami semua bisa menungguimu di saat-saat terakhirmu.
 Terima kasih ya Allah, telah mengatur kepergian Ibu dalam kehadiran kami semua, di sampingnya.
Selamat ulang tahun, Ibu....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H